Lesti berjalan dengan tergesa menuju ruang seorang dokter yang beberapa hari lalu dia temui untuk memeriksakan diri. Sudah hampir tujuh bulan Lesti berada di Indonesia tapi baru sekarang dia melakukan pemeriksaan karena kesibukannya yang baru longgar. Lesti sibuk mengurus cabang-cabang kafenya yang semakin menjamur hingga di luar Jakarta. Urusan bisnis itu memang Lesti yang memegang karena Fildan harus mengabdikan diri sebagai dokter di sebuah rumah sakit negeri terkemuka di Jakarta.
"Ya Allah kenapa hamba merasa takut begini, semoga bukan berita buruk yang akan disampaikan oleh dr. Surya.."batin Lesti.
Disertaibhelaan nafas berat Lesti mengetuk pintu ruangan pribadi dokter syaraf yang menanganinya. Hampir dua minggu berjalan Lesti berurusan dengan sang dokter guna mencari tau penyebab sakit kepalanya yang "biasa".
"Assalamu'alaikum dok..."salam Lesti.
"Wa'alaikumsalam.. Silahkan duduk nak Lesti.."ucp dr. Surya.
Lesti duduk dihadapan sang dojter dengan was-was, dia tidak bisa menerka sama sekali raut wajah milik dokter yang menanganinya. Lima hari lalu Lesti telah melewati beberapa medical check up sesuai saran dr. Surya untuk mengetahui penyebab datangnya rasa sakit dikepala Lesti dan hari ini adalah saatnya mengetahui kebenaran.
Dr. Surya mengeluarkan hasil pemeriksaan lab dari dalam amplopnya. Wajahnya seketika berubah pias dan beberapa kali melirik Lesti yang cemas. Helaan nafas terdengar dari mulut dr. Surya. Lesti sudah pasrah dengan kabar yang akan diterimanya.
"Apa parah dok?"tanya Lesti memecah hening.
Dia takut tapi apalah daya yang bisa dia lakukan jika memang nanti yablng dideritanya adalah suatu penyakit mematikan. Yang bisa dilakukan Lesti hanyalah berdoa, mendoakan kesehatan untuknya dan keluarganya agar terus bisa bersama hingga masa tua tiba.
Dr. Surya memberikan selembar surat pernyataan dari laboratorium, beliau juga menunjukkan hasil foto ct scan kepala Lesti.
"Terdapat sebuah jaringan tidak biasa dibagian belakang otak kamu, sepertinya kecelakaan yang pernah meimpa kamu menjadi penyebab hal ini terjadi.. pasca operasi ada semacam reaksi tidak terduga yang berjalan lambat dan baru terasa dampaknya beberapa tahun kemudian.. dan itulah yang kamu rasakan akhir-akhir ini.."jelas dr. Surya.
Lesti sungguh terkejut mendegar penjelasan dr. Surya tentang keadaannya. Ada rasa takut yang langsung menyeruak masuk kedalam hatinya. Rasa takut jika kematian memanggilnya sebelum dia siap, rasa takut jika hatus meninggalkan orang-orang yang dicintainya dengan cepat.
"Apa masih bisa disembuhkan dok?"
"Bisa, pertumbuhan sel tersebut sangat lambat jadi mungkin masih bisa dihilangkan dengan mengonsumsi beberapa obat tapi kita juga tidak bisa bergantung pada obat-obatan saja.. kalau kamu bersedia, kita bisa melakukan operasi kembali untuk mengangkat jaringan sel tersebut sebelum menjalar kemana-mana.."
Lesti mempertimbangkan usulan dr. Surya, jika melakukan operasi itu artinya Lesti harus mengatakan penyakitnya kepada seluruh keluarga dan dia tidak bisa melakukan itu. Dia tidak mau membuat keluarganya sedih terutama suaminya. Sudah cukup dia memberikan derita pada laki-laki yang sangat sabar menantinya itu, dia tidak mau menambah beban derita sang suami.
"Akan saya pertimbangkan dok, selama tidak mengganggu aktifitas insyaallah tidak perlu operasi dok, saya optimis insyaallah bisa sembuh.."ucap Lesti.
"Baiklah, saya tidak bisa memaksa kamu untuk melakukan operasi.. tapi saya akan buatkan jadwal kontrol untuk melihat perkembangan sel tersebut selama proses pengobatan.."
![](https://img.wattpad.com/cover/189558177-288-k955971.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
MPT2 : KITA (FIN✅)
FanfictionSelama 4 tahun kepergian Lesti ke London , bagaimana kah kira-kira kehidupan mereka hingga Lesti kembali lagi ke Indonesia dan menikah dengan Fildan? peristiwa apa saja yang terjadi pada mereka semua? adakah orang-orang baru dalam kehidupan mereka...