LAGU HUJAN

896 91 8
                                    

Semua sahabat Fildan, orang tua Fildan dan saudara Gita yang berada di Jakarta sudah berkumpul semua di rumah Fildan. Mereka akan mengadakan syukuran kecil-kecilan atas kehamilan Gita yang sudah dikonfirmasi benar oleh dokter kandungan dan dinyatakan sehat baik ibu maupun bayinya. Fildan sangat senang karena akhirnya dia akan menjadi om dari keponakannya kelak tapi diantara kebahagiaan itu terselip sebuah kerinduan dan rasa kurang lengkap.

"Fildan, tolong belikan semangka nak.. Mama lupa beli tadi.."pinta sang mama.

Fildan yang masih sibuk menata tikar di ruang tamu bersama Ridwan dan Ical pun menghampiri mamanya.

"Beli yang kayak gimana ma, Fildan nggak tau.."ucap Fildan.

"Terserah kamu, pokoknya manis dan seger.."jawab sang mama.

"Lihat Fildan aja ma kalo pengen yang manis dan seger.."kelakar Fildan.

Semua yang mendengar kalimat Fildan refleks tertawa dan semua sahabatnya memasang wajah jijik dengan sifat narsis Fildan.

"Kok perut gue mual ya.."seru Rani.

"Iya Ran, rasanya makanan di perut gue juga pengen keluar.."sahut Ridwan tak mau kalah.

"Kuping gue tiba-tiba bisu.."timpal Ical.

Pletak!

Sebuah jitakan mendarat di kepala Ical.

"Aul, kenapa dijitak sih.. Aset nih kepala gue.."sengit Ical.

"Ya abisnya, mana ada kuping bisu.. Ical aneh.."ucap Aulia.

"Gini nih kalo upil badak dikasih nyawa, ya kali omongan gue lo tanggepin serius Aul.."sahut Ical gemas.

"Stop-stop.. Kalian kalo berantem aja gue kandangin dua-duanya nih.."ucap Fildan.

Aulia dan Ical memang yang selalu membuat berisik suasana apapun, mau sedih ataupun senang. Tiada hati tanpa perdebatan bagi mereka berdua dan anehnya memang selalu ada perdebatan itu walau tidak berfaedah sekalipun.

"Dipikir kita kucing.."sahut Ical.

"Gue kucing masib lucu, kalo elo bukan kucing Cal.."ucap Aulia.

"Emang gue apaan?"tanya Ical mulai tidak enak perasaan.

"Sa-pi pe-rah.."jawab Aulia dieja dan membuat yang mendengarnya tertawa terbahak-bahak.

"Kampret lo Aul.."tukas Ical kesal.

Disaat semuanya sibuk tertawa, Fildan pamitan untuk membelikan permintaan mamanya. Walau tidak tahu harus membeli seperti apa tapi dia tetap berangkat saja dan pasrah dengan apa yang ada di supermarket nanti. Fildan sebenarnya bisa memibta untuk ditemani adiknya atau sahabatnya yang tau tapi dia tidak tega mengganggu mereka tang sibuk dengan tugas masing-masing.

Setelah mendapat konfirmasi kebenaran dari dokter, Reza langsung memberi tahu kedua orang tua dan mertuanya tentang kehamilan sang istri tercinta. Sang mama pun langsung meminta pada Reza untuk mempersiapkan syukuran kecil-kecilan di rumah dengan mengundang para tetangga dan jamaah masjid selepas Isya' nanti. Mertuanya tidak bisa hadir karena masih ada acara juga di Jogja dan akan mengunjungi Reza dan Gita akhir pekan nanti.

Fildan melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang menuju supermarket yang tidak jauh dari rumahnya. Sepi sunyi menyergap Fildan yang sendirian mengendarai mobil, terselip kerinduan pada kekasihnya yang jauh.

"Padahal tadi sore udah telpon tapi sekarang rindu lagi.. Ah Huma, kapan empat tahun ini akan berakhir?"batin Fildan.

Ponsel Fildan berdering saat dia baru saja memarkirkan mobilnya.

MPT2 : KITA (FIN✅)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang