SEJAUH DUA BENUA

925 86 35
                                    

Fildan duduk di kursi penumpang sesuai dengan nomer tiketnya, senyum terus terkembang dibibir tebalnya. Pagi ini dia akan berangkat menuju London bersama dengan tim penelitiannya untuk kembali mengikuti konferensi ikatan dokter dunia, sama seperti ketika dia duduk di semester satu perkuliahan dulu. Namun bedanya kini dia sudah berada di tahun terakhirnya di jurusan kedokteran. Tiga tahun setengah yang cukup berat hampir berhasil dilewati Fildan. Sepulang dia nanti dari London, dia akan langsung melakukan ujian skripsinya.

"Meski kamu tidak mengijinkanku untuk menemuimu, paling tidak aku bisa melihatmu dari kejauhan nanti.. Aku tidak sabar Huma, setelah hampir dua tahun setengah kita berjauhan, akhirnya sebentar lagi jarak kita akan sangat dekat walau tak bersua.. Tunggu aku Huma, i love you.."batin Fildan berdialog dengan layar ponselnya yang menampakkan wajah kekasihnya.

"Senyum-senyum aja nak Fildan,"tegur dosen pendamping tim Fildan.

Fildan menatap dr. Firdaus yang duduk bersebelahan dengannya, dia tersenyum kikuk karena ketahuan sedang melamun.

"Ah tidak dok, hanya senang saja bisa kembali mengikuti acara ini, terima kasih dokter sudah membantu saya dan tim.."ucap Fildan beralasan.

"Bisa aja kamu, saya kan cuma mengawasi dan selebihnya kamu sendiri sama tim mu yang bergerak.. Tidak salah penilaian saya tentangmu, andai kamu belum ada calon istri pasti saya sudah lamar kamu buat anak saya.."

"Ah dokter ini bercanda saja, Caca sudah seperti adik saya sendiri dok.."ucap Fildan.

Jika masih ingat, Caca adalah mahasiswi yang selalu menggoda Fildan setiap dia mengajar, itu karena Fildan memang sering ke rumahnya untuk sekedar konsultasi tugas dengan ayahnya sehingga Fildan dan Caca memang cukup dekat.

"Saya berterima kasih sekali loh sama nak Fildan, berkat kamu Caca jadi lebih bersemangat untuk kuliah.. Dia memang ingin jadi dokter tapi semangatnya sangat kurang dan cenderung pemalas.. Dulu saya semoat pesimis dia bisa lolos tes masuk tapi sejak kenal kamu dia jadi punya semangat baru dan alhamdulillah sekarang hasilnya luar biasa sekali.."ucap dr. Firdaus.

"Kuncinya hanya ada pada diri Caca dok, mau kenal saya atau tidak kalau dasarnya memang tidak mau berubah yang akan sama saja.. Sejauh ini saya lihat perkembangan Caca semakin baik dan semua nilai mata kuliahnya tidak ada yang mengecewakan, dia mampu dok.. Sebagai anak yang sering ditinggal oleh orang tuanya karena kesibukan, saya mengerti perasaannya.."

Kedekatan Fildan dan Caca membuat Fildan tau apa yang sebenarnya dirasakan dan diinginkan gadis remaja itu. Dulu saat kali pertama pertemuan mereka bisa dibilang tidak terlalu baik. Fildan yang memiliki segudang prestasi tiba-tiba dijadikan contoh dan pembanding oleh dosennya pada sang putri. Hati siapa yang tidak kesal jika diperlakukan seperti itu apalagi langsung didepan orangnya?

"Saya beruntung sekali mengenal kamu, terima kasih sudah menyadarkan saya kalau Caca hanya butuh sebuah perhatian.."

"Sama-sama dok..."

Pengumuman jika pesawat akan tinggal landas terdebgar dari pengeras suara. Seorang pramugari juga sudah bersiap didepan untuk menjelaskan tentang beberapa prosedur operasional selama penerbangan berlangsung.

"Bismillahirrahmanirrahim.."gumam Fildan saat pesawat sudah mulai mengudara.

Pembicaraannya dengan dr. Firdaus membuat Fildan mengkhayalkan masa depannya nanti.

"Kalau kita sudah punya anak nanti, kita bakal jadi orang tua seperti apa ya Huma? Yang pasti kasih sayang dan perhatian kita nggak boleh hilang untuknya, aku tidak mau dia merasakan apa yang pernah aku rasakan.. Kita juga tidak boleh egois ya Huma, tidak boleh memaksakan kehendak hingga membuat dia nanti tertekan.. Cukup kita yang pernah menderita karena keinginan orang tua.."

MPT2 : KITA (FIN✅)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang