"Tenang saja, sesuatu yang sudah ditakdirkan untukmu tidak akan menjadi milik orang lain. Karena sejauh apapun ia pergi, jika engkau takdirnya pasti ia akan kembali."
***
Fatimah POV
Aku menyusuri koridor pesantren sambil menahan pipiku yang merona. Kututupi pipiku menggunakan telapak tanganku agar para santri tak tahu pipiku yang sudah memerah tadi.
Aku dan Aisyah memutuskan untuk pergi ke taman belakang pesantren yang saat itu tak jauh dari perpustakaan pesantren. Aku dan Aisyah duduk di bangku panjang tepatnya di depan pohon rindang.
"Syah!" ucapku berteriak menutup muka.
"Ada yang senang nih jadi sekretaris ustadz ganteng?" tanya Aisyah meledek.
"Apaan sih! Kamu ingat pas kita belanja sama Umi dan Mbak Naira gak? yang di pasar ituloh. Lalu kita shalat dhuha?" tanyaku dan kini aku berhadapan dengan Aisyah.
"Iya. Emangnya kenapa?" tanya Aisyah dan ia masih tetap kebingungan.
"Aaaaa! dia itu cowo yang kutemui di masjid itu, dan mungkin ia juga yang baca surah Ar-rahman itu Syah." jawabku tidak percaya.
"Cowo itu? serius? demi apa? Uh ustadz gantengku." ucap Aisyah sambil berbinar.
"Apaansih ustadz gantengmu. Ustadz gantengmu itu kan Bang Arkan, hahaha." ledekku ke arahnya.
"Kok dia sih? oh ya? Abangmu kemana? kok kita gak ada jumpa dia dari tadi ya?" ucap Aisyah sambil kebingungan melirik sana dan kemari.
"Hm? kamu nyariin Abangku atau Bang Arkan sih?" cibirku ke arahnya sambil tertawa. Dan Aisyah hanya memanyunkan bibirnya saja.
"Ehem!" dehaman seseorang mengejutkan aku dan Aisyah di taman.
"Astaghfirullah." ucapku dan Aisyah terkejut bersamaan.
"Hehe, maaf ya kalian terkejut ya?" ucap lelaki itu.
"Gak lucu sumpah deh Bang." jawabku.
"Kamu kok disini Ar?" ucap Aisyah sambil menatapnya kesal.
"Yaiyalah aku kan mau lihat bidadariku disini, sumpah deh hari ini kamu tuh cantik banget Syah." jawab Arkan sambil duduk di kursi sebelah dari kursi aku dan Aisyah.
Blussh! Pipi Aisyah merona, namun ia tahan agar tidak terlalu menampakkan pipinya ke Bang Arkan.
"Apaansih gombalnya receh banget." sinis Aisyah sambil menarik tanganku dan mengajakku pergi dari situ.
"Eh tunggu." perintah Arkan namun ia tetap duduk di posisinya.
Dasar Aisyah, sok malu tapi mau, haha. Padahal mah pipinya lagi merona. Aku tau betul sifat dia. Aisyah mengajakku pergi dan saat itu kulihat pipinya memerah.
***
Aku menaiki tangga dan membuka knop pintu. Aku pergi ke arah balkon kamarku dan kulihat senja sudah tergelincir menjadi malam. Akupun membaringkan tubuhku di atas ranjang yang tertata rapi. Spring bed yang berwarna biru dongker serta cat di kamarku pun berwarna biru.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Halalku✔ [BELUM REVISI]
Roman d'amour⚠Genre: SPIRITUAL-ROMANCE⚠ Cinta itu bagaikan kapten dan nahkoda kapal. Apabila mereka tak saling menguatkan, maka kapal itu akan runtuh seperti cinta yang dilandasi tanpa rasa. Aku mencintai lelaki itu karena takdir Allah, dan takdir Allah malah me...