= Gengsi ; 03 =

230 19 0
                                    

—Na💛

...

"Kok lo gak masuk, sih? Gue nungguin loh!"

Rara berdecak kesal. "Gue bolos, kenapa?"

"Oh what?! Murid baru kita bolos?? Ketahuan Bu Indah udah di skors lo."

Rara memutar bola mata kesal. "Ya mau gimana lagi, Fan? Gerbang udah di tutup, mana tadi gue ketemu cowok rese bener sumpah."

"Cowok? Rese? Siapa? Ganteng?"

"Ganteng sih iya, tapi sikap rese nya nutupin kegantengan mukanya. Udah gitu, mesum lagi."

"Mesum? Dih, apaan?"

Rara berdecak sekali lagi. "Bodoamat!"

"E– eh, jangan ngambek dong, Ra. Lo ngambekan banget sih."

"Lagian lo rese, sama kek cowok tadi."

"Emang siapa sih? Lo kenal gak? Dia ada nyebut namanya gak?"

Rara menggeleng, walau ia tau Fani tidak akan melihat itu. "Gak kenal gue, Fan. Dia juga gak ada nyebut namanya. Dih, rasanya ogah kenalan ama cowok bangke kayak dia."

"Jangan gitu. Kalo itu jodoh lo? Bisa apa lo, ha?" Tanya Fani dari seberang sana, terdengar seperti menghardik.

"Ck, bodoamat Fan. Suka-suka lo."

"Ya udah, capek gue telponan ama lo. Bisa abis kuota gue kalo telponan mulu."

"Yang nelpon duluan siapa, sayang?" Tanya Rara, agak kesal.

"Ya maaf."

Hening. Hingga suara Fani memecah keheningan.

"Ya udah, bye!"

"Hm, by–" belum sempat Rara mengucapkan salam perpisahan, Fani dari seberang sana sudah mematikan telponnya.

"Ck, nyebelin." Ucap Rara.

Gadis itu kembali asyik dengan laptopnya. Iya, sedari tadi ia hanya memainkan laptop dirumah. Sekarang sudah pukul dua siang, teman-temannya pasti sudah pulang.

"Oya, kira-kira nama cowok tadi siapa?"

Rara tersadar. Hei, kenapa ia kepikiran cowok itu? Sadar Ra, sadar!

Rara menghela nafas. Ia menatap laptopnya yang hanya menampilkan fotonya dengan teman sekelasnya saat ia baru pertama kali masuk.

Rara kembali menghela nafas. Gadis itu segera menggerakkan mouse menuju tanda shut down. Gadis itu bosan, ia ingin keluar rumah sebentar.

Rara segera beranjak, meraih jaket berwarna abu-abu miliknya. Ia meraih hape dan beberapa uang, lantas memasukkan semuanya ke saku jaket.

Rara menuruni tangga pelan. Ia tak perlu repot-repot berteriak untuk pamit. Toh, gak ada siapa-siapa dirumah.

Gadis cantik berambut panjang sebahu itu membuka pintu rumahnya. Ia menarik nafas sebanyak-banyaknya, lalu menghembuskannya pelan. Ia berjalan keluar, sebelum nya gadis itu sudah mengunci pintu.

Ntahlah Rara ingin kemana, namun kakinya terus memaksa untuk maju.

🌻🌻🌻

"Loh? Rara, ya? Tamara kelas 10 IPA 1?"

Rara menoleh saat merasa namanya disebut. Betapa terkejutnya ia saat bertemu dengan salah satu kakak kelasnya, Clara namanya.

"Eh...? Kak Clara? Sekretaris OSIS itu, ya?"

Clara tersenyum manis, lantas mengangguk.

"Kamu dari mana? Mau beli crepes disini juga, ya?" Tanya nya ramah, sambil basa-basi.

Rara menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Eung... aku dari rumah, kak. Tadi laper, jadi jalan aja kesini."

"Ah, berarti deket rumah kamu, ya? Rumah kakak juga di sekitar sini loh." Ucap Clara sambil menyunggingkan senyum termanisnya. Ya, Clara memang terkenal dengan dirinya yang amat manis. Jadi, wajar saja jika banyak para cowok yang mengejar-ngejar Clara. Tapi, Clara sudah memiliki pacar. Namanya Reno, anak 11 IPA 2, sekaligus sang ketua OSIS.

"Rumah kakak juga disini? Wah, bagus dong." Ucap Rara sambil tertawa ringan.

Tak lama, pesanan crepes Rara sudah tiba. Rara pamit pada Clara, lantas pergi meninggalkan Clara sambil mengunyah crepes coklatnya.

Hm, manis.

...

What do you think about this part? :3

—Na💛

GENGSITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang