"Takdir Allah tetap menjadi takdirNya, kita tak bisa berpaling apalagi mengelak. Cukup jalani dengan hati yang ikhlas dan sabar."
***
Pagi yang cerah, dengan hembusan angin yang cukup untuk menerpa pepohonan sehingga dedaunan jatuh ke bawah tanah. Angin berhela di tubuh Fatimah. Wanita itu kini sedang duduk di ayunan belakang rumahnya. Sambil sesekali menghela nafasnya sejenak.
Wanita itu mengayun tubuhnya sendiri. Dengan senyuman yang merekah di sudut bibirnya, wanita itu kini merasakan bahwa takdir yang diberikan untuknya sangat lah misteri.
Namun, di satu sisi juga berpikir bahwa takdir milik Fatimah sangat susah untuk ditebak. Mengapa Allah memberikan takdir seperti ini untuknya? Siapapun tolong jelaskan sekarang juga.
"Assalamu'alaikum, Imah." Teriak seorang wanita dari rumahnya.
Fatimah memberhentikan aktivitasnya. Ia melirik siapa yang baru saja memanggilnya. Imah? Ah pasti itu Aisyah-gumamnya.
"Wa'alaikumussalam, Ais." Katanya dengan senyum merekah.
"Ais? Siapa?"
"Ya kamu, Aisyah." Ucapnya sambil menekankan perkataannya di pemanggilan 'Ais'.
Aisyah duduk di gazebo rumah Fatimah. Ia memanyunkan mulutnya. Fatimah hanya tersenyum melihat perlakuan sahabatnya ini. Mungkin karena faktor kehamilannya.
"Syah, aku mau nanya deh." Celetuk Fatimah sambil duduk di samping Aisyah dan menyandarkan kepalanya di pundak Aisyah."Nanya apa?"
"Bingung, kita hamilnya kok bisa bareng-bareng ya? Mbak Naira udah mau masuk 4 bulan, kamu udah 1 bulan lebih, aku baru 1 bulan. Kenapa?" Heran wanita itu.
"Takdir Allah, Fatimah." Jawab Aisyah sambil mengelus pipi Fatimah.
"Kenapa takdirku misteri begini ya Syah?"
"Karena takdir Allah gak ada yang tau." Desisnya.
Fatimah hanya menunduk dan berdiam di sana. Sampai tangannya ditarik oleh Aisyah untuk masuk ke dalam rumahnya sendiri.
Fatimah melihat ada Arkan di sana. Arkan sedang berbincang-bincang dengan seorang lelaki dan terduduk di ruang tamu. Namun, matanya tertuju dengan lelaki disamping Arkan. Bukan Adit, justru lelaki itu adalah, Raihan.
Fatimah menatap Aisyah dengan wajah ketakutan dan juga cemas. Ada apa ini? Mengapa lelaki itu masih berharap padanya? Mengapa? Siapapun ayolah jelaskan semuanya.
Fatimah menghela nafas kasar. Ia membalikkan tubuhnya dan meninggalkan Aisyah berdiam di tempat. Namun, tubuhnya tercekat oleh tangan mungil Aisyah itu.
"Gak usah menghindar Fatimah. Ayolah, berbicara sedikit saja kepada Ustadz Raihanmu itu." Bujuk Aisyah sambil senyum.
"Syah, aku gak bisa." Tegas Fatimah.
"Fatimah. Aku tau kamu lagi sakit hati karenanya. Tapi kamu gak boleh menghindar dari Ustadz Raihan. Ayolah, minta maaf kepadanya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Halalku✔ [BELUM REVISI]
Romantizm⚠Genre: SPIRITUAL-ROMANCE⚠ Cinta itu bagaikan kapten dan nahkoda kapal. Apabila mereka tak saling menguatkan, maka kapal itu akan runtuh seperti cinta yang dilandasi tanpa rasa. Aku mencintai lelaki itu karena takdir Allah, dan takdir Allah malah me...