十四/14. The Pain of The Past

190 27 39
                                    

"Minghao!"

Minghao yang tengah asyik berjalan sambil bermain ponsel di lorong kampus pun menoleh. Matanya membulat begitu mendapati sosok tinggi berlari ke arahnya. Buru-buru ia merogoh tasnya, mengeluarkan benda seperti kaleng semprot, menyemprotkan isinya ke dalam mulutnya dan memasukkan kembali benda itu ke dalam tasnya sebelum orang itu tiba di depannya. Untuk jaga-jaga.

"Oh, Hai calon kakak ipar!" sapa Minghao.

Mingyu dihadapannya malah terkekeh.

"Astaga, Hao! Sungguh aku masih tidak menyangka soal kemarin. Aku mengencani seseorang dan ternyata dia kakakmu! Wuh, Jinjja daebak!"

"Yah, aku juga agak kaget sih," balas Minghao datar.

Padahal dalam hatinya ia merasa ada perasaan tergelitik saat Mingyu mulai memanggilnya dengan nama kecilnya lagi.

"Kau akan pulang, kan? Titip salam buat kakakmu itu ya?" kata Mingyu lagi.

Minghao mendengus. Ia masih diam sembari menggumamkan cibiran 'apa-apaan sih sok titip salam, biasanya juga saling menelepon dan mengirim pesan berjam-jam setiap harinya'

"Ah, atau kuantarkan pulang sekalian? Sekarang aku punya motor loh," kata Mingyu.

"Tidak, terimakasih. Seseorang akan menjemputku. Dia bilang akan sedikit terlambat sih, tapi dia akan ngomel-ngomel kalau aku pulang duluan dan tidak menunggunya," jawab Minghao sembari melihat jam yang melingkar di pergelangan tangan kirinya.

"Oh iya, Mingyu. Mumpung aku ingat, bisa kita bicara sebentar? Mungkin sambil duduk di kursi itu?" kata Minghao lagi sembari menunjuk sebuah kursi panjang dengan dagunya.

*





"Hmmm, begini. Kau... Apa kau serius dengan Yuanyou Jiejie?" kata Minghao pada akhirnya setelah agak lama terdiam sambil berpikir sebelumnya.

"Oh itu. Tentu saja aku serius! Kemarin aku sudah menemui adiknya yang ternyata kau, dan aku masih menunggu restumu. Lalu kalau lain kali ada waktu aku akan menemui keluarganya yang lain," tukas Mingyu.

"Kau.. sungguh-sungguh mencintainya?"

Mingyu mengangguk mantap, "tentu saja. Dia adalah wanita yang luar biasa. Aku benar-benar jatuh cinta padanya."

Minghao tersenyum kecut. Dadanya sedikit berdenyut nyeri. Ia lalu menarik napas panjang dan menghembuskannya. Ya Tuhan, semoga aku tidak pingsan!

"Terakhir. Apa kau..." napas gadis itu tercekat sebelum melanjutkan, "Apa kau tidak akan pernah meninggalkannya.. seperti kau meninggalkanku dulu?"

Senyuman Mingyu yang sudah lebar luntur begitu saja. Ia menatap lawan bicaranya kosong. Sementara lawan bicaranya itu menunduk takut-takut.

"Ah, itu... Aku benar-benar minta maaf soal masa lalu kita di Seoul dulu."

Mingyu membuang napas sembari mulai berkata-kata sementara Minghao masih diam mendengarkan.

"Aku sangat tidak ingin membuka luka lama itu. Tapi, kurasa aku akan jujur sejujur-jujurnya saja padamu saat ini."

"Dulu, kuakui aku ini brengsek. Sejak sekolah menengah aku berganti pacar hampir setiap minggu, meski aku tidak pernah menyentuh mereka, aku main-main dengan perasaan mereka. Dua bulan bersamamu adalah rekor waktu terlamaku memacari seorang gadis. Tapi tetap aja, pada akhirnya aku yang bodoh ini meninggalkan gadis sebaik dirimu dan pergi dengan gadis lain. Saat itu... aku langsung mengencani Eunwoo setelah putus darimu."

Sugar Sweet Nightmare [Seventeen GS : Junhao]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang