"Mengapa harus lelah? sementara Allah selalu menyemangati dengan Hayya 'allal falah, bahwa jarak kemenangan antara kening dan sajadah."
***
Fatimah POV
Hari ini aku dan Adit pindah ke rumah baru kami. Tak jauh dari rumah Abi dan Umi dan tak jauh pula dari rumah orang tua nya. Aku berkemas untuk segera pindah, walaupun tak rela harus meninggalkan kamarku yang berwarna kalem ini.
Baju, hijab dan lainnya kumasukkan ke dalam koper. Selesai berkemas, aku turun dari kamarku. Kebetulan hari masih pagi, dan matahari menyinari bumi tak cukup panas.
Aku turun dan kudapati Adit sedang menungguku. Ia sedang memainkan ponselnya, dan menatapku lekat. Aku dan Adit pun berpamitan dengan Abi dan Umi.
Aku pamit kepada Raihan dan Annisa yang masih tinggal di pesantren. Aku juga pamit dengan Aisyah dari telepon genggam. Dan tak lupa pula, kepada seluruh santri.
Aku menitihkan air mata, aku takut merindukan semuanya. Adit datang dan mendangkupkan tangannya di bahuku dan mengelusnya.
Akhirnya kami masuk ke dalam mobil. Meletakkan koper di tempat duduk belakang dan Adit mulai fokus dengan setirannya.
Aku hanya menikmati perjalanan ini. Kuhidupkan radio yang memutarkan lagu 'Maher Zain- Sepanjang Hidup'. Aku menikmati bait demi bait lagu itu. Sambil sedikit kuikuti bernyanyi walaupun lirih.
"Kamu suka lagu ini?" tanyanya sambil tersenyum.
"Iya Mas, aku suka." jawabku membalas senyumannya.
"Sama dong, aku juga suka kamu." ledeknya sambil memperlihatkan deretan gigi putihnya.
"Apaansih Mas, gak lucu tau." jawabku sambil menahan tawaan dan tetap pandangan netral.
Ia hanya tertawa sekilas, lalu kembali fokus menyetir mobil. Beberapa menit kami sampai di depan rumah yang bisa dibilang megah. Cat berwarna putih menjadi warna dominan rumah megah itu.
Aku turun dan masuk kedalamnya. terlihat megah namun sederhana. Terlihat 2 orang pembantu, 1 tukang kebun disana dan satu supir pribadi. Tak lupa pula satpam yang sudah dipekerjakan oleh Adit.
Apakah ini rumah yang ia siapkan dulu dengan Annisa? ah, aku perlu tau semua tentang mereka.
"Fatimah, ini Mbok Sri dan Mbok Sunem. Ini Mang Acep, tukang kebun kita, ini Pak Deni, supir pribadi dan ini Mang Udin, satpam dirumah kita." oceh Mas Adit mengenalkan seluruh anggota yang bekerja dirumah baru kami. Aku hanya menanggapinya dengan tersenyum.
Setelah itu, aku dan Adit menaiki tangga untuk pergi ke kamar baru kami. Aku membuka knop pintu, terlihat kamar yang luas disertai dengan rak-rak penuh buku. Ya, tak lain buku itu tentang kedokteran.
Warna biru dongker menghiasi kamar kami. Sejak kapan ia mengetahui bahwa aku mencintai warna biru dongker?
"Warna kesukaanmu kan?" tanyanya sambil mengelus puncak kepalaku.
"Iya Mas, kok kamu tau?" bingungku.
"Aku tahu dari Umi." jawabnya tersenyum dan berbaring di kingsizenya. Aku menyusun baju di lemari dan satu persatu aku meletakkan baju dan menggantungnya disana.
"Ehm, Mas?" ucapku yang meliriknya, ia sedang menatap langit-langit atap yang bercat biru dongker itu.
"Ya?" tanyanya masih tetap fokus.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Halalku✔ [BELUM REVISI]
Romantik⚠Genre: SPIRITUAL-ROMANCE⚠ Cinta itu bagaikan kapten dan nahkoda kapal. Apabila mereka tak saling menguatkan, maka kapal itu akan runtuh seperti cinta yang dilandasi tanpa rasa. Aku mencintai lelaki itu karena takdir Allah, dan takdir Allah malah me...