Hari telah beranjak senja saat Minghao tengah duduk di pinggiran air mancur di pusat sebuah taman kecil di salah satu sudut kota Busan. Sesekali matanya melirik pemuda jangkung yang duduk tak jauh darinya, Kim Mingyu. Sungguh sebuah kebetulan yang lucu Minghao bisa bertemu Mingyu lagi seperti ini.
Jadi, setelah tak sengaja bertemu Mingyu di pantai, Minghao lari tunggang langgang seperti melihat hantu. Ia takut, entah karena apa. Dan setelah sosok Mingyu menghilang, rasa sesal tiba-tiba menggeranyangi pikirannya. Ia merasa harus bertemu dan bicara dengan lelaki itu. Minghao berharap bisa bertemu Mingyu lagi, entah di pantai itu atau di tempat lain yang akan didatanginya. Dan ya, lucunya harapan sang gadis terkabul saat ia terpisah dari teman-temannya dan melihat si jangkung itu duduk di pinggiran air mancur.
"Jadi.." kata Minghao dan Mingyu hampir bersamaan.
"K-kau dulu," ujar Minghao kikuk.
Mingyu menghela napas sebelum mulai bicara, "kau sekarang tinggal di Busan?"
Minghao menggelang. "Aniyo. Aku tinggal di Shanghai sekarang. Aku kemari karena temanku yang mengajak liburan ke kampung halamannya. Kau sendiri?"
"Aku masih di Seoul. Sepertimu, aku juga ke sini hanya untuk liburan."
Minghao hanya mengangguk-angguk. Untuk sesaat suasana hening, tidak ada topik pembicaraan di antara keduanya.
"Eum.. Apa kabar?" tanya Mingyu random.
"Yah, seperti yang kau lihat, aku baik," jawab Minghao dengan seulas senyum yang dipaksakan.
"Oh iya, sudah lama sekali ya sejak terakhir kita bertemu? Ada sepuluh tahun?" tanya Mingyu lagi.
"Sepuluh tahun. Tepat. Usiaku sembilan belas saat memutuskan untuk tidak ingin melihatmu lagi dan sekarang sudah dua puluh sembilan," jawab Minghao dengan pandangan lurus menghindari kontak mata dengan Mingyu.
"Ahaha, benar," tukas Mingyu dengan tawa yang terdengar hambar.
"Eum... Ngomong-ngomong... Kau sudah menikah?"
Minghao terbatuk saat pertanyaan random itu meluncur begitu saja dari bibir Mingyu. Ia terkejut sampai tersedak ludahnya sendiri.
"Ah, atau bahkan kau sudah punya tiga orang anak?"
Minghao tertawa, begitu juga Mingyu. Suasana canggung diantara keduanya mulai mencair.
"Jangan konyol. Tiga orang anak terlalu banyak untuk seorang penduduk di negaraku. Lagipula aku belum menikah," jelas Minghao setelah tawanya usai.
"Sungguh?"
Minghao mengangguk.
"Kau tahu? Rasanya lucu bisa bertemu denganmu lagi seperti ini. Aku tiba-tiba teringat dengan masa-masa kuliah dulu saat aku melihatmu."
"Tentang masa-masa konyol itu? Hahahaha."
Setelahnya, kecanggungan benar-benar hilang. Obrolan mengalir selancar aliran air di saluran irigasi saat musim hujan. Mengenang masa-masa konyol yang manis sepuluh tahun silam, saat keduanya masih mengenyam pendidikan sarjana di universitas yang sama di Ibukota.
"Ngomong-ngomong, kisah kita dulu lumayan menarik, aku berniat menulisnya manjadi sebuah cerita," kata Minghao di sela-sela obrolannya.
"Benarkah? Kau seorang penulis ternyata. Keren!" puji Mingyu.
Minghao mengangguk lucu. "Ya, aku menulis cerita fiksi di sela-sela pekerjaan sebagai hobi."
"Tapi sayang, aku belum bisa menulisnya. Ada bagian kejadian yang aku lupakan dan aku tidak punya ide bagaimana mengarangnya," sambung Minghao diikuti perubahan ekspresi yang drastis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sugar Sweet Nightmare [Seventeen GS : Junhao]✔
Romance"Ge, aku bermimpi buruk semalam." "Mimpi apa?" "Di dalam mimpiku aku melihat seorang pemuda. Dia sangat tinggi dan tampan dengan balutan setelan jas putih. Sementara aku mengenakan gaun cantik dengan warna senada. Di dalam mimpi itu, kami berdansa d...