= Gengsi ; 12 =

121 12 2
                                    

÷ Budayakan follow sebelum baca! ÷
÷ Voment kalo udah selese baca, ya! ÷
💕 LopLop 💕

...

Rara menatap Arga tepat dimatanya. Gadis itu tersenyum miring. "Oh, maafin gue, Tuan Muda Arga. Gue tadi lagi jalan, jadi gak bisa denger teriakan setan." Ucap Rara penuh penekanan pada kata setan.

Arga yang mendengar perkataan Rara segera naik pitam. Cowok itu menatap Rara lekat, sambil memancarkan amarahnya pada Rara. Sedangkan Rara, gadis itu tak peduli. Ia balas menatap Arga dengan tatapan sengit, tidak peduli sekarang berapa banyak orang yang tengah menyaksikan perdebatan mereka.

"Untung elo itu cewek. Kalo gak, udah gue pastiin alam lo bukan disini."

Rara terkekeh, lantas memiringkan kepalanya. "Kenapa emang? Lo takut ya sama gue?"

Arga tersenyum miring. "Gue bukan cowok brengsek yang dengan gampangnya nyakitin cewek."

"Ooohhhh, bravo!" Seru Rara sambil bertepuk tangan.

Rara kembali menatap Arga, lantas ikut tersenyum miring. "Sayangnya, lo emang sebrengsek itu."

Arga bungkam. Cewek didepannya ini, sebenarnya makhluk apa? Seumur hidup, Arga tak pernah menemukan cewek seperti Rara. Biasanya, cewek-cewek yang suka mampir di kehidupannya, rata-rata cewek yang menaruh perasaan padanya. Sedangkan Rara? Bahkan, melihat ujung rambut Arga saja ia enggan.

"Lo beda."

Rara kembali menatap Arga. Tunggu, apa katanya? Rara beda?

Rara terkekeh, "gue emang beda, dan gak bakalan ada yang nyamain kek gue. Karena gue cuma satu."

Arga tersenyum miring, "sebab itulah gue tertarik sama lo."

Kali ini, Rara-lah yang dibuat bungkam. Seketika, matanya menyayu. Ia tidak lagi menatap Arga dengan tatapan ingin mencabik-cabik. Perlahan, Rara mencari kebohongan dari mata Arga. Namun, nihil. Hanya ada ketulusan disana.

Seketika, ingatan tentang Rifal melintas dipikiran Rara. Rifal dulu... juga sempat mengatakan hal itu padanya.

Rara segera memutuskan kontak matanya dengan Arga. Gadis itu muak dengan semua perkataan lelaki. Ia kembali menatap Arga sejenak, lantas segera berjalan meninggalkan Arga tanpa mengucapkan sepatah kata pun.

Arga yang ditinggalkan terkejut, lantas menatap punggung Rara yang masih tak jauh darinya.

"Inget kata gue kemaren, istirahat makan siang!" Serunya agak keras. Membuat beberapa murid berbisik-bisik, menggosipkan dirinya dengan seorang murid baru, Rara.

Rara tak menyahut teriakan Arga, gadis itu berjalan gontai menuju toilet.

Ia hanya ingin ketenangan, sebentar saja.

🌻🌻🌻

Rara menatap dirinya pada pantulan cermin. Gadis itu diam, menatap dalam-dalam netra coklat miliknya sendiri. Kenangan-kenangannya dulu bersama Rifal, melintas begitu saja tanpa permisi. Gadis itu berteriak sedikit kencang. Ia muak, muak! Muak dengan semua hal yang terjadi padanya. Juga muak, dengan para lelaki!

Sekilas, ingatan itu kembali mengisi ruang kepalanya. Semuanya, semuanya tentang Rifal.

Senyum manis cowok itu, tawa hangat cowok itu, bahkan kata-kata manisnya.

"Gue, gak akan ninggalin elo, Tamara."

"Lo emang beda, dan itulah yang bikin gue tertarik sama lo."

"Gue, Rifal Perchi, akan selamanya menyayangi Tamara Alizka. Camkan itu."

"Bohong! Nyatanya semua hanyalah omong kosong! Semua kata-kata elo itu cuma bullshit, Rifal!"

Rara menutup wajahnya dengan kedua tangannya. Lagi-lagi, air mata yang sudah lama kering, kembali meneteskan air mata kepedihan.

Kenapa ia harus... bertemu dengan cowok seperti Rifal?

Rara kembali menatap dirinya di pantulan cermin. Gadis itu tersenyum, senyuman pahit.

"Bagus, Rifal Perchi. Elo dah bikin gue porak-poranda kayak gini. Well, usaha lo bagus juga."

Setelah merasa sedikit tenang, gadis itu buru-buru membasuh wajahnya, menghilangkan jejak tangisannya.

Setelah dirasa semuanya terlihat baik-baik saja, gadis itu mulai berjalan meninggalkan toilet. Dengan langkah khas seorang Rara, langkah tegas juga dengan badan tegap.

Tidak ada yang boleh menyakiti Tamara Alizka. Camkan itu.

🌻🌻🌻

"Lo darimana aja sih?"

Fani menatap Rara kesal. Habisnya, cewek itu tidak kembali ke kelas sampai jam pertama selesai.

Rara mengangkat bahunya singkat, "gue bolos."

Fani menatap Rara tidak percaya, "lagi? Bolos dimana lo, sampe gak ketahuan?"

"Gue ke rooftop," sahut Rara apa adanya. Gadis itu segera duduk dibangkunya, tepatnya disebelah Fani. Fani yang tadi mendengar itu hanya geleng-geleng kepala. Heran sendiri dengan sikap Rara.

"Tadi elo ketemu sama Ka Arga, ya? Makanya bete kayak gitu?"

Rara diam. Lantas mengangkat bahunya tidak peduli.

Fani berdecak, "gak tau dah, heran gue sama orang se-random elo."

Rara masih diam, gadis itu menopang dagunya. Sorot matanya kosong. Fani yang melihat itu hanya menghela nafas.

"Nanti siang, gue mau makan nasi goreng. Mau bareng?"

Rara tetap diam. Gadis itu nampak berpikir sejenak, lantas menggeleng.

"Gue gak ikut." Tolak Rara.

Fani menaikkan satu alisnya, "kenapa?"

"Ada urusan ketemu sama setan."

...

Gak mau lama-lama.
Cuma mau nyuruh kalian buat Voment.
Tengkyu-!

GENGSITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang