INTERMEZZO : Wen Junhui

228 27 17
                                    

Junhui's POV

Aku baru saja membereskan barang-barangku karena jam kerjaku sudah habis saat pintu ruanganku terbuka. Tak lama muncul sesosok wanita berjas putih yang langsung masuk dan duduk di kursi di hadapanku.

"Apa? Masalah dengan lubang hidungmu lagi? Sudah kubilang kan untuk konsultasi dengan dokter Zhang. Dia mungkin bisa memperbaikinya."

Wanita itu menatapku tajam. Dilihat dari ekspresinya, ia tampak sedang senang, namun sedikit kebingungan. Oh, jangan lupakan dengusan udara dari lu-

"Ck, berhenti menghina lubang hidungku! Sebentar saja, oke? Aku benar-benar harus konsultasi mengenai masa depan kita semua!"

Aku mengangkat sebelah alisku. Kita semua? Kurasa aku memang harus mendengarkannya sebentar.

"Baiklah, apa?"

"Yan An baru saja melamarku!"

Aku terlalu lelah bahkan untuk bereaksi ala kadarnya. Maka aku hanya menatapnya datar. Astaga. Boleh tidak sih kudeportasi langsung wanita ini ke negara asalnya atau kutenggelamkan saja di laut china selatan?

"Yeo Changgu. Kau ini pamer, bukan konsultasi. Kalau kau memang menyukainya ya terima saja. Sudahlah, aku mau pulang."

"Hei, tunggu. Justru itu masalahnya!"

"Kau bingung?" terkaku.

Changgu mengangguk. Ia lalu menunduk dalam.

"Aku khawatir... Soal Minghao. Kurasa dia menyukai Yan An. Aku takut kalau aku menerimanya lalu kami menikah, itu akan menyakiti Minghao, terlebih ia bisa tiba-tiba terkena serangan jantung. Tapi... Aku juga tidak bisa menolaknya. Secara mengejutkan aku juga mulai jatuh hati pada dokter aneh itu. Aku tidak menyalahkan Minghao sih, hanya saja..."

"Huh, masalahmu lumayan rumit juga," komentarku.

"Tapi aku perlu mengoreksi sedikit. Minghao sama sekali tidak jatuh cinta pada Yan An," tambahku yang membuat mata gadis Korea itu membulat sempurna.

"Jangan konyol! Kau tidak paham wanita. Kau pasti bilang begitu supaya aku menerima Yan An dan kau punya lebih banyak kesempatan untuk menggaet Minghao, kan?"

"Memang, aku tidak begitu paham soal wanita. Tapi aku mengenal Minghao lebih dari siapapun, bahkan dari dirinya sendiri," jawabku santai.

"Dan dia tidak pernah jatuh cinta dengan tiang berjalan itu. Minghao hanya masih bingung dengan perasaannya. Aku bahkan masih membiarkannya sendiri meski sebenarnya aku bisa menikahinya kapanpun!"

***

Namaku Wen Junhui. Tiga puluh tahun. Aku bekerja sebagai seorang psikolog di sebuah rumah sakit besar di Shanghai. Kalau kau mengira hubunganku dengan Minghao hanya seorang psikolog dan pasiennya, itu kurang tepat. Karena nyatanya aku mengenal gadis itu hampir selama aku hidup.

Kami bertetangga, dan keluarga kami juga cukup dekat meski tidak ada hubungan darah sama sekali. Sejak kecil, bahkan sejak bayi, kami selalu bermain bersama. Minghao memanggilku gege karena ia setahun lebih muda dariku. Dan aku sangat menyayanginya seperti adikku sendiri.

Kami tumbuh bersama, hampir tak terpisahkan, hingga aku tahu segalanya tentang Minghao. Makanan kesukaannya, kebiasaannya, atau apa yang dia inginkan untuk hadiah ulang tahun. Aku juga tahu kesulitan macam apa yang dilaluinya.

Minghao gadis kecil yang selalu tersenyum. Tanpa seorang pun yang tahu, kecuali aku, kalau ia kerap menjadi korban kekerasan ayahnya sendiri. Katakan aku seorang stalker. Aku kadang diam-diam mengintip di jendela rumahnya dan mendapati gadis itu sedang dipukuli ayahnya, entah karena apa. Aku juga kadang memperhatikan ada luka-luka lecet saat lengan sweaternya tidak sengaja tersingkap. Dan setiap aku bertanya, ia selalu berkata, “Tak apa, gege jangan khawatir, ini hanya luka karena jatuh."

Sugar Sweet Nightmare [Seventeen GS : Junhao]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang