Sore hari saat sedang menikmati waktu santai di halaman belakang, Kai bertanya dengan nada penasaran.
"Soobin-ah, bagaimana bisa akta tanah keluargaku ada padamu?"
Tangan Soobin yang hendak menggapai cangkir teh membeku. Dengan cepat ia kembali menormalkan raut wajahnya, menatap Kai. bukannya menjawab pertanyaan Kai, ia justru balik bertanya.
"Apa kau tahu kalau Count Huening sebenarnya punya kekuasaan politik yang besar?"
Kai menggeleng. Sedari dulu, Ayahnya tidak pernah terlibat langsung dalam politik kerajaan. Kai sendiri hanya mendapatkan pelajaran politik seadanya, bukan dikhususkan seperti Tuan Muda keluarga lainnya yang ia kenal. Count Huening—ayahnya—membebaskan Kai memperdalam ilmu yang disukainya saja.
"Kalau kubilang, akulah orang yang ada di balik surat kerajaan yang memaksamu untuk menikah, bagaimana?"
Kai melotot. Mulutnya terbuka, megap-megap.
"Kau menjebakku, lagi?!"
Soobin merapatkan bibirnya. "Putra Mahkota Seokjin benar-benar dalam keadaan terdesak. Ia butuh dukungan politik yang kuat untuk melawan Namjoon. Karena itu, menjebakmu adalah cara untuk bisa mendapatkan dukungan politik nantinya. Kau tidak bisa meremehkan kekuatan Count Huening yang sebenarnya, Kai."
"Tapi itu belum menjelaskan kenapa akta tanah Huening ada padamu."
"Aku mencurinya."
Mulut Kai terbuka, hendak menyela namun Soobin lebih cepat.
"Aku mencurinya untuk mengembalikannya lagi padamu. Ingat? Aku yang membantumu saat Namjoon mulai berulah. Aku akui, menjebakmu dalam pernikahan ini memang cara yang salah. Tapi lihat, bukankah sekarang kita ada di sini, menikmati pernikahan jebakan ini? Kau aman dari serangan Namjoon, aku mendapatkan kekuatan politikmu untuk mendukung Putra Mahkota. Bukankah begitu, Hyuka?"
Wajah Kai sontak memerah. Hyuka. Panggilan baru dari Soobin untuk menggodanya. Sadar telah terlena, Kai mengubah raut wajahnya.
"Jadi maksudmu, tidak peduli siapapun orangnya, kau akan menikahinya untuk mendapatkan dukungan politik?"
Kai membayangkan bagaimana seandainya dia bukan anak Count Huening, apakah Soobin akan menikahinya? Sejak awal pernikahan ini memang hasil dari kesepakatan, tapi mendengar langsung alasan utama dari pernikahan ini dari mulut Soobin membuat dada Kai sesak.
Soobin menggeleng.
"Justru karena itu kau, aku menikahimu."
"Apa?"
Soobin menghela napas. Ia membuang pandang ke arah hamparan bunga yang ada di belakang Kai. Memandang bunga-bunga itu mengingatkan Soobin akan kenangan lama. Tentang sebuah bunga. Tentang Kai. Tentang mereka berdua.
Soobin memandang wajah Kai. Hanya dirinya yang mengingat kejadian itu. Kai tidak.
"Bukan apa-apa. Lupakan saja."
___
Pertama kali Soobin melihat Kai adalah saat ia berumur 9 tahun.
Waktu itu mansion Duke sedang kedatangan tamu, pasangan Count dan Countess Huening yang ternyata berteman dengan Duke The Royal Arms saat mereka masih muda.
"Salam kepada pasangan Count dan Countess Huening. Saya Choi Soobin, putra ketiga dari pasangan Duke The Royal Arms."
Pasangan Count itu terlihat terpukau akan sikap sempurna Soobin. Padahal ia hanyalah anak kecil yang berumur 9 tahun, namun pembawaannya sangat dewasa dan elegan.
KAMU SEDANG MEMBACA
MIDDLEMIST | SooKai
Fanfiction[TAMAT] Untuk mewarisi gelar Count dan menyelamatkan nasib keluarganya, Kai Kamal Huening harus menikah!