Vote dulu, oke?
Thxu♡
▫️▫️▫️
"Aku ingin nikah sama kamu."
Jisoo terdiam mematung di tempatnya dengan jantung yang bertalu hebat. Umumnya, ketika ucapan seperti itu di katakan oleh sang kekasih adalah hal yang membahagiakan walau mengejutkan. Dan seharusnya Jisoo merasa amat teramat bahagia ketika Jinyoung —kekasihnya— mengatakan hal serius seperti itu padanya. Seharusnya Jisoo bersikap salah tingkah saat ini dan merasa terharu, atau kalau perlu menangis bahagia dengan sensasi debaran yang membahagiakan.
Tetapi pada nyatanya, yang Jisoo rasakan setelah kata itu terlontar dari mulut Jinyoung adalah kegelisahan dan ketakutan. Gadis itu semakin bingung tentang, apa yang harus ia lakukan setelah ini? Apa yang harus Jisoo katakan jika dirinya menolak hal yang seharusnya membahagiakan? Lalu, jika Jisoo menerimanya, bagaimana dengan Seokjin yang masih menjadi kekasihnya?
"Ke-kenapa?" sungguh, Jisoo benar-benar bingung harus mengatakan apa sekarang.
Jinyoung menaikkan sebelah alisnya, lalu terkekeh. "Ya... Aku ingin nikah sama kamu, Ji. Apa kamu perlu alasan untuk itu?"
"Ta-tapi—"
"Hubungan kita memang belum genap setahun, tapi aku sayang sama kamu, Ji. Dan aku serius soal aku ingin nikah sama kamu. Aku ingin hubungan kita lebih serius." ujar Jinyoung dengan serius seraya menatap Jisoo dengan sorot mata teduhnya.
"Ki-kita bahkan belum lulus kuliah, Jinyoung. Kenapa secepat ini?"
Jinyoung menghela nafas. "Iya, aku tahu, Ji. Tapi kita masih bisa lanjut dan selesaiin kuliah sampai tuntas meskipun kita udah nikah."
"Kalau kamu takut gak bebas setelah nikah, tenang aja. Aku gak akan ngekang kamu, kamu masih bisa menjalani keseharian seperti biasanya walau harus izin dulu ke aku." imbuhnya meyakinkan.
Jisoo terdiam sejenak sebelum membuang nafas secara perlahan. Ini benar-benar diluar dugaan. Jisoo tidak pernah menyangka kalau Jinyoung akan bertindak cepat soal keseriusan hubungan.
"Ini bukan soal itu, Jinyoung," ucap Jisoo. "Aku bener-bener gak bisa kalau secepat ini. A-aku belum siap."
Tangan Jinyoung bergerak menyentuh tangan Jisoo, lalu menggenggamnya. Hal itu membuat Jisoo mendongak, menatap kekasihnya yang tersenyum lembut padanya. "Gak apa-apa kalau memang kamu belum siap, aku akan coba ngerti posisi kamu."
Jinyoung benar-benar pengertian, Jisoo merasa bersalah. Tetapi ini benar-benar sulit, Jisoo tidak bisa jika secepat ini. Dirinya benar-benar belum siap untuk melanjutkan hubungannya ke jenjang lebih serius. Masih banyak harus di perbaiki dari dalam dirinya. Setidaknya sampai ia benar-benar telah memilih dan melepas salah satunya.
"Maaf." kata Jisoo dengan suara pelan, namun Jinyoung mampu mendengarnya dengan cukup baik.
"Jangan merasa bersalah, Ji. Aku ngerti ini mendadak buat kamu, kamu pasti kaget sama hal ini. Maafin aku ya udah bikin kamu terkejut kayak gini." Jinyoung terkekeh kecil, lalu dengan santainya ia mengecup punggung tangan Jisoo.
Jisoo tersenyum, hatinya berdesir hangat. Ia selalu menyukai setiap perlakuan Jinyoung padanya. Namun terlepas dari itu, pikiran Jisoo kini tertuju pada pemuda lain yang menjadi kekasihnya juga. Entahlah, setelah Jinyoung mengatakan hal keseriusan seperti beberapa saat lalu, Seokjin langsung terlintas dalam pikirannya.
![](https://img.wattpad.com/cover/198341200-288-k233622.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Bitterlove
Fanfiction[COMPLETED] "Love is everything, but game is more than anything." "Yaudah. Aku sadar diri kok, aku gak kalah penting dari game!" (17+) Bangtan lokal!au Copyright © 2019 by carameluv