❄❄❄
Malamnya, Natsu mencoba menghubungi Kamura. Dia mendapatkan nomornya dari memeriksa nomor kontak siswa di data sekolah.
Sedikit terbesit keraguan dalam hatinya. Dia memang tidak pernah mendengar Kamura marah besar seperti yang diucapkan oleh Yamaguchi tadi, melihat sikapnya tadi saja ia sudah sangat terkejut, lebih tepatnya tubuhnya bergidik takut.
Tapi bagaimanapun juga, dalam hatinya, Natsu tetap berterima kasih. Benar kata Hobara, tadi itu aksi yang heroik.
Arigatoo gozaimasu Kamura Ku ...
Teleponnya sudah tersambung. Natsu menunggu sambungan di ujung sana cukup lama sebelum akhirnya ada yang mengangkat.
"Moshi-moshi?" Terdengar suara perempuan yang mengangkat. Ah, ini pasti nomor telepon rumahnya.
"Moshi-moshi oka-san!" Natsu menjawab ragu, ada sedikit kelegaan yang terasa di dadanya mendengar ibu Kamura yang mengangkat. Jujur saja dia tidak siap jika Kamura langsung yang mengangkat.
"Ya, siapa ini?"
"Natsu." Natsu menjawab pelan.
"Natsu-chan?" Terdengar keraguan dari suaranya, membuat Natsu cepat menanggapi.
"Natsunawa Oichi, Oichi-chan!"
"Ah! Oichi-chan! O-genki desuka?"
"Genki desu!" jawab Natsu singkat. "Bibi... ada Kamura-kun?" Tangan Natsu menjadi gemetar, bagaimana kalau Kamura juga marah padanya? Tadi kan Natsu langsung meninggalkan kelas tanpa menatapnya sama sekali, seolah menyalahkan kesalahpahaman tadi kepada Kamura.
"Ya, Nisigaki sedang belajar, nanti Bibi panggilkan."
"Tidak perlu!" Natsu memelankan suaranya yang sedikit berteriak. "Tidak perlu, Bi. Tidak usah, takutnya mengganggu."
"Lalu?"
"Saya titip pesan saja untuk Kamura-kun."
Natsu menggigit bibirnya sendiri, merasa ragu ingin mengucapkan apa. Sebenarnya jika Kamura yang mengangkat dia akan menanyakan kabarnya, apakah dia baik-baik saja setelah berkelahi dengan Kobayashi dan meminta maaf karena mengabaikannya begitu saja. Namun, lain cerita jika hal itu benar-benar terjadi. Setidaknya dengan ibunya yang mengangkat membuat semua jauh lebih baik.
"Oh, ya?"
"Eh, katakan ke Kamura-kun... aku berterima kasih." Terdengar jawaban 'ya' dari ujung telepon. "Dan... minta maaf."
"Minta maaf untuk apa? Apa kalian berkelahi?"
"Eh... tidak! sampaikan saja salamku pada Kamura ya, Bi." Natsu mencoba menormalkan suara. Jantungnya tak berhenti berdegup kencang.
"Baiklah, kalian... tidak apa-apa, kan?" Natsu menjawab iya. "Kalian sudah berteman?" Natsu kembali menjawab iya lebih mantap. "Syukurlah, setidaknya Nisigaki sekarang punya teman." Terdengar kelegaan dari sana membuat Natsu turut menjadi lega.
"Kalau begitu terima kasih, Bi. Maaf merepotkan, konbanwa!"
"Konbanwa!" Lalu sambungan telepon terputuskan, Natsu menarik napas lega, sedikit, karena bukan dengan Kamura secara langsung.
Cepat menolehkan wajah, ia menatapi gemintang dari luar jendela. Langit memeng cerah malam hari ini.
"Sudah selesai?" Terdengar suara Matsu dari belakang, Natsu menoleh lalu mengangguk lemas. "Semoga semua baik-baik saja." Matsu mengelus pundak temannya yang gusar, sejak di sekolah tadi setelah jam makan siang, Natsu terus-terusan menatap Kamura yang enggan menoleh ke arahnya. Bahkan, saat pulang sekolah, Natsu mencoba mengejarnya, tetapi Kamura yang pandai olahraga justru lari menjauh lebih cepat meninggalkannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Yuki [TAMAT]
Teen FictionSetelah delapan tahun dihabiskan hanya untuk mengejar Nishimura Kaito, Natsu baru menyadari bahwa tindakannya tak lebih dari seorang gadis yang anarkis. Pertama, dia pikir dia akan mendapatkan cowok itu meski harus mengejar hingga ke Kyoto. Kedua, d...