13

3.2K 333 184
                                    

Beomgyu melemparkan gelas yang ada di tangannya kuat. Gelas itu pecah berderai di antara kaki laki-laki berparas cantik itu.

"Soobin..."

Beomgyu masih ingat dengan jelas ucapan Soobin tempo hari dan setiap ia ingat kata per kata yang terucap dari bibir Soobin, darahnya kembali mendidih.

"Bukankah kita sudah selesai, Beomgyu? Aku harap kau tidak datang lagi ke mansion ini. Ah, bahkan kuharap kita tidak bertemu lagi. Aku tidak ingin Kai salah paham karena keberadaanmu."

Tidakkah Soobin tahu betapa sakit hatinya Beomgyu setiap mereka bergulat panas di atas ranjang bukan namanya yang disebut-sebut Soobin?

Kai.

Selama ini Beomgyu kira orang yang bernama Kai adalah orang yang tidak akan pernah bisa Soobin miliki, karena itu ia meminjam tubuh Beomgyu dan membayangkan melakukan semuanya bersama sialan bernama Kai.

Ternyata tidak. Nama yang selalu Soobin sebut dalam percintaan panas mereka muncul. Nyata. Dan apa katanya? Pasangan? Mereka sudah menikah?

Beomgyu mengepalkan tangannya kuat-kuat. Kukunya yang tajam menggores telapak tangan, mengeluarkan setitik darah namun Beomgyu abai akan rasa sakit. Perasaan terhina yang ia dapat ini, ia pasti akan membalasnya.

___

Saat mendapat undangan makan malam dari Putra Mahkota, barulah Kai yakin kalau ia benar-benar menikahi seorang putra Duke. Pergaulannya kini sudah berbeda. Ia bukan lagi sekadar anak Count Huening yang lebih suka menyendiri dan menghindari pergaulan kelas atas. Orang-orang disekelilingnya semua adalah orang dengan kedudukan yang tinggi—seperti Soobin, Jeon, Putra Mahkota Seokjin, dan kecurigaan awal Kai pada Hoseok.

"Apa makanannya tidak enak?"

Kai mengangkat kepalanya, bertatapan dengan Putra mahkota. "Aku lihat dari tadi kau hanya melamun sambil mengiris daging."

Kai cepat-cepat menggeleng. "Bukan begitu, Putra Mahkota. Aku... saya hanya memikirkan sesuatu."

Seokjin tertawa melihat kebingungan Kai saat harus menggunakan 'aku' atau 'saya' sebagai kata ganti dirinya. Soobin yang duduk di sebelah Kai menatap Seokjin tajam, tak suka pasangannya ditertawakan.

"Santai saja, Kai. Kau menikahi orang yang sudah kuanggap seperti adik sendiri. Jadi aku akan menganggapmu adik juga. Bagaimana?"

Kai tak langsung menjawab. Untung hanya ada mereka bertiga di ruangan besar dan megah ini. Kalau orang lain yang mendengar ucapan Seokjin tadi, mungkin mereka akan sangat heran—bagaimana mungkin Putra Mahkota yang terkenal bersikap dingin malah tertawa dengan mudahnya di depan Soobin dan Kai?

Yah, tentu karena selain Jeon, yang Seokjin percayai hanyalah Soobin—kini sudah bertambah Kai. Seokjin sudah melihat banyak sekali bermacam manusia disekelilingnya, dan mereka mendekatinya dengan tujuan tertentu—penjilat.

"Ah, omong-omong... aku mengirimkan hadiah untuk kalian. Hadiah pernikahan."

"Untuk apa? Kami bahkan tidak menyelenggarakan pesta," Kai sadar suaranya terdengar getir. Karena ucapan Seokjin barusan, tentu saja ingatannya melayang pada gaun pengantin yang ia lihat tempo hari.

"Ah, santai saja. Aku yakin kalian akan suka dengan hadiahku."

____

Seharusnya saat Kai melihat senyum misterius Seokjin, ia sudah curiga akan sesuatu.

Pulang dari istana, Kai langsung menrima hadiah Seokjin dan membukanya—sembari menunggu Soobin mengurus beberapa hal di ruang kerjanya.

Dah yah... beruntung Soobin tidak ada disini.

MIDDLEMIST | SooKaiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang