27 : Stuck on You

2.8K 305 132
                                    

Watch the past go up in smoke 
You fake a smile, lie and say 
You're better now than ever and your life's okay 
But it's not.

Six Degrees of Separation - The Script

️▫️▫️▫️

Jisoo selalu mendadak lapar saat malam hari. Dan laparnya Jisoo membuat Seokjin terlibat, sebab gadis itu selalu meneleponnya dan memintanya untuk menemani mencari makanan yang di inginkannya saat itu. Terkadang, Seokjin tidak habis pikir dengan kekasihnya yang selalu mendadak lapar saat malam semakin larut. Alih-alih mengantuk, Jisoo malah lapar dan mengajaknya mencari makanan.

Beruntung saat ini dirinya sedang berada diluar rumah bersama teman-temannya, tepatnya sedang berkumpul di kamar kostnya Hoseok yang tempatnya tidak jauh dari rumah Jisoo. Coba kalau Seokjin sedang rebahan atau main game di rumah, pasti akan penuh dengan pertimbangan untuk bersedia, atau malah tidak bersedia sama sekali.

Pilihan makanan Jisoo malam ini hanyalah nasi goreng pinggir jalan yang selalu ada di depan komplek perumahan Jisoo. Gadis itu bertepuk tangan kecil dengan mata yang berbinar kala pesanan nasi goreng yang ia inginkan telah tiba di mejanya.

"Kok kurang pedes ya?" kata Jisoo setelah melahap suapan pertamanya.

"Jangan coba-coba nambah pedes lagi, Ji." Seokjin memperingatkan. Pasalnya Jisoo selalu menambah takaran pedas yang tak kira-kira dan hal itu pernah berdampak pada pencernaannya.

Jisoo berdecak. "Kurang pedes tahu!"

"Astaga, kurang pedes gimana sih? Ini udah pedes banget." balas Seokjin, kemudian menegak sedikit air untuk menetralisir rasa pedas di lidahnya.

Jisoo mendengus. "Ya itu kan menurut kamu. Kita beda selera, aku suka pedes dan kamu enggak. Jangan di samain."

Gadis itu hendak meminta tambahan pedas pada abang penjualnya, namun ucapan Seokjin membuatnya mengurungkan niatnya saat itu juga.

"Kalau susah di bilangin, aku gak akan ngomong lagi sama kamu." ancam Seokjin tenang dan serius, membuat Jisoo memajukan bibirnya beberapa senti.

"Kok gitu sih? Gak asik ah!"

"Ya makanya nurut! Kepala batu dasar. Mau sakit perut berkepanjangan lagi kayak waktu itu, huh?" balas Seokjin yang kini menatap Jisoo sepenuhnya dengan tatapan tajam, mencoba membuat kekasihnya menurut padanya, sebab ini demi kebaikan dan kesehatan Jisoo juga. "Gak enak kan rasanya kalau udah kerasa sakit? Kamu tahu sendiri rasanya gimana. Dan siapa yang terlibat kalau kamu sakit, Ji? Aku."

"Nambah dikit doang." Jisoo tetap keras kepala.

"Kalau kamu tetap gak mau nurut, aku gak akan mau lagi nganter kamu ke dokter dan gak akan lagi mau nemenin kamu di rumah. Biar aja aku gak peduli, salah sendiri susah di bilangin." imbuhnya, lalu kembali melahap nasi gorengnya.

Jisoo menciut saat itu juga. Ia tidak bisa melawan lagi jika Seokjin sudah mengomel. Seokjin itu kalau sudah kesal dan marah memang serius, ucapan serta ancamannya tidak pernah main-main.

Jisoo mendengus. "Yaudah iya, aku gak nambah. Jangan marah dong, masa cuma karena hal begini aja kita ribut sih? Aku lagi gak mood ribut sama kamu."

Seokjin membuang nafas. "Siapa yang ngajak ribut? Kamu sendiri yang mancing aku marah."

"Yaudah iya aku yang salah udah," kata Jisoo mengalah. "Jarang-jarang kan aku ngalah? Beruntung kamu hari ini."

BitterloveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang