Hikikomori-kun***

58 14 2
                                    

❄❄❄

Untuk yang kesekian kali, Natsu melirik jam tangannya. Kali ini pukul 10:30, terlambat lima belas menit.

Sudah hampir satu jam Natsu menunggu kedatangan bus yang sampai sekarang belum datang, padahal tidak ada masalah sama sekali dengan cuaca saat ini. Salju di Kyoto hampir tidak pernah mencapai ekstrem.

Hari ini, Natsu ingin pergi ke suatu tempat. Sebenarnya tempatnya tidak jauh dari dorm-nya. Jika berjalan hanya akan menghabiskan waktu sekitaran dua belas menit. Namun, mengingat kondisinya sekarang yang sedang terkena flu, ia langsung mengurungkan niatnya dan memilih menunggu bis di halte.

Sebetulnya tadi Matsu tidak memperbolehkannya untuk keluar hari ini, tapi saat mendengar alasan Natsu untuk keluar, Matsu tidak mempunyai pilihan lain.

Natsu mengembuskan udara yang mengeluarkan uap putih. Ia kembali memasukan tangannya ke dalam kantung mantel.

Sepuluh menit kemudian busnya sudah sampai. Sempat terdengar permintaan maaf komite bus atas keterlambatan kedatangannya dengan alasan mesin yang mati.

Natsu kembali melirik jam yang mengikat lengan kirinya. "Bagus, sudah empat puluh menit."

Ia mendengus kesal, duduk di pojok ruangan sambil menatap kosong tumpukkan salju di jalan.

Seorang pria mendatangi tempatnya dan membungkuk, meminta maaf atas keterlambatan bus. Natsu balas menundukkan kepalanya sebelum akhirnya kondektur bus itu menghampiri penumpang yang lain.

Bus terlihat sangat kosong dan lengang. Liburan musim dingin seperti ini, wajar jika orang-orang jarang beraktivitas. Mereka lebih suka menghabiskan waktu di rumah masing-masing atau rumah keluargannya, atau mungkin membuat boneka salju jumbo di halaman depan rumahnya.

Sedikit terbesit di hati Natsu, dia rindu keluargannya. Dia rindu kehangatan rumah, Oka-san, Oji-san, Nana-chan, dan yang paling pasti, Oto-san.

Ia rindu tawa khas ayahnya, rindu cokelat panas ibunya, rindu sikap adiknya yang menjengkelkan. Kira-kira sudah tiga tahun Natsu meninggalkan rumah, dan tahun lalu ia terakhir kali bertemu keluargannya—meski tidak semuanya.

Sekarang ia sudah hampir menyelesaikan sekolah tingkat atasnya di Kyoto. Dan alasan dia masuk ke tempat ini hanya karena orang itu, Nishimura Kaito. Entah saat lulus nanti ia akan masuk universitas yang sama atau tidak dengan orang yang mendasarinya untuk berada di Kyoto.

Yang pasti, mau satu sekolah lagi atau tidak dengan Nishimura, Natsu tetap akan meninggalkan Ine. Dia ingin terus melanjutkan pendidikannya di Kyoto bersama Matsu. Atau, sekadar sengaja meninggalkan Ine—saat mengingat tentang Ine, hatinya terasa semakin menderita.

Kita akan selalu bersama.

Begitulah janjinya dulu dengan Matsu, sengaja membeli gelang persahabatan sebagai bukti selalu bersama, meskipun baik Natsu maupun Matsu sudah tahu hal seperti itu hanya kebohongan.

Natsu tidak tahu jurusan apa yang nanti bakal diambil oleh Matsu begitupun sebaliknya.

Semua orang mempunyai impiannya masing-masing dan impian itu sendiri masih bisa berubah-ubah.

Namun, bagaimana dengan perasaan? Bisakah Nishimura menerima perasaan Natsu sedikit saja? Atau bisakah perasaan Natsu berubah terhadap laki-laki yang sudah delapan tahun ia sukai? Sampai saat ini, Natsu yakin perasaannya tidak akan berubah. Tapi, dia juga yakin salah satu dari dugaannya bisa saja benar.

Entahlah.

Natsu menuruni bus dan berjalan ke alamat yang tertulis di atas kertas yang sedang ia pegang. Sebelumnya, tidak pernah terpikir olehnya untuk datang ke tempat ini. Jangankan ke tempat yang sedang ia tuju sekarang. Tahu letaknya saja ia tidak peduli.

Yuki [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang