三/3. The Diary (3/3)

337 40 13
                                    

A/n.
Coba dengarkan lagu seventeen, don't wanna cry, untuk mendapatkan feelnya :"v
***

"Jadi ini yang namanya Minghao? Astaga! Anakku memang pandai mencari pacar. Kau cantik," katanya sembari tersenyum.

Sungguh, aku merasa sangat malu. Wajahku pasti memerah.

"Te-terima kasih."

"Ngomong-ngomong, kau bukan orang korea ya? Cara bicaramu agak berbeda," katanya lagi.

"Ya, aku dari Cina. Dari kota Anshan di Liaoning lebih tepatnya," jawabku sembari melirik Mingyu sekilas yang dari tadi hanya diam saja.

Kajadian selanjutnya, kurasa tak perlu kuceritakan lebih detail. Kami yang ada di ruangan itu hanya saling mengobrol dengan candaan di sela-selanya. Terkadang mereka juga menggodaku, seperti yang sering Jeonghan lakukan di kampus.

Aku menyimak mereka, meski fokusku sepenuhnya hanya pada Mingyu. Saat kami tertawa, ia juga tertawa, meski tak seantusias seperti biasanya. Hanya aku merasa ada sesuatu yang aneh. Dia tidak menatapku dalam waktu yang lama, hanya melirik sekilas tanpa minat. Tak ada tanda-tanda kerinduan sama sekali di sana. Tapi saat itu aku hanya berpikir posistif, dia sedang tidak sehat.

25 Oktober.

Aku sedang memarkirkan sepedaku saat aku melihat ada siluet jangkung yang tak asing yang melewatiku begitu saja.

"Mingyu!" panggilku.

Namun dia tetap melanjutkan langkahnya. Aneh. Ini hari pertama dia masuk setelah sakit selama seminggu lebih. Tidak inginkah ia menyapa pacarnya dulu? Iya sih kami sudah bertemu saat aku menjenguknya, tapi tetap saja!

Aku pun mengejarnya. Harusnya dia tahu aku mengejar, tapi dia tetap melangkahkan kaki-kakinya yang panjang itu. Hingga aku kelelahan, berhenti, dan menatap punggungnya yang lama lama menghilang di belokan.

Oke, aku menyerah. Aku mengeluarkan ponselku dan mencoba mengiriminya pesan.

To : Mingyu ❤
Sayang, kenapa terburu-buru?
Kau bahkan tidak melihatku?

Masih seperti biasa, balasan datang dalam waktu beberapa detik.

Mingyu ❤ :
Aku buru-buru
Ada hal yang harus keselesaikan secepatnya di kelas.

Me :
Huh :(
Kau bahkan tidak tahu aku mengejarmu sampai kehabisan napas begini?

Mingyu ❤ :
Sudah kubilang aku buru-buru, Minghao.
Ada hal yang lebih penting selain harus menyapamu setiap pagi!
Kenapa? Kau marah? Silahkan.

Me :
Tidak.
Aku mengerti, aku tidak marah kok :)
(read)

Aku menghela napas pasrah. Pesannya agak menjengkelkan jujur saja. Tapi aku harus mengerti. Ya, dia mungkin agak stres dengan tugas yang menumpuk selama dia tidak masuk. Itu pasti.

26 Oktober.

Saat itu di sebuah bangku di kantin. Aku sedang bersandar pada bahu Mingyu yang agak lebar saat lelaki itu sibuk berkutat pada laptopnya. Ya, tugas. Benar apa yang dikatakannya kemarin, ia akan sibuk dengan setumpuk tugas setelah seminggu lebih tidak masuk. Andai aku bisa membantu, tapi sayang bidangnya berbeda dengan bidangku.

"Kau bekerja terlalu keras, sayang. Kau bahkan belum menyentuh makananmu," kataku yang masih bersandar di bahunya.

Ia tak menjawab.

"Mau kusuapi?"

Seketika atensinya beralih padaku. Huh, akhirnya.

"Boleh. Suapi aku sementara aku menyelesaikan tugasku ya?"

11 November.

Saat itu senja hari. Matahari hampir terbenam di cakrawala, sebelah barat sungai han. Saat itu pula, dua kata yang amat sangat tidak ingin kudengar, terucap dari bibir tebalnya.

"Kita putus!"

Begitu katanya. Aku terhenyak, tak percaya dengan apa yang kudengar saat itu.

"A-apa katamu?? Setelah apa yang kita lakukan selama ini?"

"Kita putus. Dengar? Aku yakin kau tidak tuli nona Xu."

"Ta-tapi kenapa? Apa salahku? Aku tidak selingkuh kok, aku bahkan tidak pernah melirik laki-laki lain selain dirimu," lirihku.

Bukannya menjawab, ia malah melangkahkan kaki-kaki jengjangnya itu menjauh dari tempatku berdiri saat ini.

"Ya! Kim Mingyu! Jawab aku! Apa masalahmu hah?!"

Aku kalap dan berteriak sekeras-kerasnya. Sampai rasanya tenagaku menguap hampir seluruhnya hingga aku jatuh berlutut di tanah dengan napas memburu. Lalu ia pun berbalik.

"Karena kau tidak peka, bodoh, dan keras kepala. Aku hanya membuang waktu dengan mempertahankan gadis sepertimu."

Jleb. Rasanya seperti ada pedang tajam yang ditusukkan tepat di jantungku. Tidak ada darah memang, tapi aku yakin rasanya lebih sakit daripada tusukan berdarah.

"Aku bodoh hah?! Alasanmu jauh lebih bodoh tuan Kim!"

"Aku membencimu, Kim Mingyu!"

Bohong, tentu saja. Aku masih mencintainya, sangat. Aku begitu mencintainya sampai aku tak tahu bagaimana mengatakannya lagi. Tapi dia tetap pergi. Apapun yang aku katakan ia tetap pergi meninggalkan aku yang sedang hancur di sana. Mungkin memang benar, dia sudah tak menyukaiku lagi.

***

A/n.
Oke, ini benar-benar tidak jelas, i know :v Tapi akan diperjelas di beberapa part selanjutnya, semoga tidak mengecewakan :3

Akan ada kejutan... Ditunggu yaaa :3

Sugar Sweet Nightmare [Seventeen GS : Junhao]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang