= Gengsi ; 17 =

94 9 0
                                    

-Bentar, mau ngebacot!-

÷ Budayakan follow sebelum baca! ÷
÷ Voment kalo udah selese baca, ya! ÷
÷ Cerita ini murni dari khayalan Nana! ÷
💕 LopLop 💕

...

Rara tersenyum senang, saat melihat Fani memberikannya oleh-oleh, katanya dari mamanya yang baru saja pulang dari luar kota.

"Ih, coklat! Nyokap lo tau aja gue suka coklat," ucap Rara sambil terkekeh geli menatap 3 batang coklat ditangannya.

Yap, Rara memang seorang gadis penggila coklat.

Fani memutar bola matanya, "bilang makasih dulu kek," sindirnya pelan, tapi berhasil didengar oleh Rara.

Rara tersenyum geli, lalu dengan gemas mencubit pipi Fani, membuat cewek itu meringis kesakitan.

"Makasih yaaa Faniku sayaaangg, titip salam juga buat nyokap lo, makasih udah ngasih gue oleh-oleh," ucap Rara masih sambil mencubit gemas pipi Fani.

Walaupun kedua gadis itu masih belum lama menjalin hubungan persahabatan, tapi Rara sudah mengenal Mama Fani. Hanya Fani yang belum pernah bertemu dengan mamanya, karena Mama Rara sangat sibuk.

"Iya-iya! Tapi lepasin dulu pipi gueee, sakit Ra!" Seru Fani kesal. Rara segera melepaskan cubitannya, lalu merapikan oleh-oleh dari Fani itu dan memasukkanya kedalam tas.

Saat sibuk memasukkan oleh-oleh itu kedalam tasnya, Rara merasakan hapenya tiba-tiba bergetar. Buru-buru Rara menutup tasnya, lalu segera mengambil hapenya yang berada disaku seragamnya.

Rara menatap layar hapenya yang menampilkan pop-up chat dari seseorang. Saat sudah melihat nama yang tertera, mata Rara membesar. Gadis itu refleks menutup mulutnya, tak kuasa menahan rasa terkejutnya.

Sedangkan Fani? Ia sudah sibuk menjadi preman makanan, memalak siapapun yang membawa makanan ke kelas.

Kembali ke Rara, gadis itu memegang hapenya kuat. Kenapa mendadak ia menjadi emosional begini?

Disana tertera dengan sangat jelas nama itu. Nama– Rifal.

Rifal : Mau pulang bareng?

🌻🌻🌻

Bel istirahat sudah berbunyi. Semua murid berbondong-bondong berjalan keluar kelas, tapi tidak dengan Rara.

"Ra, lo gak mau ngantin?"

Fani menatap aneh Rara yang tetap duduk dibangkunya, tanpa bergerak sedikit pun. Tatapan gadis itu kosong, seakan tengah memikirkan sesuatu tapi entah apa. Fani yang melihat itu mendadak jadi merinding sendiri. Ia tiba-tiba teringat gosip anak-anak yang mengatakan bahwa didekat kelasnya ini ada "penunggu"nya, dan itu mampu membuat Fani memikirkan hal-hal yang aneh sekarang. Ia takut Rara kesambet "penunggu" dekat kelasnya.

"Ra? Lo jangan diem gini napa, gue takut liat lo gini,"

Rara buru-buru menggeleng, gadis itu mendongak, menatap Fani yang berdiri tepat didepannya.

"Lo– kekantin sendiri aja dulu, ya? Gue mendadak gak enak badan," alibi Rara. Tentu saja ia berbohong. Bukan badannya yang tidak enak, melainkan hatinya.

Satu alis Fani terangkat, "lo sakit? Kenapa? Dimana yang gak enak?" Tanya gadis itu bertubi-tubi.

Rara hanya menggeleng pelan sambil tersenyum. "Udah, lo kekantin aja. Gue tau perut karung lo udah keroncongan," ucapnya sembari berusaha menenangkan Fani.

Fani mendengus, "mau ke UKS aja, gak? Sekalian gue anterin,"

Rara menggeleng, "gakpapa, gue– disini aja. Kalo gue udah gak kuat, bisa aja gue ke UKS,"

Fani mengangguk. Sebelum benar-benar pergi, gadis itu menatap Rara sejenak. Sedangkan Rara yang paham arti tatapan Fani itu tersenyum lembut, meyakinkan pada Fani kalau ia baik-baik saja sendiri.

Fani menghela nafas, "jaga diri baik-baik ya lo! Kalo ada apa-apa, minta tolong sama anak-anak aja."

Rara mengangguk. Tangan kanannya bergerak keatas, lalu mengisyaratkan Fani untuk pergi. Fani yang melihat itu mendengus, lalu segera pergi meninggalkan Rara sendirian dikelas.

...

Voment dooonggggggg!

GENGSITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang