#25: Pengungkapan Raihan

1.8K 114 7
                                    

"Aku menikah bukan untuk bersenang-senang. Tetapi aku menikah untuk bisa menggapai ridho Allah hingga sampai ke jannah-Nya."

***

     "Kau salah, aku sudah mengandung anak Mas Adit." Puasnya.

     Wajah wanita bernama Annisa itu perlahan menjadi senyuman kecut. Ia melipatkan tangannya di depan dadanya.

     "Kau pikir aku akan menyerah begitu saja?" Jeda beberapa detik. "aku akan menghalalkan segala cara untuk merebut Mas Adit kembali darimu." Katanya sambil tertawa di akhir kalimat.

     Wanita itu pergi sambil membiarkan mereka berdiam di posisi mereka.

     Fatimah hanya bisa memeluk suaminya, dalam dekapan suaminya itu, dia merasa tenang dan takut kehilangan. Terlebih lagi, Fatimah tau bahwa Adit juga mungkin masih menyimpan rasa untuk wanita itu.

     Kini, Raihan hanya menatap kedua pasangan halal itu. Apa yang terjadi? Mengapa Annisa dan Raihan tidak jadi menikah? Apa penyebabnya? Pertanyaan itu terus berputar di pikiran Fatimah.

     Adit membopong tubuh gadis itu ke dalam mobil. Lalu ia keluar menemui Raihan kembali.

     "Seharusnya kau beruntung mendapatkan istri seperti Annisa." Desis Adit.

     "Aku bersyukur bisa mengenalnya, tetapi aku tak bisa bersatu dengannya. Ini perihal keluarga, kita bicarakan besok!" Perintah Raihan.

     Adit mengangguk.

     Akhirnya mereka memutuskan untuk pulang ke rumah dan bertemu besok di tempat sesuai perjanjian Raihan.

***

     Hari mulai petang, senja memperlihatkan dirinya pada alam sekitar. Menunjukkan bahwa malam akan segera datang dan tinggal semalaman.

     Wanita ini masih berada di alam mimpi. Setelah insiden kepergian umi tercintanya, ia memutuskan untuk tidur dan berjumpa umi di alam mimpi saja. Wanita ini benar-benar lelah.

     Mungkin ia hampir sadar, ia mengusap wajahnya kasar dan duduk di atas permukaan bedcover miliknya itu. Ia masih terpaku di sana. Masih merasakan bahwa semua itu hanyalah sebuah mimpi saja.

     Ujung matanya melirik suaminya yang tiba-tiba masuk kamar. Ia mengucap salam dan duduk di samping istrinya itu.

     "Sayang, kamu gak boleh seperti ini. Kasian dede bayi kita, nanti dia stress terus." Ujar sang suami.

     "Mas, Fatimah masih tertekan atas kepergian umi. Biarkan Fatimah menenangkan diri."

     Adit mengelus lembut rambut yang terbalur hijab Fatimah. Ia tahu jika istrinya itu masih sangat tertekan dengan kejadian tadi. Kini Adit merebahkan dirinya di atas kasur. Ia memandang langit-langit rumah.

     "Mas, jika nanti Annisa benar menghalalkan segala cara untuk bisa menikah dengan mas. Apakah mas akan terima semua kenyataan itu?" Pertanyaan itu lolos dari bibir Fatimah.

     Adit melirik istrinya.

     "Tidak, aku akan tetap memilihmu."

Cinta Halalku✔ [BELUM REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang