11 : We Never Broke Up

3.3K 434 110
                                    

The sweetest love can be so hard to find

Bitterlove - Ardhito Pramono

▫️▫️▫️

Seokjin masih tidak habis pikir dengan apa yang dilakukan Jisoo kemarin pada Sana di kantin. Bagaimana bisa gadis itu melakukan hal yang memalukan di depan umum? Benar-benar memalukan. Bukan hanya Sana yang di permalukan, tetapi Jisoo mempermalukan dirinya sendiri.

Karena kejadian kemarin, Seokjin merasa tidak enak pada Sana. Temannya itu pasti sangat terkejut dengan perasaan hancur, di maki dan di teriaki di tempat umum adalah hal yang tidak menyenangkan sama sekali.

Hari ini Seokjin berniat berbicara dengan Sana soal kejadian kemarin. Meski bukan dirinya yang berbuat demikian, Seokjin tetap merasa bersalah dan harus membicarakannya dengan baik. Seokjin tidak ingin karena kejadian kemarin Sana menyimpan kebencian dan dendam pada Jisoo. Ia juga tidak mau hubungan pertemanannya dengan Sana rusak hanya karena kejadian kemarin.

Seokjin bisa menebak kalau di sore hari begini, Sana kerap kali mengunjungi perpustakaan. Dan benar saja, Seokjin menemukan Sana yang menempati salah satu meja kursi di perpustakaan. Gadis itu terlihat tengah membaca sebuah buku tebal, tentunya sambil mengerjakan tugas juga sepertinya.

Dengan langkah tenang, Seokjin berjalan mendekat, lalu duduk di sebuah kursi yang tepat berada di seberang Sana terduduk. Sana mengangkat kepalanya dari semula menunduk karena membaca, ia tampak sedikit terkejut karena kedatangan Seokjin.

"Mau ngapain?" tanya Sana, yang sepertinya tidak nyaman.

"Na, kita bicara dulu bentar ya." kata Seokjin, menyadari ketidak nyamanan Sana atas kedatangannya.

Sana mengangguk pelan. "Tinggal ngomong aja."

"Soal kejadian kemarin, maafin gue ya. Gue tahu lo pasti sakit hati dan malu di bentak dan di maki kayak gitu, apalagi di depan umum," ujar Seokjin. "Lo gak apa-apa kan?"

Sana tersenyum tipis. "Gak ada yang gak apa-apa setelah di perlakukan kayak gitu, Jin. Dan, untuk apa lo minta maaf? Lo gak salah."

Seokjin menghela nafas. "Oke, maksud gue. Tolong lo maafin Jisoo ya? Jangan dendam sama dia setelah kejadian kemarin."

"Tenang aja, gue udah maafin dia kok dan gue bukan orang yang pendendam," balas Sana seraya terkekeh, membuat Seokjin sedikit lebih lega. "Lagian, juga gue udah cukup terbiasa. Rata-rata temen deket gue cowok dan mereka punya cewek. Gue sering di maki dan di amuk sama mereka karena kedekatan gue sama temen-temen cowok gue."

"Tapi kalau di maki di depan banyak orang kayak kemarin, itu pengalaman pertama gue sih. Sebelumnya, gue cuma di labrak lewat chat doang," Sana tertawa kecil. "Jisoo emang beda sih, cewek lo pemberani, Jin."

Seokjin terkekeh mendengus. "Apanya yang pemberani?"

"Gue ngerti ini salah gue juga. Seharusnya gue emang sadar diri sejak awal kalau gue emang udah berlebihan," katanya. "Sori kalau selama ini gue terkesan kayak selalu bergantung sama lo, selalu ganggu waktu lo."

"Lo ngomong apasih? Jangan gitu, Na. Gue gak masalah sama itu."

"Iya, tapi itu masalah buat Jisoo." balasnya.

"Dia emang terkadang berlebihan, Na."

Sana berdecak. "Lo jangan salahin cewek lo mulu. Gue ngerti perasaan Jisoo sebagai sesama cewek. Dia ngelakuin hal ini karena dia emang sayang sama lo, Jin."

Seokjin terdiam. Pikirannya pada Jisoo kalah dengan rasa bersalahnya pada Sana sehingga dirinya hanya memikirkan gadis yang berada di hadapannya ini. Bukan apa-apa, Sana adalah teman baiknya dan mereka sudah cukup lama berteman. Bahkan Sana jauh lebih mengenal Seokjin dari pada Jisoo yang notabenenya adalah pacarnya.

BitterloveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang