06 : Don't Leave

3.7K 433 66
                                    

Udara dingin di sore hari dengan aspal yang basah serta beberapa genangan air kecil selepas hujan deras yang mengguyur kota, membuat sebagian orang memilih berdiam diri di dalam rumahnya masing-masing ketimbang keluar rumah meski hanya untuk membuang sampah. Tapi hal itu tidak berlaku untuk Jisoo yang kini berjalan sambil bergandengan tangan di jalanan komplek bersama sang pacar yang sekarang tengah meminum bubble tea.

Jika saja stok camilannya tidak habis, Jisoo tidak akan keluar bersama Seokjin untuk membeli camilan ke mini market di seberang jalan di cuaca dingin selepas hujan begini. Lebih baik bermalas-malasan sambil menonton drama Korea secara maraton di dalam kamarnya yang hangat. Tetapi menonton drama Korea terasa hambar tanpa adanya camilan, atau sesuatu untuk di makan.

Masa Jisoo harus makan Seokjin yang rebahan di sampingnya sambil game? Pada akhirnya bukan Seokjin yang di makan oleh Jisoo, malah Jisoo yang di makan oleh Seokjin nanti. Membayangkannya saja sudah membuat Jisoo bergidik sendiri.

"Cuaca dingin begini malah minum yang dingin. Susah di bilangin emang ya, udah di bilang jangan beli." kata Jisoo kesal.

"Kamu kan yang rekomendasiin bubble tea langganan kamu? Yaudah aku pengen coba." balas Seokjin.

Jisoo membuang nafas. "Ya tapi waktunya gak tepat. Ini cuacanya lagi dingin harusnya minum yang anget-anget."

"Penghangatnya kan kamu." balas Seokjin dengan raut wajah yang biasa saja, atau lebih tepatnya datar. Pokoknya wajahnya tidak seperti sedang menggombal.

Jisoo mengulum bibirnya, menahan senyum. Seokjin ini ngerdus tapi mukanya datar. Itu yang bikin Jisoo gemes dan ingin ketawa. "Halah, ngerdus mulu."

"Halah, bilang aja suka."

Dan setelahnya satu pukulan mendarat di punggung Seokjin cukup keras. Seolah terbiasa dengan hal itu, Seokjin hanya diam pasrah dan mulai beralih merangkul Jisoo tanpa mengatakan sepatah katapun sambil meminum bubble tea yang tersisa satu teguk lagi.

Keduanya mulai menyeberangi jalan ketika jalanan cukup lenggang hingga mereka sampai di mini market. Seokjin membawa keranjang dan Jisoo yang memimpin, memilih beberapa camilan dan melemparnya pada keranjang begitu saja tanpa menyadari kalau Seokjin sesekali menjadi korban dari lemparannya tersebut.

"Yang," panggil Jisoo seraya membawa dua kotak susu berukuran kecil di tangannya. "Rasa karamel atau pisang?"

"Karamel." jawab Seokjin tanpa berpikir panjang, karena memang rasa karamel adalah kesukaannya.

Jisoo berpikir sejenak, menimang-nimang pilihannya dan pilihan Seokjin. Dan Jisoo tak bisa memilih hingga akhirnya memilih keduanya, melempar dua kotak susu ke dalam keranjang yang Seokjin bawa.

Seokjin hanya menghela nafas pasrah seraya mengikuti langkah Jisoo di depannya. Hingga tanpa Jisoo sadari keranjangnya sudah penuh dan hal itu cukup merepotkan Seokjin karena salah satu camilannya berkali-kali jatuh, lalu disusul dengan yang lainnya.

"Ji, udah penuh." kata Seokjin.

"Bentar, cari pembalut dulu." balas Jisoo.

"Yaudah, aku duluan ke kasir ya." Seokjin berbalik dan berjalan menuju kasir dengan susah payah, berusaha menahan agar makanannya tidak berjatuhan.

Lelaki itu meletakan barang belanjaan Jisoo di meja kasir, melirik kesana kemari mencari pacarnya yang tak kunjung selesai memilih pembalut.

"Sebentar ya, mbak." ucap Seokjin pada seorang perempuan yang menjadi kasir.

"Mas ganteng," panggil wanita kasir itu. "Itu label harganya masih ngegantung di jaket."

Mendengar hal itu, Seokjin sontak mencabut label harga yang masih menggantung di jaketnya. Ah sialan memang kebiasaannya yang satu ini. Seokjin selalu lupa melepas label harga pada barang yang baru di belinya dan itu memalukan jika ketahuan oleh orang seperti saat ini.

BitterloveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang