12

3.4K 367 177
                                    

Sejak tahu kalau Jeon adalah pangeran, Kai selalu kikuk kalau berhadapan dengannya. Tentu saja Jeon sadar akan hal itu.

"Perlakukan saya seperti biasa, Tuan Muda."

Kai menggeleng cepat. "Bagaimana mungkin aku bersikap tidak sopan pada seorang pangeran?"

Jeon tersenyum tipis—nyaris tidak terlihat. Baginya, perlakuan hormat adalah perlakuan yang jarang sekali ia terima dari orang-orang sekitarnya. Terlahir dari ibu yang seorang selir saja sudah cukup membuat banyak kebencian terarah padanya sejak kecil.

Orang-orang selalu mengelu-elukan Seokjin dan mengucilkan Jeon. Anehnya, kakak berbeda ibunya itu selalu menempelinya kemanapun, dan tidak mau pisah kalau bukan kepala pelayan istana yang menyeret kaki Seokjin untuk pergi ke ruang belajar.

Saat usianya sudah cukup untuk mengerti kenapa orang-orang berbuat jahat padanya, Jeon mulai menjauhi Seokjin. Ia tidak mau Seokjin mempunyai citra yang buruk karena dirinya. Tapi ia salah. Seokjin tetap menempelinya.

"Aku tidak peduli apa kata orang. Kau adikku, satu-satunya adikku."

Satu kalimat dari Seokjin saja sudah cukup untuk membuat Jeon berada di pihaknya—alih-alih ikut pertempuran merebut tahta. Ia tahu diri, latar belakang keluarga ibunya tidak membawa keuntungan apapun.

Setelah memasuki usia dewasa, Jeon bertemu kembali dengan Soobin yang membawa ambisi besar di pundaknya. Salah satu tujuannya adalah mendukung Putra Mahkota Seokjin untuk naik tahta. Soobin menjadikannya tangan kanan, yang selalu berhadapan dengan banyak orang yang haus akan kekuasaan, mencari cara apapun itu—meski dengan membunuh.

Karena kemampuan yang cukup menakutkan, Jeon ditakuti oleh anggota Hexagon sendiri. Mereka selalu mengambil jarak aman kalau melihat Jeon, apalagi kalau disampingnya ada Gum, pemimpin mereka.

Selain Seokjin dan Soobin, tidak ada orang yang bersikap hangat padanya. Karena itulah saat Kai menyebut dirinya dengan "teman", rasanya sangat aneh. Ia hampir tidak punya teman seumur hidupnya.

"Ah, hari ini kesatria Huening sampai di ibukota, ya 'kan?"

Jeon mengangguk mendengar penuturan Kai. Setelah mengadakan pertemuan singkat dengan beberapa anggota Hexagon, Soobin memutuskan untuk menerima kedatangan kesatria Huening di kediamannya dan memberikan mereka satu gedung khusus yang berseberangan dengan gedung Hexagon.

Arena latihan mereka terpisah, juga kesetiaan mereka yang berbeda. Prajurit Hexagon bersumpah untuk Gum, sedangkan kesatria Huening tentu saja bersumpah untuk Kai—satu-satunya Tuan mereka yang tersisa.

___

Soobin bersenandung pelan menapaki anak tangga. Saat matanya menangkap raut wajah Jeon yang tidak tenang, Soobin berhenti bersenandung.

"Ada apa?" Jeon tak langsung menjawab. Ia terlihat sedang berpikir keras, baru kemudian memberitahukan apa yang sejak tadi mengganggu benaknya.

"Beomgyu datang dan membuat keributan. Kai sangat marah dah dia pergi."

"Apa? Pergi? Kemana?"

"Mansion Marquess Kang."

Soobin mengurut pelipisnya. Beomgyu. Ia lupa pada kehadiran Beomgyu belakangan ini. Laki-laki culas itu bisa saja merusak semua yang sudah Soobin susun. Setelah mendapatkan Kai, Soobin malah melupakan hal yang penting. Beomgyu hanyalah alat pemuas nafsu yang seharusnya ia buang setelah mendapatkan Kai.

"Sekarang dimana Beomgyu?"

___

Taehyun terkejut saat Kai datang ke mansionnya tiba-tiba tanpa membawa apapun dan hanya bertanya, "Kau punya banyak kamar kosong disini 'kan?" dengan nada lesu.

MIDDLEMIST | SooKaiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang