ANTARA CINTA DAN RESTU

937 90 28
                                    

"Kak, Uwan mau minta restu kakak buat nikahin Rara.."

DEG!

Jantung Lesti serasa dipukul palu ghodam saat memdengar permintaan adiknya, sesak dan berat. Bukan Lesti tak ingin memberikan restu tapi dirinya saja belum menikah dan dia tidak mau jika harus dilangkahi sang adik.

"Kak, Uwan dan Rara udah dua tahun lebih berpacaran.. Uwan nggak mau nunda lama-lama lagi kak, Uwan pengen Rara tahu kalau Uwan serius sama dia.. Uwan sudah ngomongin ini sama bapak dan ibu, kata mereka semua kembali pada kakak.. Uwan bisa mengerti dan akan menerima semua keputusan kakak, Uwan bilang gini cuma ingin kakak tau saja kalau Uwan sudah siap lahir batin untuk menikahi Rara.."

Hati Lesti trenyuh mendengar penuturan sang adik. Dia juga ingin adiknya itu segera menikahi kekasihnya karena sebentar lagi dia sudah lulus kuliah bahkan sekarang sudah diterima bekerja. Tapi ada rasa berat menghinggapi hati Lesti, walau dia sudah memiliki kekasih dan siap menikah satu setengah tahun lagi. Dia tidak sanggup jika harus dilangkahi, ada ketakutan yang hanya Lesti sendiri yang tau.

"Wan, bukan kakak tidak ingin kamu segera menikahi kekasihmu tapi kalau untuk sekarang kakak.."

Ucapan Lesti tertahan karena dia tidak sanggup mengatakan ketidaksiapannya dilangkahi oleh adik tersayangnya.

"Uwan ngerti kak, makanya Uwan minta restu kakak saat ini.. Kalau kakak tidak bisa, Uwan nggak papa kok.. Uwan akan jelasin ke Rara kalau Uwan belum bisa menikahinya untuk beberapa tahun ini.."ucap Ridwan membuka suara atas diamnya Lesti.

"Wan.."

"Uwan nggak papa kak, jodoh nggak akan pergi kok, kalau Rara memang jodoh Uwan berarti sampai kapanpun dia akan tetap sabar menunggu Uwan, lagian Uwan juga masih belum punya banyak uang untuk berumah tangga nanti, lain dengan kak Fildan yang sudah sukses dengan kafenya dan bentar lagi mau jadi dokter.."

Ridwan mengalihkan topik pembicaraan dengan menggoda sang kakak, dia tidak mau kakaknya terus hanyut dalam kesedihan karena permintaannya tadi.

"Apaan sih Wan, kamu juga sudah hebat kok.."tukas Lesti.

Beruntung mereka berada pada sambungan telepon jadi Ridwan tidak bisa melihat wajah Lesti yang sudah merona karena malu.

"Pasti sekarang lagi senyum-senyum sendiri sambil liatin langit malam.. Inget kesehatan kak.."tebak Ridwan.

Lesti memang sedang melakukan apa yang adiknya itu katakan, melihat langit malam kota London memang menjadi kebiasaan baru Lesti sejak menginjakkan kaki di negara impiannya itu.

"Oh iya kak, lusa kak Fildan mau ke London loh katanya.."

"Hah? London? Ngapain? Kok nggak bilang?"tanya Lesti yang kaget dengan kabar dari adiknya.

"Eh nggak jadi kak, nggak jadi katanya.."ralat Ridwan namun Lesti tidak percaya dengan itu.

Lesti terus mendesak Ridwan agar memberitahunya dengan jelas kapan kekasihnya akan berangkat. Setelah mengobrol cukup lama dan rasa kantuk juga sudah menyerang, Lesti mengakhiri sambungan telepon mereka.

"Sekali lagi kakak minta maaf ya Wan, kakak hanya tidak sanggup kalau harus dilangkahi olehmu tapi untuk menikah secepatnya dengan kak Fildan juga belum bisa kakak lakukan.. Satu setengah tahun lagi Wan, maafkan kakak.."ucap Lesti sendu.

"Uwan ngerti kak, kakak jangan mikir gitu ya, udah fokus aja jalanin kegiatan kakak dan terapi kakak disana, jangan kecapekan, pola makannya diatur oke.."sahut Ridwan.

MPT2 : KITA (FIN✅)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang