= Gengsi ; 18 =

89 10 0
                                    

Capek ngebacot.
Kalian ingat aja kan apa yang selalu Nana bilang?

...

Arga menoleh kesana kemari, mencari seseorang. Cowok itu mendengus, lalu kembali mencari-cari sosok yang sedari tadi berada dipikirannya.

"Nyari siapa lu?"

Arga tersentak kaget, lalu segera menoleh pada Matt yang tadi bertanya padanya. Arga hanya diam, tak berniat menjawab pertanyaan Matt tadi. Cowok itu bangkit, membuat Matt dan sahabat laknatnya itu menatapnya heran.

"Heh, mau kemana?" Seru Erza, dengan tangannya yang masih memegang hapenya.

Arga mengangkat bahu, "gue mau ke toilet, lo pada diem aja disini." Ucap Arga datar.

Membuat Erza, Matt, Hito juga Igo bergelut dengan pikiran mereka masing-masing.

🌻🌻🌻

Arga melangkahkan kakinya agak terburu-buru. Matanya tak berhenti bergerak, mencari keberadaan sosok gadis yang telah berani menginjak wilayah kehidupannya tanpa izin itu.

Arga menoleh sana-sini, mendadak perasaannya kalut. Kemana cewek itu? Ia sama sekali tidak melihat batang hidungnya dikantin tadi. Apa Rara sakit? Atau dia ada urusan, jadi tidak kekantin?

Arga berdecak sebal, hingga sebuah ide cemerlang tiba-tiba muncul diotaknya.

"Gila, gue pinter banget sih!" Serunya, membuat beberapa murid yang berlalu lalang tersentak karena mendengar seruan cogan sekolah itu. Arga yang menyadari hal itu buru-buru kembali melangkahkan kakinya.

Menuju kelas Rara.

🌻🌻🌻

Rara bergerak gelisah. Sedari tadi cewek itu hanya memandang hapenya, melihat notif dari Rifal yang belum ia buka sama sekali. Gadis itu bingung, hendak menjawab apa.

"Sialan, kenapa gue jadi galau gini, sih?!" Seru Rara agak keras, lalu mengacak rambutnya gusar.

"Galauin gue, ya?"

Rara memekik kecil. Gadis itu buru-buru menyimpan hapenya kelaci meja, lantas mencari sosok yang baru saja berbicara tadi.

"L– lo?!"

Rara tidak bisa menyembunyikan rasa terkejutnya kali ini. Cewek itu kelimpungan bangkit dari bangkunya, lalu menghampiri Arga dengan wajah kesal.

"Lo ngapain disini? Mau modusin adek kelas?" Tanya Rara, sambil mendengus sebal.

Melihat wajah Arga selalu membuat Rara kesal.

Arga nampak berpikir sesaat, lalu mengangguk. "Iya, gue mau modusin anak sini,"

Rara berdecih sinis, "maaf ya pak, tapi disini gak ada orang yang bapak cari." Ucapnya sinis, sambil menyilangkan tangan kedepan dada, menatap Arga seolah menantang.

"Emang lo tau gue mau modusin siapa?"

Rara mengernyit, "gak, gue gak tau. Emang siapa?" Tantangnya sambil tersenyum meremehkan.

Ah, palingan si Vika, cewek yang katanya paling imut disini. Atau Dira? Cewek yang katanya paling bohay seantero bumi?

Arga tersenyum miring, "gue mau modusin elo."

Rara terdiam. Wajah menyebalkan yang tadi ia tunjukkan perlahan memudar, digantikan oleh wajah terkejut juga malu. Perlahan, kedua pipi gadis itu bersemu. Gadis itu sama sekali tidak bisa berkata-kata, perkataan Arga seakan membiusnya sementara.

Arga yang melihat ekspresi Rara tidak bisa lagi menahan tawanya. Cowok itu tergelak, sambil memukul pahanya sendiri saking ngakaknya. Rara yang sadar akan hal itu tersentak kaget, lalu buru-buru memalingkan wajahnya, berusaha meredam degup jantungnya yang seakan sedang marathon itu.

"Cieeee, baper yaaaa?" Goda Arga tepat sasaran. Cowok itu masih tertawa, lalu kembali melanjutkan ucapannya. "Ampe merah gitu pipinya." Godanya lagi.

Rara berdecak sebal. Ia benar-benar marah pada Arga.

Dan kenapa ia tadi juga baper, ya?

Padahal dia harusnya tau, Arga itu cuman main-main! Gak pernah serius!

"Tau ah! Males gue sama lo!" Seru Rara akhirnya, berbalik meninggalkan Arga diambang pintu kelas.

"Eh-ehh, mau kemana?"

"Duduk! Lo ngapain masih disini? Sana main sama geng lo aja!" Ucap Rara ketus.

Sebenarnya, ia sedang malu. Baper didepan Arga membuatnya bingung hendak meletakkan wajahnya dimana.

Lagian kan, gengsi ya bilang baper sama setan jahannam?

"Buseettt, galak amat buu? Lagi pms, ya? Gue beliin kiranti mau?"

Rara mendelik, "apaan sih? Lagian yakali lo mau beli kiranti, malu kali lo," ucap Rara sambil duduk dibangkunya.

Arga berjalan mendekati Rara, lalu menarik kursi yang berada didepan meja Rara, lantas duduk. "Gue kan cowok gentle dan baik hati, maka gue akan ngelakuin apa aja buat elo,"

"Huwekk, jijik tau gak gue dengernya?" Gerutu Rara sambil berlagak ingin muntah.

Arga terkekeh geli. "Lagian kan, lo babu gue. Gue gak mau kali, kalo babu gue sakit,"

Rara berdecak keras, menatap Arga sangat kesal. "Apasih lo?! Kalo mau nyari masalah, jangan sekarang bisa? Gue lagi pusing!"

Arga termundur beberapa senti. Ia kaget saat mendengar Rara berteriak kesal seperti itu.

Rara balas menatap Arga kesal. Yang tersorot dari matanya sekarang hanyalah rasa benci, benci, dan benci. Nafas Rara naik turun. Pandangan Rara beralih, gadis itu mengacak rambutnya lalu mengerang kecil. Membuat Arga kaget bukan main.

"Lo kenapa? Perut lo sakit karena lo datang bulan?" Tanya cowok itu khawatir tapi malah jadi ngelantur.

"Ga," panggil Rara pelan.

"Apa, Ra? Lo mau apa? Kiranti? Gue ambilin seka––"

"Gue pulang bareng lo."

Saat itu juga, wajah Arga berubah.

...

Rara aku, jangan galau-galau ya :(

Arga juga, jadi cowok jangan nyebelin dong! Kasian itu Raranya, ngadepin cowok kayak kamu!

Eh tapi, aku suka kok modelan Arga :>

Uhuq.

GENGSITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang