十/10. The Night When He Came Again

270 23 11
                                    

Lucy jatuh terduduk, kakinya mendadak lemas. Ditatapnya punggung Raymond yang semakin menjauh di ujung jalan setapak itu, juga punggung seorang wanita yang dirangkul pria jangkung itu erat. Hati kecil Lucy masih berharap, di detik berikutnya Raymond berbalik, menangkup kedua pipinya, memeluknya sembari membisikkan kata maaf. Namun, harapan hanyalah harapan. Raymond dan Sienna, wanita yang bersamanya itu, menghilang di belokan. Dan setelahnya, Raymond Liu tidak pernah kembali pada Lucy Huang, selamanya.
***

Minghao menatap hasil ketikannya di layar laptopnya sembari mendesah pelan dan menyadarkan punggungnya di sofa. Ia masih berpikir, haruskah ia menghapusnya?

Omong-omong, gadis itu akhirnya mulai menulis setelah galau sekian lama. Ia menulis hampir persis seperti di buku diarynya, dengan mengganti namanya sendiri menjadi Lucy Huang dan Mingyu menjadi Raymond Liu. Seperti rencana awal, Minghao juga mendramatisir beberapa bagian. Namun setelah tulisan itu jadi ia merasa agak bersalah karena membuat tokoh utama laki-lakinya menjadi sangat jahat.

Mingyu tidak sejahat itu. Entah karena lelaki Korea itu memang sudah berubah, atau karena sudut pandang Minghao terhadap Mingyu yang berubah sejak pertemuannya kembali akhir-akhir ini.

Seperti kemarin...

Minghao baru saja selesai mengerjakan tugasnya yang membludak saat hari beranjak larut dan hujan turun cukup deras. Ia masih berdiri di halte bus depan kampus tempat ia mengajar untuk berteduh sembari menatap nanar layar ponselnya.

Ia bingung bagaimana harus pulang. Yuanyou, yang tinggal se atap dengannya baru saja mengirimkan pesan kalau ia tidak bisa menjemput Minghao karena sedang tidak enak badan. Yuanyou menyarankan Minghao untuk menghubungi Junhui. Namun, Junhui juga tidak bisa dihubungi.

"Astaga! Gege sedang apa sih!" gerutu Minghao yang sudah mendapati panggilannya yang ke sepuluh tidak juga dijawab oleh Junhui.

Kesal, Minghao pun mematikan ponselnya dan menaruhnya asal ke dalam tasnya.

"Bahkan bis pun tidak ada!"

Gadis itu menopang wajah cemberutnya dengan tangan yang ditumpukan ke pahanya. Sembari menatap hujan yang tak kunjung berhenti. Hingga ada sesosok siluet yang lewat dan berhenti tepat di depan Minghao.

"Xu Minghao-ssi?"

Minghao mendongak dan mendapati seseorang. Dengan pencahayaan minim ia hanya bisa melihat seulas senyum dan deretan gigi putih orang itu, juga payung berwarna merah muda yang dipegangnya. Namun dengan suara dan cara memanggilnya, Minghao tahu siapa itu.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Sugar Sweet Nightmare [Seventeen GS : Junhao]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang