❄❄❄
"Natsu, teman-teman mengajak kita untuk kumpul ke taman." Matsu memberitahu setelah menutup sambungan telepon.
"Ngapain?"
"Entah, palingan ngajak main lempar-lemparan bola salju seperti tahun kemarin."
Natsu mendengus. Kobayashi sering mengajak orang-orang bermain perang bola salju di setiap liburan musim dingin. "Ahh, malas."
"Kamu pergi saja," pinta Matsu. "Sekalian refreshing. Jangan mikirin Nishimura terus-terusan."
"Gak mau ah, Yamada mainnya kasar. Mana banyak anak cowoknya lagi." Natsu menarik selimutnya.
"Ya udah kalau kamu gak mau. Nanti aku telepon Tsuda dan bilang kalau kita gak ikutan."
"Lho, memangnya kamu gak mau ikut?" Natsu duduk dari futonnya.
Matsu menggeleng sambil mencari nomor kontak Tsuda. "Kamu kan tahu bagaimana kejamnya Pak Uchida."
Spontan, Natsu teringat akan tugas sekolah liburan musim dingin yang sebenarnya memang menggunung. Mengingat tugas Pak Uchida yang selalu butuh pendapat pribadi dan penalaran yang tinggi, membuat Natsu merasa tidak betah berada di dormnya.
"Ah... tiba-tiba aku malas untuk berdiam diri di sini." Natsu mengangkat kedua tangan merenggangkan tubuh. Matsu terkesiap.
"Lho? Kamu mau ke mana?" tanyanya dengan dahi yang berkerut melihat Natsu tiba-tiba mengeluarkan mantel dan syalnya.
"Mau pergi ke taman lah. Kamu beneran gak mau pergi? PR Pak Uchida nyebelin, lho," ungkap Natsu seraya memasang syal sedemikian rupa.
"Ya, semenjengkelkan apapun tugas Pak Uchida, kita tetap harus menyelesaikannya. Begitulah prinsip orang pintar, Natsu-chan." Matsu menempelkan ponselnya ke telinga.
"Dunia kita sepertinya jauh berbeda." Natsu terkekeh lantas memakai bot dan menyandang tas. Padahal salju di Kyoto paling sedikit dibandingkan daerah di Jepang lainnya, tapi Natsu tetap menggunakan sepatu bot.
"Moshi-moshi[1], Tsuda-chan...," Matsu berbicara setelah sambungannya diangkat, "aku minta maaf tidak bisa datang... iya sampaikan ini pada Kobayashi-san juga, ya... Natsu datang kok... nani[2]? ketemuannya di sekolah? Bukannya tadi bilang di taman?" Matsu menautkan alis tatkala mendengar penjelasan Tsuda yang mengatakan bahwa tempat pertemuannya berubah.
"Ah, baiklah. Nanti kusampaikan pada Natsu... ngomong-ngomong kalian tidak mengerjakan PR?... Nanti? kau sama seperti Natsu. Kalau begitu baiklah, sekali lagi aku minta maaf ya! Dah!"
"Oi, Natsu. Mereka bilang tempat ketemuannya diganti menjadi di sekolah," teriak Matsu setelah menutup sambungan.
Mendengar tidak ada jawaban, Matsu berteriak sekali lagi. "Natsu, kau dengar? Tempatnya di sekolah."
Tidak mendapat respon dari temannya, Matsu berdiri memastikan. "Natsu?" Matanya terhenti pada pintu yang setengah terbuka. "Sudah pergi? Heh, dasar anak itu. Pergi tanpa pamit, mana pintunya tidak ditutup lagi." Gadis itu berjalan ke arah pintu seraya menelepon Natsu.
Alih-alih diangkat, Matsu justru mendapatkan ponsel Natsu yang berdering di meja makan.
"Dasar ceroboh."
❄❄❄
Kesan pertama ketika Natsu sampai di taman adalah: Kosong. Ia sempat berpikir bahwa dirinya terlambat atau mungkin datang terlalu cepat. Tidak, tidak mungkin tidak ada satupun manusia di sini. Dengan gontai gadis itu berjalan menyusuri area taman, namun hasilnya nihil.
KAMU SEDANG MEMBACA
Yuki [TAMAT]
Teen FictionSetelah delapan tahun dihabiskan hanya untuk mengejar Nishimura Kaito, Natsu baru menyadari bahwa tindakannya tak lebih dari seorang gadis yang anarkis. Pertama, dia pikir dia akan mendapatkan cowok itu meski harus mengejar hingga ke Kyoto. Kedua, d...