= Gengsi ; 01 =

626 28 8
                                    

—Na💛

...

Gadis itu mengucir satu rambutnya. Setelah itu, ia buru-buru mengejar rombongan murid yang sudah jauh berada didepannya.

Hari ini olahraga, dan murid kelasnya sepakat untuk berjalan-jalan di sekitar sekolah. Karena guru yang mengajar tengah sakit, pelajaran pun kosong. Tidak semua murid ikut jalan-jalan, sebagian lebih memilih untuk ganti baju duluan, sebagian lagi ingin pergi ke kantin sekolah saja.

"Tamara, ayo! Lo lambat banget, ngalahin siput!"

Tamara, atau yang biasa di sapa Rara mengernyit, menatap tak terima orang yang baru saja menyama-nyamakan dirinya dengan siput. Bahkan, lebih parah.

Rara sedikit berlari, mendekati orang yang tadi memanggilnya. Setelah ia sudah berada di depan orang itu, Rara segera menjitak kepalanya.

"Aw, Rara! Sakit!"

"Rasain, lagian rese banget sih. Ngatain gue siput, bahkan lebih parah daripada siput."

"Lo nya aja yang sensitif!"

"Oy, Ra! Fan! Kalian berdua mau nyampe kapan berdebat disitu? Buruan! Bentar lagi bel masuk!"

Rara dan Fani—nama orang yang tadi di jitak oleh Rara—saling berpandangan, lalu segera menyusul rombongan.

Mereka tadi sempat berjalan-jalan di luar sekolah. Tidak jauh, 5 menit sampai. Dan sekarang, mereka akan kembali ke sekolah.

🌻🌻🌻

"Capek gue."

Rara menoleh, menatap Fani sambil mendelik. Padahal, mereka berjalan tidak sampai setengah jam.

"Minum oy, minum!" Fani sudah rusuh sendiri. Gadis yang rambutnya sedikit bergelombang di bagian bawah itu sudah berdiri, menarik paksa minuman murid lain.

Hm, memang bar-bar.

Rara menghembuskan nafas pelan. Gadis itu menyiapkan baju gantinya, lantas berdiri.

"Fan, gue duluan. Mau bareng, atau tetep di sini malakin minum orang?" Tanya Rara.

Fani menoleh, menatap Rara sejenak. Gadis itu akhirnya menggeleng. "Gue disini aja, masih capek gue."

Rara angkat bahu tidak peduli. "Hm, terserah lo."

Gadis cantik itu berjalan meninggalkan kelas. Mumpung guru sejarah mereka belum masuk, jadi Rara ada waktu untuk ganti baju sebentar.

Tiba di depan toilet perempuan, langkah gadis itu tiba-tiba terhenti. Tunggu, kenapa ia mendengar suara tangis?

Sekujur tubuh Rara merinding. Ia tahu, semenjak ia pindah satu bulan yang lalu, banyak yang mengatakan bahwa toilet mereka berhantu. Apalagi yang berada paling ujung gedung sekolah lantai dua, dan itu dekat dengan kelas Rara. Karena malas turun ke bawah untuk menggunakan toilet yang 'aman', ia lebih memilih berganti baju di toilet dekat kelasnya.

Rara mundur satu langkah, niatnya ingin berganti baju mendadak di gantikan oleh rasa takut. Rara meneguk ludah, beringsut pelan hendak meninggalkan toilet itu.

"Lo kenapa? Cerita sama gue."

Samar, Rara mendengar suara perempuan. Telinga Rara jadi awas, ia mendengar suara itu dengan seksama.

"A– Arga... dia mu–mutusin gue..."

Rara memutar bola matanya. Ah, ternyata itu suara tangis anak murid disini. Bukan suara 'aneh' ternyata.

Tunggu, Arga siapa? Hm, ntahlah. Rara tidak peduli.

"Kan udah gue bilang, dia cowok gak baik-baik. Udah tau dia badboy nya sekolah."

Lamat-lamat, suara tangis itu mereda. Rara tiba-tiba teringat, ia kan harus ganti baju.

Rara menggeleng. Sepertinya ia akan ganti baju nanti saja. Gadis itu segera berbalik, meninggalkan toilet itu.

Jangan-jangan, guru sejarah mereka sudah masuk kelas.

Gawat.

Rara segera mempercepat larinya.

...

Bagaimana part 01 nya? :3

Selamat berkenalan dengan anak-anak Nana yang baru! Arga & Rara uwu uwuuu~

Nana harap, kalian mau menerima mereka apa adanya :")

Oke, sekian.

—Na💛

GENGSITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang