Lesti mengusap lembut kepala laki-laki yang sedang terbaring lemas di pembaringannya. Airmatanya masih terus membanjiri wajah ayu yang lelah karena baru saja menempuh perjalanan panjang untuk sampai ditempat sang kekasih.
"Maafkan aku kak.. Bangunlah, aku sudah disini.."ucap Lesti ditengah isak.
Lesti menatap wajah pucat yang masih setia terpejam sejak berjam-jam lalu itu. Suhu badannya yang begitu tinggi mungkin bisa digunakan untuk mematangkan telur diatas dahinya.
"Lesti, istirahatlah nak.. Kamu baru saja sampai, nanti kamu malah ikutan sakit.."ucap perempuan paruh baya yang akan menjadi mertuanya kelak.
"Tidak ma, kak Fildan seperti ini gara-gara Lesti.. Lesti mau nemenin kak Fildan sampai dia bangun.."tolak Lesti.
"Tapi nak, kalau Fil.."
"Lesti nggak papa ma, mama istirahat saja biar Lesti yang jagain kak Fildan.."potong Lesti halus.
Tiga orang dewasa lainnya yang menyaksikan percakapan tersebut hanya menghela nafas berat karena sikap keras kepala Lesti.
"Les, dengerin kata mamamu.. Fildan akan baik-baik saja, kamu juga harus istirahat nak.."
Kini giliran sang ibu yang membujuk Lesti untuk beristirahat. Semua orang memang mengkhawatirkan Lesti. Bagaimana tidak, tiba-tiba saja dia menelpon minta dijemput dibandara. Kaget pasti karena tidak ada angin apapun dia menelpon dan mengatakan sudah sampai di Jakarta tanpa pemberitahuan sebelumnya.
Lesti melirik arlojinya sekilas, tengah malam tepat yang artinya dia sudah satu jam duduk diranjang middle size milik kekasihnya. Kepulangan Lesti memang mendadak dan tanpa rencana sebelumnya. Semua itu terjadi begitu saja setelah dia melihat kekasih dunia akhiratnya pingsan lewat sambungan video call dengan sang adik dihari sebelumnya.
Lesti segera mengecek jadwal penerbangan dari London menuju Jakarta saat sambungan teleponnya dengan sang adik terputus. Pikirannya sangat kalut dan tidak tenang setelah menyaksikan calon suaminya tergeletak lemas diatas sofa ruang kerjanya. Pikiran buruk menghantui benak Lesti san itu semakin membuat dia tidak bisa berpikir jernih terlebih kekasihnya itu susah dihubungi sejak kemarin.
"Kamu beneran mau pulang Les?"tanya Shiha memastikan keputusan Lesti yang mendadak itu.
"Iya kak, Lesti tidak tenang saat liat dia pingsan tadi.."jawab Lesti.
"Mungkin dia kecapekan aja Les, jangan parno dulu.. Kamu telpon aja lagi adikmu buat tanya keadaannya, ini perjalanan panjang loh Les.."
Lesti menatap rekan kerjanya itu dengan seksama, mempertimbangkan semua ucapannya. Namun kepala Lesti sudab terlanjur dipenuhi oleh bayangan kekasihnya yang pucat dan logikanya kalah dengan hati yang sedang dilanda kekalutan.
Lesti sedikit kecewa karena mendapatkan jadwal dipenerbangan terakhir menuju Jakarta karena semua seat penerbangan sore telah habis. Lesti sudah minta ijin pada atasannya untuk mengikuti acara sebentar saja dan meninggalkan acara tersebut untuk kembali ke Indonesia.
Selama acara berlangsung Lesti merasa gelisah. Tangannya tak berhenti mengetikkan pesan pada adiknya untuk mengetahui perkembangan sang kekasih. Dia tidak memberitahu kalau akan pulang karena pasti dia akan mendapat larangan.
"Ya Allah, jaga kekasihku.. Beri dia kesembuhan dan kekuatan untuk melawan semua penyakitnya.."batin Lesti.
"Les.."tegur Shiha.
"Astagfirullahal Adzim.. Iya kak, ada apa?"tanya Lesti.
Lesti menatap Shiha yang sepetinya khawatir pada keadaannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
MPT2 : KITA (FIN✅)
FanfictionSelama 4 tahun kepergian Lesti ke London , bagaimana kah kira-kira kehidupan mereka hingga Lesti kembali lagi ke Indonesia dan menikah dengan Fildan? peristiwa apa saja yang terjadi pada mereka semua? adakah orang-orang baru dalam kehidupan mereka...