= Gengsi ; 13 =

109 12 6
                                    

÷ Budayakan follow sebelum baca! ÷
÷ Voment kalo udah selese baca, ya! ÷
💕 LopLop 💕

...


Arga meminum sekaleng soda dengan santai. Cowok itu menatap sekitar, mencari sosok yang sudah ia tunggu. Yap, ini sudah istirahat makan siang. Ia sudah menunggu Rara sekitar 15 menit, tapi cewek itu tidak muncul-muncul juga.

Arga berdecak, lantas melempar kaleng soda yang sudah kosong isinya kedalam tong sampah yang berada didekatnya. Cowok itu membuka kresek yang ada disebelahnya, lantas kembali mengambil kaleng soda. Memang, tadi ia meminta tolong Erza untuk membelikannya beberapa kaleng soda juga beberapa camilan.

Erza memang babu yang baik.

"Itu cewek mana sih, lama bener." Gumam Arga, lalu kembali meminum sodanya.

Netra cowok itu bergerak, berusaha mencari keberadaan gadis itu. Namun, hasilnya sama saja. Nihil.

Arga menghela nafas, cowok itu mengusap wajahnya kesal.

Dan tepat saat itu, sebuah suara menyapanya.

"Sorry lama."

Arga buru-buru menoleh. Disebelahnya, sudah ada Rara yang berdiri, sambil memandang ke sembarang arah. Gadis itu nampak enggan menatap wajah Arga.

"Hm, duduk." Titah Arga, sambil menggeser kresek makanan dan minumannya tadi.

Rara mendelik sesaat, lantas segera duduk. Ia sedang malas berdebat. Ia hanya ingin cepat pulang.

Hening. Tidak ada yang membuka suara. Rara sibuk memperhatikan taman sekolah yang indah, sedangkan Arga tengah sibuk memperhatikan paras gadis disebelahnya ini.

Hidung yang mancung, mata yang indah, juga bibir yang merah marun.

Sungguh, ciptaan Tuhan tidak main-main.

"Kalo ngeliatin gue, gak usah segitunya."

Arga tersentak kaget, cowok itu segera membuang muka. "Bahkan liat tong sampah lebih menarik daripada liat elo."

Rara terkekeh meremehkan, "serah elo, pala badak."

Arga berusaha menahan diri untuk tidak mengeluarkan bogemnya pada gadis disebelahnya ini.

"Jadi, lo mau apa? Gak usah basa-basi, gue lagi capek."

"Lo jadi babu gue."

"HAH?!"

Rara meloncat kaget. Gadis itu menatap Arga, berharap telinganya salah dengar. Jadi babu? Untuk cowok sinting ini? Gila!

"Lo udah gila, ya? Kenapa harus gue yang lo suruh-suruh? Anak buah lo kan banyak!"

"Gue maunya lo, bukan yang lain."

Rara mengacak rambutnya gusar. Sungguh, ini diluar dugaan. Ia pikir, Arga hanya akan kembali menjahilinya seperti biasa. Tapi sekarang? Apa? Jadi babu? Ogah!

Harga diri Tamara Alizka itu patut dijaga. Tidak bisa dihancurkan begitu saja.

"Lo bisa minta yang lain aja kan?" Ucap Rara, berharap.

Arga menggeleng tegas. "Elo ya elo."

Rara diam, lantas tertawa, tertawa di atas penderitaannya sendiri layaknya orang gila.

"Lo mau gue tebas pala lo?" Tanya Rara sarkas.

"Eh buset, sadis bener ni cewek."

Arga diam sejenak. Cowok itu kembali meminum sodanya. "Mulai besok, lo jadi babu gue. Maka dari itu, apapun yang gue suruh, lo harus nurut."

"Kalo gue gak mau, emangnya kenapa wahai Tuan Muda Arga?" Tanya Rara sambil menatap Arga sengit.

"Gue bakal nyium lo, tepat dihadapan seisi sekolah."

"Ni cowok gila, bener-bener gila!"

Rara masih diam, menatap Arga dari atas kebawah seakan menilai. Gadis itu tertawa sinis, "lo kira gue mempan sama kata-kata bullshit lo? Gue tau kok, lo gak berani nyium gue, bahkan disini."

Arga menaikkan satu alisnya, lantas tersenyum miring, "oya?"

"Iya, pasti lo gak bera—"

Cup!

Dengan gerakan cepat, Arga mencium pipi kanan Rara. Rara refleks menahan nafasnya, tak lama ia merasakan wajahnya menghangat.

Arga agak menunduk, menatap Rara. Cowok itu tersenyum miring, "itu baru di pipi, bukan di bibir."

Rara memegang pipi kanannya. Jantung gadis itu berdegup kencang. Sungguh, ini benar-benar diluar nalarnya.

"Jadi gimana? Lo mau gak jadi ba—"

"Iya iya! Bawel banget sih jadi cowok." Potong Rara cepat.

Baru kali ini, seorang Tamara Alizka nurut pada seorang cowok.

Ah, ralat. Bukan baru kali ini, tapi, untuk kedua kalinya Rara nurut pada seorang cowok.

Namun kali ini, ia dipaksa untuk menurut.

"Nah, gitu dong dari tadi. Oke, besok gue jemput."

"Hah? Lo jemput gue? Buat apa?" Rara menatap Arga tak percaya.

"Biar lo gak kabur. Bangun yang pagi, jangan ngebo."

"Sialan." Batin gadis itu.

Tanpa mengucapkan sepatah kata lagi, Rara segera beranjak dari tempat itu. Ia rasa, ia butuh istirahat. Degup jantungnya sama sekali tidak berubah, tetap berdetak cepat. Dan itu, membuat Rara tidak nyaman.

"Eh, babu!"

Langkah Rara terhenti. Gadis itu berbalik, menatap Arga dengan sorot marah juga sorot bertanya.

"Nih, buat lo." Ucap Arga sambil melempar sekaleng soda. Dan dengan sigap Rara menangkapnya.

Rara memandang kaleng soda itu, lalu beralih menatap Arga.

Arga tersenyum smirk, "jangan geer. Gue tau lo haus, dan babu gue juga butuh minum biar besok bisa bertenaga."

Cukup sudah. Amarah Rara sudah tidak dapat dibendung lagi. Gadis itu meremas kaleng soda yang tadi diberi Arga, sambil terus menatap Arga tepat di matanya.

"Sialan lo, setan!"

...

Vomentnya, sayang!

GENGSITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang