Dengan gerakan cepat Kai menutup seluruh wajahnya dengan selimut saat Soobin masuk ke kamar. Kai tidak bergerak, berusaha terlihat pura-pura tidur agar Soobin kembali keluar. Kai tidak bisa menatap wajah Soobin, tidak setelah apa yang mereka lakukan semalaman suntuk.
"Memangnya orang tidur tidak bernapas?"
Soobin menarik selimut yang menutupi wajah Kai, namun Kai tetap kukuh mempertahankan posisinya. Soobin tertawa pelan. Gantinya, ia menepuk-nepuk pelan bagian selimut yang menutupi puncak kepala Kai.
Luluh, Kai pelan-pelan menarik selimut ke bawah hidung, hanya menampakkan sebagian wajahnya. Kalau ia tarik lagi ke bawah, Soobin akan tahu betapa merahnya wajah Kai saat ini.
"Kau baik-baik saja?"
Kai mengangguk, lalu menggeleng. Tingkahnya yang lucu ini membuat Soobin gemas. Laki-laki itu dengan cepat menunduk dan mengecup pelipis Kai. Kai mendelik, tidak menyangka akan mendapat serangan ringan dari Soobin.
"Kenapa? Kau malu? Tadi malam kita—" Ucapan laknat Soobin membangkitkan ingatan Kai, dan laki-laki cantik itu dengan cepat membekap mulut Soobin dengan sebelah tangannya. Ia tidak mau mendengar kelanjutan kalimat laknat itu.
Kai bergidik saat lidah Soobin menjilat telapak tangannya. Cepat-cepat ia menarik tangan, kembali menarik selimut ke batas bawah hidungnya. Soobin kembali terkekeh.
"Apa kau mau makan di kamar saja? Aku akan menyuruh pelayan untuk membawanya nanti."
Kai berpikir sejenak, lalu menggeleng.
"Aku mau makan di ruang makan saja."
"Tapi kau belum mandi," ujar Soobin tertawa. Tidak akan akan orang yang protes kalau Kai makan di ruang makan tanpa mandi lebih dulu. Hanya saja lucu melihatnya masih acak-acakan seperti ini, lebih-lebih setelah pertarungan hebat mereka tadi malam.
"Kalau begitu, keluar. Aku mau mandi."
Senyum jahil Soobin muncul. "Mau aku mandikan?"
Ucapan setengah berbisik itu membuat wajah Kai memerah seketika. Soobin menyentuh sisi wajah Kai, ia sangat suka kalau Kai tersipu karena dirinya. Indah sekali. Ia tidak pernah menemukan keindahan ini sebelumnya. Keindahan yang membuatnya ingin cepat-cepat pulang ke rumah.
"Keluar," rengek Kai melepaskan tangan Soobin dari wajahnya. Menghela napas, Soobin berdiri.
"Oke, oke. Aku akan menunggumu di ruang makan," ucapnya sambil beranjak menuju pintu. Saat pintu itu tertutup, Kai bangkit dan mulai berjalan pelan masih dengan selimut yang membalut tubuh telanjangnya.
Namun di langkah kedua, rasa sakit yang bersumber dari pinggangnya membuat Kai oleng, jatuh dengan kepala menghantam lantai terlebih dahulu.
"Kai!"
Selagi Kai mengaduh, Soobin yang ternyata masih berdiri di depan pintu langsung masuk saat mendengar suara debum keras. Ia menemukan Kai terlungkup di lantai, dengan selimut menutupi tubuhnya.
"Kan sudah kubilang, biar aku yang memandikanmu."
Kai merasa tubuhnya melayang, lalu tiba-tiba saja ia sudah ada dalam gendongan Soobin yang menatap pelipis Kai yang memerah. Soobin membawa bibirnya ke sana, mengecup pelan.
"Tidak apa, nanti akan kuobati."
Dalam gendongan Soobin yang tidak mau ditolak, Kai pasrah saat laki-laki itu membawanya menuju kamar mandi. Ia hanya berharap mandinya kali ini tidak akan memakan waktu terlalu banyak.
___
Entah karena rasa kasihan melihat Kai yang mengaduh-aduh saat mandi, atau mungkin karena ia sudah puas bermain semalaman, Soobin tidak menyentuh Kai sedikitpun saat mandi tadi, dalam artian 'menyentuh' untuk 'itu'.

KAMU SEDANG MEMBACA
MIDDLEMIST | SooKai
Fanfiction[TAMAT] Untuk mewarisi gelar Count dan menyelamatkan nasib keluarganya, Kai Kamal Huening harus menikah!