十八/18. The Miracle

212 29 59
                                    

Minghao's POV

"Minghao! Bangun, Minghao!"

Aku tak mengerti, suara-suara itu terus terdengar. Suara tanpa wujud yang menyuruhku untuk bangun. Apa maksudnya itu? Aku tidak sedang tidur kok. Aku sedang jalan-jalan di padang rumput luas yang seperti tak berujung.

"Bangunlah, Minghao. Duduklah di sampingku."

Lagi, suara itu terdengar. Aku mengenalinya sebagai suara Junhui gege. Ya, itu suaranya. Tapi yang paling mengherankan selain perintahnya untuk bangun adalah, suara itu tak berwujud. Aku terus-terusan mendengar suaranya, tapi tak mendapati Junhui gege di manapun.

"Yan An! Kapan dia akan bangun?"

"Aku... Masih belum tahu."

Aku juga mendengar suara dokter Yan, tapi ia juga tidak ada di sekitar sini. Hanya rumput dan pepohonan sejauh mata memandang.

"Minghao, bangunlah. Semua orang mencemaskanmu."

"Sayang sekali bunganya sudah layu dan kering."

"Belikan yang baru lah."

Kini suara dokter Yeo dan Yuanyou Jiejie yang kudengar. Tapi aku juga tetap tidak menemukan mereka dimanapun. Sebenarnya, aku ini dimana sih?

Tempat ini aneh. Aku tidak tahu sudah berapa lama aku berputar-putar. Tapi tidak ada apapun selain tumbuh-tumbuhan yang kutemui. Waktu juga seperti berhenti, karena aku yakin aku sudah berada cukup lama di sini tapi mataharinya tampak tak bergerak.

Aku terus berjalan bahkan berlari mencari asal suara-suara itu, yang anehnya tidak membuatku lelah. Bahkan aku tidak merasa lapar dan haus. Apa aku sudah mati?

"Eh?"

Kukira aku akan sendirian selamanya di sini. Hingga aku menemukan siluet seseorang di kejauhan. Ah, kukira aku bisa bertanya padanya. Apakah aku benar-benar sudah mati? Lalu ke mana aku harus pergi selanjutnya.

Aku pun berlari untuk menghampirinya. Aku bisa melihatnya lebih jelas saat aku tiba tepat di belakangnya. Rambutnya panjang sedikit bergelombang. Kurasa ia seorang wanita.

"Eum.. Permisi, nona?" tanyaku.

Wanita itu pun berbalik. Astaga! Apa aku tidak salah lihat? Aku mengucek mataku untuk memastikan pengkihatanku. Wajah itu...

"Mama?"

Ya, itu Mama. Aku yakin itu.

"Minghao?" ujarnya sembari tersenyum.

"Iya! Ini Hao, Ma!"

"Hao rindu Mama."

Aku pun memeluknya, menyalurkan semua rasa rinduku selama ini. Ia pun balas memelukku.

"Mama jangan pergi lagi, ya? Setelah ini kita akan pergi ke surga bersama-sama kan?"

Pelukan kami terurai. Mama menggenggam tanganku erat dan menatap mataku lekat. Pandangannya teduh diiringi sebuah senyum manis seperti dulu.

"Kembalilah, Hao. Kau tidak boleh ikut Mama."

"Kenapa tidak boleh? Hao sekarang penyakitan, Ma. Hidup Hao hanya selalu menyusahkan orang-orang. Hao ingin ikut Mama saja!"

Mama menggeleng dengan senyum yang masih sama. "Tidak boleh. Hidupmu masih panjang, nak. Masih banyak yang harus kau lakukan."

"Tapi Mama..."

"Kembalilah, Hao. Mereka semua menunggumu."

**

Back to Author's POV

Sugar Sweet Nightmare [Seventeen GS : Junhao]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang