26 : Pieces of Memories

2.6K 293 170
                                    

Setelah cukup lama mencari, akhirnya Jisoo menemukan seseorang yang sejak tadi ia cari. Namun, alih-alih langsung menghampiri dan menyapa, Jisoo malah terpaku di tempatnya berdiri, memandang dari kejauhan seorang laki-laki yang juga menunggunya seraya memainkan ponsel.

Ia benar-benar gugup dan mendadak kurang percaya diri ketika dirinya akan bertemu dengan Seokjin, kakak sepupu Taehyung yang akhir-akhir ini selalu menghubunginya dan mengajaknya keluar. Ayolah, Jisoo bahkan sudah beberapa kali bertemu dengan Seokjin, tetapi rasa gugup dengan jantung yang berdebar-debar selalu saja datang dan membuatnya menjadi kurang percaya diri untuk bertatap muka langsung.

Dan jika di pikir-pikir, kenapa dirinya selalu merasakan hal yang seperti ini ketika bersama Seokjin? Padahal, Jisoo mempunyai teman laki-laki yang lumayan banyak, tetapi dirinya masih bisa mengontrol diri dan bersikap biasa saja saat beberapa dari teman laki-lakinya menggodanya secara terang-terangan. Tetapi ketika bertemu dan bertatapan langsung dengan Seokjin rasanya begitu mendebarkan, padahal dia sama sekali tidak mengeluarkan kata-kata modus dan hal semacamnya seperti yang selalu di lakukan beberapa teman laki-lakinya.

Membuang nafas, pada akhirnya Jisoo berjalan mendekati Seokjin dengan langkah yang cukup pelan. Langkahnya semakin mendekat dan hampir sampai, namun rupanya Seokjin sudah lebih dulu menyadari kehadiran Jisoo sehingga membuatnya langsung memasukan ponselnya ke dalam saku hoodie-nya.

Seketika Jisoo menelan ludahnya saat tatapannya bertemu dengan tatapan Seokjin. Pemuda itu memiliki tatapan serta alis tebal yang menukik tajam, membuatnya lemah dan merasa terintimidasi dengan jantung yang berdebar-debar. Namun meski begitu, Jisoo suka tatapan Seokjin, apalagi ketika lelaki itu menatapnya seperti saat ini.

"Ma-maaf, aku lama ya?" tanya Jisoo hati-hati. Ia sadar sendiri kalau dirinya memang terlambat untuk datang menemui Seokjin. "Tadi nyasar dulu soalnya, agak pusing nyari jalannya," katanya seraya terkekeh kikuk.

"Oh, nyasar?" Seokjin sedikit terkejut mendengarnya. "Kenapa gak nelfon atau chat aja?"

Jisoo tidak menjawab, ia hanya tersenyum canggung. Lagi pula, rasanya malu sekali jika saat dirinya tersesat tadi langsung menelepon atau mengirim pesan pada Seokjin.

"Sori juga ya."

"Buat?"

"Karena udah nyusahin, sampe bikin nyasar."

"Oh, enggak kok! Santai aja, akunya aja yang emang bego jalan dari dulu, hehe."

Seokjin tersenyum tipis. Sebetulnya, dirinya juga merasa amat teramat bego karena hal ini. Kenapa dirinya tidak menjemput Jisoo saja ke rumahnya? Toh, dirinya sudah tahu rumah Jisoo karena pernah mengantar saat dengan Taehyung.

Ah, memang dasar saja dirinya yang payah. Padahal Seokjin sudah berpengalaman mendekati perempuan, tetapi karena memang pada dasarnya Seokjin tipikal laki-laki yang cuek sehingga hal-hal kecil seperti ini selalu terlewatkan, atau memang sengaja di lewatkan.

"Mau nonton apa?" tanya Jisoo ketika mereka berdua sampai di bioskop dan sedang berada dalam antrean tiket.

Seokjin terdiam sejenak, berpikir film apa yang bagus dan cocok untuk mereka berdua. Namun sejak dirinya mengajak Jisoo menonton, Seokjin memang tidak mempunyai rencana film apa yang akan di tonton olehnya sehingga dirinya menggeleng tidak tahu.

"Apa aja, terserah." lagi-lagi Seokjin merasa dirinya amat teramat payah. Perihal memilih film saja dirinya tidak mampu. Memalukan.

BitterloveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang