#06: Ana uhibbuki fillah

2.6K 151 2
                                    

"Jangan pernah mengabaikan orang yang mencintaimu, karena mungkin suatu hari kamu akan terbangun dan akan menyadari bahwa kamu kehilangan bulan karena sibuk menghitung bintang."

***


       Hari ini aku kembali ke rumah. Alhamdulillah aku sangat senang dan bersyukur karena Allah telah menyembuhkan penyakit yang menyerang diriku.

       Beribu-ribu kebahagiaan datang kepadaku. Aku senang, bersyukur, dan berterima kasih atas skenario sang khalik. Begitulah, seperti skenario percintaan. Awalnya semua akan terasa pahit, namun akan menjadi manis. Dan jika kita sakit, kita juga akan merasakan sembuh.


       Aku dijemput oleh Bang Alif menggunakan mobil. Aku masuk dan duduk di samping kursi pengemudi, tepatnya di sebelah Bang Alif duduk. Aku hanya melihat ke luar jendela. Aku rindu pesantren, aku rindu Abi dan Umi, aku rindu Ummu, dan aku rindu santri-santri.

       "Dek? nanti malam dandan yang cantik ya dek." ucap Bang Alif tersenyum dan tetap fokus menyetir.

       "Hah? emang buat apa?" tanya Fatimah bingung.

       "Kamu akan di khitbah oleh seseorang." jawab Bang Alif melirikku sesekali dan kembali fokus.

       "Khitbah? dengan siapa?" tanya Fatimah menaikkan alisnya.

       "Ada deh." jawab Bang Alif sambil mengejek ke arah Fatimah.

       Di khitbah? dengan siapa? oh Allah, aku tak mengerti skenarioMu. begitu rumit bagiku Allah. Inikah yang dirasakan oleh setiap wanita ketika mencintai seseorang namun takdir berkata lain? siapa lelaki itu?

       Aku pasrah terhadap skenario kehidupanMu oh Allah..

***

       "Assalamu'alaikum." ucapku bersamaan dengan Bang Alif.

       "Wa'alaikumussalam." jawab seluruh orang yang berada di dalam rumah.

       "Kamu sudah sembuh nak, alhamdulillah." ucap Abi dan Umi bersamaan sambil memelukku. Mencium keningku secara bergantian.

       "Alhamdulillah Abi, Umi." jawabku sambil mencium punggung tangan semua keluarga.

       Saat ini, ruang keluarga penuh, entah apa yang ingin di bicarakan oleh Abi dan Umi. Aku hanya duduk diam terpaku di samping Ummu yang saat itu di pangku oleh Mbak Naira.

       Suasana menjadi menyeramkan, aku tak ingin ini. Aku sungguh benci, dimana aku harus dijodohkan dengan lelaki lain tanpa kucintai.

       "Fatimah." ucap Abi yang saat itu mencairkan suasana.

       "Iya Abi?" tanyaku sambil menatapnya.

       "Kamu kan sudah dewasa nak, kamu seharusnya sekarang bukan tanggung jawab Abi dan Umi lagi. Hm, kamu harus menikah nak." jawab Abi sambil menggenggam punggung tanganku.

       "Fatimah gak bisa Bi, Fatimah enggak bisa jauh dari Abi dan Umi." ucapku sambil menatap heran. Aku menahan bulir-bulir air mata yang ingin jatuh, namun semua kutahan.

Cinta Halalku✔ [BELUM REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang