Seharusnya***

32 5 1
                                    

🌸🌸🌸

"Dia masih tak mengangkat." Yori melepaskan telpon dari telinganya, menatap prihatin temannya yang masih menangis di pojok ruangan sambil menerawang ke luar jendela.

"Sudahlah Natsu, ini semua bukan sepenuhnya salahmu. Kau tidak harus menangisi hal ini." Yori mengelus pundak Natsu pelan kemudian memeluknya.

"Dia membenciku Yori." Natsu menggeleng tak percaya, "dan aku tidak mau jika dia membenciku."

"Dia tidak akan membencimu, percayalah padaku."

"Dia akan pergi meninggalkan kita." Natsu menatap tajam Yori. "Dia benar-benar berbeda."

Yori memeluk kembali temannya. Natsu tampak stress dan depresi. Yori mengerti perasaannya, setelah ibu Natsu tidak ingin menemuinnya lagi, Natsu seperti orang yang putus asa, tidak memiliki pegangan, tidak memiliki harapan, hari-harinya ia habiskan dengan melamun dan melamun.

Namun, di samping Nishimura, Matsu selalu ada untuknya, dia yang menenangkan Natsu dengan sikapnya yang dewasa dan hangat. Mengatakan bahwa Natsu tidak akan pernah sendirian.

Matsu akan selalu ada untuknya.

Sekarang Yori meragukan hal itu, terkadang sebuah persahabatan terasa istimewa ketika sahabat itu sudah saling memisahkan diri, memilih dunianya sendiri. Dan saat sudah berpisah, mereka akan mengenang kembali tentang persahabatan yang dulu ia anggap abadi, dan saat itulah mereka memiliki memori kehilangan serta menyadari betapa berharganya persahabatan mereka dulu.

"Dia bahkan tidak mau membukakan pintu atau sekedar mendengarkan penjelasanku." Yori merasakan bahunya basah oleh air mata.

Natsu tidak siap untuk merasakan kehilangan ataupun perpisahan untuk yang kesekian kalinya.

Natsu tidak siap untuk merasakan bahwa dia memiliki persahabatan yang istimewa. Sebenarnya Yori sendiri sudah mengetahui kesedihan Natsu saat mendengar Matsu akan ke Tokyo, dan itu membuatnya tidak siap melepaskan. Namun, dia berpura-pura merelakan keputusan Matsu. Matsu sendiri sudah mengetahui hal itu dan pada akhirnya Matsu memutuskan untuk tinggal.

Sekarang Yori meragukan hal itu.

Mungkin dia yang paling tidak pintar di antara kedua temannya, tapi dia juga mengerti tentang hal ini. Meskipun Matsu nanti akan pergi meninggalkannya, tetapi Yori yakin Matsu tidak akan pernah membenci Natsu, walaupun Natsu menjadi alasannya untuk pergi.

Hidup kadang digunakan hanya untuk mengingat, bagi siapa yang pernah merasa bahagia dan kehilangan dia akan mempunyai memori untuk mengenang.

Setiap orang mempunyai kenangan masing-masing, dan hal itulah yang justru membuat mereka tidak merasakan kehilangan.

"Aku akan membuatkan teh." Yori melepaskan pelukannya, Natsu kembali bersandar pada tembok, "oh iya, Natsu." Panggil Yori sekali lagi, "pergi atau tidaknya Matsu, percayalah, dia tidak akan pernah membencimu."
Natsu hanya diam sampai Yori menghilang dari pandangannya.

"Natsu, kau tidur?" Yori yang membawa cangkir dan teko dari dapur meletakkannya diatas meja.

"Oh, sudah tertidur?" Yori membawakan selimut lalu menyelimutnya ke tubuh mungil Natsu. Dia terdiam setelahnya, memerhatikan jalanan yang dipenuhi kelopak bunga berguguran. Tersenyum.

"Terima kasih, aku telah menjadi bagian dari kenangan kalian nantinya." Dia berbisik kepada dirinya sendiri.

🌸🌸🌸

Yuki [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang