❄❄❄
Dua hari sebelum pemberian Syal, Natsu sedang ada di dormnya. Rencananya ia akan pergi ke minimarket, membeli bubble tea untuknya dan Yori. Dia ingin memperbaiki masalahnya dengan Yori yang semakin memburuk.
Jika boleh jujur, Natsu tidak pernah menyangka kalau tahun ini dia berhasil dalam masalah asmara namun gagal total dalam masalah persahabatan. Mungkin kalimat 'ketika kau mendapatkan sesuatu yang kau inginkan, kau juga harus melepaskan apa yang tak ingin kau lepaskan' ada benarnya.
Natsu menguncir rambutnya dengan pita lalu memakai sweater dan pergi.
Namun, apapun itu, apapun yang sudah terjadi, setidaknya usahanya selama ini tidak dinilai sia-sia. Lagi, tiba-tiba Natsu merasakan seandainya Matsu ada di sini.
Natsu membuka pintu dormnya, kemudian refleks membelalakkan mata.
"Kamura-kun?" Ia tidak mempercayai apa yang sedang ia lihat saat ini.
"Oichi-chan ...," terdengar suara Kamura yang begitu parau, seperti ia sedang menahan tangis. Natsu mengerutkan dahi tidak mengerti. Satu bulan belakangan Kamura menghindari Natsu, tidak ingin berbicara lagi dengannya, namun hari ini? dia mendatangi Natsu dengan keadaan yang terlihat memprihatinkan.
"Jangan berdiri di luar udaranya dingin! Ayo masuk!" Natsu menarik lengan Kamura, Namun pria bertubuh tegap itu hanya berdiam diri di tempat, menatap Natsu dengan tatapan terluka. Natsu menautkan alis semakin tak mengerti.
"Kamura-kun ... ada apa?" Detak jantung Natsu mulai tak karuan, ia merasakan firasat buruk yang akan terjadi.
"Mengapa?" Suara Kamura yang mematung di ambang pintu mulai terdengar. Ia menundukkan kepala mencengkram helai rambutnya, "mengapa selama ini kau selalu mengabaikanku, Oichi-chan?" Terdengar suaranya yang semakin bergetar.
"Kamura-kun, ada apa sebenarnya?"
"Aku menyukimu, Natsunawa Oichi. Aku menyayangimu selama ini, sejak awal aku bertemu denganmu, sejak aku mengenalmu di kelas satu SMA, sejak itulah hidupku terasa ... terasa lebih ... berwarna." Kamura menatap Natsu dengan terluka, Natsu hanya terdiam dengan sorot mata yang bercampur aduk antara tidak percaya dan tidak mengerti.
"Semenjak mengenalmu aku menjadi sosok yang lebih berani, selama tiga tahun lebih aku mengirimkan surat itu padamu, dan kau tidak pernah peka akan hal itu. Kau justru membenciku," Kamura mengepalkan tangannya, "dan itu semakin membuatku terjatuh."
"Kamura, kau tidak harus melakukan ini. Kita bisa berteman, tidakkah itu cukup?"
"Berteman?" Kamura tertawa hambar, "akhirnya tiga tahun kemudian orang yang kusukai menjadi temanku, lebih tepatnya menjadi teman pertamaku. Dan saat itu pula, Oichi, aku mulai menanam harapan itu kembali."
Natsu tersentak, menggeleng tak percaya. Dia mengerti jika Kamura menyukainya, tapi dia tak tahu jika laki-laki itu masih belum menyerah.
"Belum sempat aku menyatakan perasaanku yang sebenarnya kepadamu, tapi kau sudah terlebih dahulu menolaknya. Tidak apa, aku masih akan mencoba, aku akan selalu ada untukmu, akau akan membuatmu nyaman, aku menolak pergi ke Tokyo karena hanya ingin selalu di dekatmu." Kamura yang terlihat semakin hancur meneruskan kalimatnya dan menuntaskannya.
"Dan saat mengetahui bahwa kau sudah menjadi milik orang lain. Aku tak tahu harus bagaimana lagi." Kamura menatap Natsu lemah, dengan jelas Natsu melihat air mata itu jatuh di pipinya yang cekung mengalir hingga ke dagunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Yuki [TAMAT]
Dla nastolatkówSetelah delapan tahun dihabiskan hanya untuk mengejar Nishimura Kaito, Natsu baru menyadari bahwa tindakannya tak lebih dari seorang gadis yang anarkis. Pertama, dia pikir dia akan mendapatkan cowok itu meski harus mengejar hingga ke Kyoto. Kedua, d...