14

3.2K 347 93
                                    

Chapter ini mengandung sedikit muatan 18+

.

"Dimana Soobin? Tuan Muda Kai juga, tidak kelihatan sudah dua hari ini."

Hoseok bertanya pada Jeon dengan nada serius. Pasalnya, sejak kemarin Kai tidak nampak dimanapun, padahal ada banyak sekali anggaran mansion yang harus dibereskan. Berhubung Kai adalah "nyonya" di mansion Soobin, otomatis anggaran apapun harus melewati Kai terlebih dahulu.

Jeon membuka mulut, tapi tidak ada suara yang keluar. Ia kembali mengatupkan bibir.

"Jeon?"

Melihat gelagat Jeon yang kebingungan, Hoseok mengernyitkan dahi.

"Itu... Seokjin Hyung..."

Jeon menggaruk belakang lehernya yang tidak gatal, benar-benar bingung bagaimana menjelaskannya pada Hoseok.

"Putra Mahkota? Kenapa?"

"Dia memberikan hadiah untuk Kai... Lalu..."

Jeon mengusap wajahnya frustrasi. Ia juga tidak melihat Soobin sejak kemarin, membuat anggota Hexagon di markas utama bertanya-tanya kemana perginya pemimpin mereka. Maka karena ia yang paling sering terlihat bersama Soobin, anggota yang lain mendorong Jeon pergi untuk menjemput Soobin.

Awalnya Jeon ragu, toh ia memang jarang sekali mendapati Soobin tidur di kamarnya. Soobin lebih sering tidur markas atau di sofa ruang kerja mansion. Baru setelah menikah saja ia rajin sekali pulang ke rumah.

Jadi dengan langkah mantap, Jeon menyusuri koridor panjang menuju kamar Soobin—dan Kai. Jeon mengerutkan dahinya saat ia berada lima langkah dari daun pintu. Ada suara erangan yang menyusup keluar dan menyapa telinga Jeon.

"Soo—bihn... berhent... Ahh—"

Tidak perlu waktu lama untuk Jeon mengerti apa yang sedang terjadi. Secepat kilat ia membalikkan tubuhnya dan berjalan cepat menjauhi pintu dengan wajah memerah. Kini ia paham kenapa Soobin dan Kai mengurung diri di kamar, mengingat apa yang dikatakan Seokjin padanya tempo hari.

"Aku memberikan apa yang Soobin suka untuk pernikahan mereka."

Dan yah... kalian tahu apa yang terjadi selanjutnya, tidak usah dijelaskan. Soobin dan Kai tidak keluar kamar sejak kemarin siang—dalam artian sebenarnya.

Jauh di dalam lubuk hati yang terdalam, Jeon berdoa untuk Kai.

"Oke, tidak usah dilanjutkan."

Hoseok membaca raut wajah Jeon yang salah tingkah. Kalau Kai dan Soobin menghilang, Hoseok tahu dimana dan sedang apa mereka berdua, dua orang mesum yang tidak kenal waktu.

"Aku kasihan pada Tuan Muda Kai."

Hoseok menyuarakan apa yang ada di dalam kepala Jeon. Maka Jeon ikut mengangguk kikuk. Pembahasan dewasa seperti ini sangat tidak nyaman baginya.

"Yasudah kalau begitu. Aku pergi dulu. Banyak pekerjaan yang harus diselesaikan."

Hoseok berjalan memunggungi Jeon, melambaikan tangannya. Jeon yang kebingungan akhirnya memutuskan untuk pergi ke bangunan belakang mansion, mengawasi anggota Hexagon berlatih. Kadang kalau ia tidak sibuk dengan pekerjaannya, Jeon juga ikut bertanding one on one dengan anggota Hexagon yang berani menantangnya. Walau yah... kemenangan jelas ada di tangannya.

___

"Hyuka? Hei. Jangan pingsan dulu, sayang."

Soobin menyampingkan tubuhnya, mengusap kelopak mata Kai dengan ibu jari. Perlahan, kelopak mata yang indah itu mengerjab, bertatapan dengan netra Soobin. Soobin kembali terpana.

MIDDLEMIST | SooKaiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang