Menapaki kaki keluar dari kereta, Soobin bertanya.
"Kai belum kembali?" Soobin menoleh ke belakang, melirik Jeon dengan ujung matanya. Melihat Jeon yang menggeleng kecil, Soobin mendesah kecewa. Sudah lima hari Kai pergi bersama Han Woo dan beberapa pengawal, tapi ia tak kunjung kembali. Yang membuat Soobin gusar adalah, tidak sekalipun Kai mengirim surat untuk mengabari, pun Soobin tidak menyangka Kai akan pergi selama ini. Ia kira, perjalanan ke Osrald hanya memakan waktu dua sampai tiga hari.
Rindu. Ya, Soobin malu mengakuinya, tapi ia rindu Kai. Setiap hari seusai mengawasi latihan para prajurit Hexagon, Soobin pasti memburukan dirinya pulang, berharap Kai sudah ada di rumah. Tapi di hari ke lima, lagi-lagi tidak ada Kai di sampingnya saat ia terjaga.
Sudut hatinya merasa cemas, tapi juga tak berani untuk menyusul Kai ke Osrald. Ia hanya tak ingin membuat Kai bingung dengan kedatangannya. Lagipula Kai bukan anak kecil yang harus dipantau.
Soobin melanjutkan langkah memasuki mansionnya. Di pintu utama, Hoseok berdiri menyambut Soobin. Dari raut wajah Hoseok, Soobin yakin ada hal yang tidak beres.
"Ada apa?"
Hoseok mendekat, berbisik pelan.
"Ada surat dari Marquess Kim Namjoon."
Kedua tangan Soobin di sisi tubuh mengepal. "Bakar saja."
Dan dengan langkah panjang-panjang, Soobin memasuki mansion dengan raut wajah murka. Hoseok dan Jeon yang masih tertahan di pintu utama saling tatap. Jeon mengangkat bahunya, lalu mengikuti langkah Tuannya.
"Kapan Tuan Kai pulang? Tuan Muda uring-uringan selama ia tidak ada disini. Suasana mansion kembali ke awal. Suram," gumam Hoseok memandangi dua punggung yang meninggalkannya.
____
Soobin terbangun. Ia ketiduran saat sedang memeriksa berkas kliennya di sofa panjang ruang kerja. Tapi... sejak kapan ia berselimut? Jeon dan Hoseok tidak mungkin melakukannya. Kepala Soobin berputar cepat ke arah suara derap kaki.
Ia tidak salah lihat. Kai berjalan menujunya. Hatinya langsung terasa senang, seolah-olah baru melihat Kai setelah perpisahan panjang.
"Kai?"
Soobin mendudukkan dirinya. Selimut yang menutupi batas dadanya terjatuh dalam pangkuan saat ia duduk. Barulah Soobin sadar, bahwa hawa dingin mulai menusuk kulit. Tampaknya musim dingin akan segera tiba.
"Iya." Saat Kai baru saja mendudukkan dirinya di sofa, Soobin langsung menariknya dalam pelukan.
"Dingin," gumam Soobin diantara perpotongan leher dan bahu Kai. Kai menepuk-nepuk punggung Soobin lembut.
"Mau aku nyalakan perapian?"
Soobin menggeleng pelan masih dengan posisi yang sama. Pelukannya malah terasa semakin erat, menarik pinggang Kai hingga menempel ke tubuhnya. Soobin menarik napas dalam-dalam di leher Kai, mengendusi aroma tubuh Kai yang sudah lama tak ia hirup.
"Begini saja sudah cukup."
Kai membiarkan Soobin memeluknya erat. Kai yakin, Soobin pasti belum tidur dengan benar selama beberapa hari ini, mengurusi pekerjaannya di markas utama.
Sembari hening menyapa, Kai masih mengelus punggung Soobin pelan. Ada rasa hangat yang menyelip di dada saat ia melakukannya. Hatinya terasa damai dan tenang saat sedang bersama Soobin.
"Bagaimana Osrald?"
Soobin mengendurkan pelukan mereka, menarik wajahnya dari leher Kai. Namun kedua tangannya masih melingkari pinggang Kai. Mata Soobin tampak sayu, kombinasi antara mengantuk dan lelah.
KAMU SEDANG MEMBACA
MIDDLEMIST | SooKai
Fanfiction[TAMAT] Untuk mewarisi gelar Count dan menyelamatkan nasib keluarganya, Kai Kamal Huening harus menikah!