10

3.3K 365 35
                                    

PLAY : Sayonara no Natsi (Piano cover)

(Tersedia di multimedia)

.

Soobin membuka mata perlahan, menatap langit-langit kamar. Saat menoleh ke kanan, ia tidak melihat Kai disana. Soobin menuruni ranjang dan memakai pakaian hangat.

Keadaan di luar sana semakin dingin. Hamparan putih menutupi apapun yang ada.

Kemana perginya Kai?

Soobin menyusuri koridor utama dengan langkah pelan. Tiang-tiang penyangga besar yang berderet di kiri kanan ia lewati dengan langkah pelan.

Telinganya sayup-sayup menangkap dentingan piano. Pelan sekali, seolah dimainkan dengan sangat lembut. Sebuah senyuman terbit di bibir Soobin. Kini ia tahu dimana Kai berada.

Maka dengan langkah pelan—sembari mendengar melodi piano—Soobin menuju bagian ujung koridor. Semakin dekat ia dengan ruangan itu, semakin jelas melodi yang mengalun di telinga.

 Semakin dekat ia dengan ruangan itu, semakin jelas melodi yang mengalun di telinga

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Di sanalah ia melihat Kai. Masih dengan pakaian tidur dan rambut yang sedikit acak-acakan, jemarinya memainkan tuts piano lembut. Wajah Kai terlihat sangat bahagia, kendati melodi yang ia mainkan adalah melodi cinta yang berbalut kesedihan. Soobin tidak pernah mendengar melodi seindah itu, ditambah Kai-lah yang memainkannya.

Soobin menjaga jarak. Ia memperhatikan Kai dalam diam, tak mau mengganggu. Segera setelah permainannya selesai, Kai terdiam memandangi tuts piano.

Barulah Soobin bertepuk tangan. Kai tersentak. Dengan cepat menoleh ke arah Soobin. Tidak menyangka sedari tadi ada penonton gelap yang memperhatikannya tanpa suara. Kai jadi malu dibuatnya.

"Permainanmu bagus sekali."

Kai tersipu saat Soobin kini mengambil tempat di sebelahnya, di bangku piano yang seharusnya hanya untuk satu orang. Kini bahu mereka saling bersentuhan.

"Aku baru tahu mansionmu punya piano sebagus ini."

Kai terbangun pagi sekali. Setelah puas menatap wajah tidur Soobin, ia memilih untuk berjalan-jalan di dalam mansion. Karena kesibukan yang akhir-akhir ini menyita waktu, Kai bahkan belum menginjakkan kaki ke semua sudut mansion yang besar ini.

Saat itulah, ia menemukan sebuah piano terletak di sudut koridor, dengan pemandangan halaman belakang di balik jendelanya. Keadaan piano itu bersih terawat. Tidak ada nada yang sumbang saat Kai menekan tutsnya. Tentu saja Kai langsung jatuh cinta. Tanpa sadar ia memainkan piano itu, dan larut dalam melodinya.

"Lagu apa yang kau mainkan tadi?"

"Lagu kekaisaran Jepang. Judulnya Sayonara no Natsu, yang artinya perpisahan di musim panas."

Soobin ber-oh ria tanpa suara.

"Ibuku yang mengajarinya."

Kai terdiam, begitu pula dengan Soobin. Kai sedang mengingat kembali memori lama yang ia simpan. Ibunya sering kali memainkan lagu ini saat ia kecil. Kai pasti akan menonton permainan ibunya dengan mata berbinar. Ia akan naik ke pangkuan ibunya dan meminta diajarkan. Kenangan indah yang membuat sudut hati Kai tersentuh.

Dan sesuai judulnya, Kai berpisah dengan Ibu—juga ayahnya—di akhir musim panas. Itulah kenapa Kai memainkannya. Lagu ini punya makna yang dalam untuk dirinya.

Merasa tak senang dengan suasana sedih yang menyelimuti mereka berdua, Soobin menepukkan tangannya dua kali.

"Baik. Sekarang giliranku bermain. Chopin Nocturne Op.9 No.2."

Ada nada sombong di kalimat Soobin, seolah yakin sekali bahwa ia mampu mengalahkan Chopin sendiri dalam memainkan karya hebar itu. Kai tertawa dibuatnya. Ia mulai memperhatikan Soobin, sejauh mana kesombongan Soobin bisa bertahan.

Soobin meletakkan kesepuluh jemarinya di atas tuts, kemudian mulai bermain. Kai terperangah. Soobin bermain dengan sangat baik. Tak ada satupun melodi yang meleset. Semua pas dan terdengar sangat indah. Pantas saja ia bisa berbicara sesombong itu.

Sesekali di tengah permainannya, Soobin menatap Kai dengan senyum lebar hingga matanya menyipit. Dan Kai, yang menatap Soobin dengan tatapan memuja tidak melepaskan pandangannya barang sedetikpun.

Kai berharap, waktu-waktu seperti ini akan berlangsung selamanya.

Saat permainan berakhir, Kai bertepuk tangan. Ia merasa sangat beruntung bisa menyaksikan Soobin bermain piano di hadapannya. Kesibukan mereka yang menyita waktu kadang membuat mereka hanya berjumpa di malam hari saja, sebelum kemudian berpisah setelah sarapan di pagi hari. Itulah yang terjadi belakangan ini.

Soobin mengelus rambut Kai, merapikan beberapa helai rambut yang mencuat dari tempatnya. Tatapannya serius sekali saat memainkan rambut Kai. Tidak sadar kalau Kai sedari tadi menatap Soobin dalam diam.

"Mau main bersama?" Soobin merangkul bahu Kai, semakin menghapus jarak di antara mereka. Kai menyebutkan salah satu judul duo piano. Dengan segera, melodi-melodi indah yang tercipta dari Soobin dan Kai mengalun pelan, menggema di sudut-sudut ruangan mansion.

Aku ingin seperti ini saja, selamanya.

Kai bertatapan dengan Soobin. Mereka saling melempar senyum masih dengan memainkan tuts piano. Kadang ujung jemari mereka tidak sengaja tersentuh, atau Soobin yang dengan sengaja menyenggol lengan Kai, membuat Kai meleset dari nada yang seharusnya.

Tawa mereka menyusup di tengah-tengah melodi aneh yang mereka ciptakan—hasil perang nada di pagi hari.

Meski salju di luar membuat keadaan menjadi dingin, namun kehangatan menguar di salah satu ruang kecil di sudut koridor mansion Soobin. Canda, tawa, nada indah, semuanya berbaur.

Soobin dan Kai. Selamanya.

.

Dengerin multimedia-nya ya :)

Chopin – Nocturne Op. 9 No. 2 bisa dicari di yutub.


MIDDLEMIST | SooKaiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang