19 : Almost

2.6K 305 106
                                    

"Gue udah sampe, buruan gue ngantuk." ucap Seokjin setelah telepon terhubung.

"Iya bentar lagi gue sampe, sayang."

Seokjin berdecak, menyandarkan tubuhnya ke sandaran jok seraya memejamkan mata. "Lo suruh masinisnya ngebut coba."

"Ngada-ngada lo!"

"Makanya buruan, gue ngantuk anjir."

"Ck! Tukang molor! Disuruh jemput aja ngeluh. Sabar dong, bentar lagi nih."

Seokjin membuang nafas, ia memaksakan diri untuk melawan rasa kantuknya. Matanya terasa begitu berat karena di paksa terbangun dari tidur. "Yaudah iya, telpon gue lagi kalau lo udah bener-bener sampe," setelah itu ia memutuskan panggilan, menyimpan ponselnya ke dashboard dan kembali memejamkan mata sejenak.

Tak lama setelah itu, ponselnya kembali berdering, menampilkan nama seseorang yang beberapa menit lalu ia hubungi.

"Apa? Lo udah nyampe?" tanya Seokjin dengan nada malas.

"Iya. Lo bisa kesini gak? Bantuin bawa barang gue, lumayan banyak nih."

Seokjin mendengus. "Ya lagian lo segala di beli, salah sendiri."

"Heh! Gue juga beliin lo oleh-oleh. Udah cepet kesini, lo di suruh kayak begini aja malesnya setengah mati."

"Iya iya gue kesana," katanya seraya keluar dari mobil dan mulai berjalan ke dalam stasiun dengan langkah cepat. "Dimana posisi lo sekarang?"

"Di deket tempat duduk."

"Eh Surti! Yang bener aja dong, tempat duduk di stasiun banyak astaga." decak Seokjin yang asal menyebut nama.

"Yaudah lo cari gue aja deh, nanti juga ketemu. Gue gak tahu ini patokannya dimana, pusing."

"Ngerepotin mulu kerjaan lo. Dimana posisi lo yang bener? Pusing pala gue banyak manusia disini."

"Eh udah dulu, hp gue low —tut."

Sambungan telepon terputus begitu saja. Seokjin berdecak dan memasukan ponselnya ke dalam saku jaket bombernya. Pemuda itu mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru stasiun yang di padati oleh orang-orang yang berlalu lalang dari berbagai arah. Sesekali ia berdecak kesal karena tak kunjung menemukan atau bertemu dengan seseorang yang memaksa menyuruhnya menjemput sampai membuat kegiatan tidurnya terganggu.

Seokjin membetulkan letak topinya sedikit, lalu melangkahkan kakinya untuk mulai mencari. Cukup lama mencari, akhirnya Seokjin menemukannya. Ia membuang nafas kasar, lantas berjalan menghampiri seorang wanita yang melambaikan tangan padanya seraya tersenyum lebar.

"Ahhh sayang I miss you!" ucapnya seraya memeluk Seokjin dan menggerak-gerakan badannya. "Do you miss me?"

"Kagak!" balas Seokjin seraya melepaskan diri dari wanita itu. "Udah bagus lo gak pulang. Dunia gue aman, damai, tentram."

Mendengar balasan Seokjin yang menyebalkan, wanita itu lantas melayangkan satu pukulan menggunakan tasnya hingga mendarat di kepala Seokjin bagian samping. Hal itu membuat Seokjin mengaduh, lalu meringis.

"Arh anjing sakit, Ren! Gila beneran lo ya? Yang bener aja kalau mukul!"

Wanita itu berdecak. "Makanya jangan berani nyebelin sama gue. Dan, aduh jangan panggil gue Ren anjir, norak! Gue udah bilang kan sama lo berkali-kali."

"Bodo."

"I-r-e-n-e, dibaca Airin. Bukan Iren!" protesnya tak terima. "Malu anjir lo panggil gue begitu di depan temen-temen gue."

BitterloveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang