Tsukimi***

38 7 1
                                    

🍂🍁🍂

"Ini pertama kalinya aku membenci musim panas Yori-chan. Dan setelah musim panas ini berlalu, entah mengapa perasaanku terasa lebih lega." Itu yang Natsu katakan saat musim panasnya sudah berlalu. Ia selalu bersedih ketika musim panas berlalu, namun kali ini semuanya berbeda.

"Tapi kau masih membuat syal, meskipun dia sendiri telah mencampakkanmu."

Natsu terhenti, berpikir sejenak kemudian melanjutkan rajutannya.

Yori menghela napas panjang, "sebelumnya aku mengatakan jika hal ini terjadi, kau tak boleh menangis. Tapi, sekarang kau boleh menangis."

"Hari itu aku sudah menangis, bahkan membasahi baju Kamura."

Yori tersenyum lega, lega mendengar nama Kamura yang Natsu sebutkan. Setidaknya satu hubungan hancur dan hubungan yang lain terbaiki.

"Kau sudah berbaikkan dengan Kamura? Aku dengar kau sering bertemu dengannya beberapa kali selama musim panas ini?"

"Kalau dibilang baik sih ... mungkin kami sudah kembali berteman, tapi sering bertemu itu tidak sama sekali."

Yori membenarkan posisi duduknya, "lalu apa yang kau lakukan selama sisa musim panasmu?"

"Tidak ada, hanya kuliah." Natsu masih fokus pada rajutannya yang masih setengah, ia harus cepet menyelesaikannya karena musim gugur sendiri tidak sepanjang musim panas. Setelahnya akan datang musim salju.

"Tidak mungkin. Beberapa kali ku lihat, kau sering pergi setelah kuliahmu selesai, kemana?"

Natsu menyerah dengan rasa penasaran Yori, ia menghela napas jengah, "mengirim surat ... untuk Matsu." Terdengar lemah pada kata terakhirnya.

"Kau hanya membuang waktumu, Matsu tak akan pernah membacanya."

"Aku tahu, di Tokyo banyak tempat sampah, aku tidak heran jika suratku terbuang di tempat yang terpisah."

"Natsu aku tidak bercanda!"

"Aku juga tidak bercanda Yori-chan!" Natsu berhenti, mereka berdua terdiam.

"Menyenangkan sekali jadi Matsu, jika ingin sendiri dia lari ke Tokyo." Natsu menyandarkan kepalanya ke dinding dengan mata yang melihat keluar jendela. "Aku mengirim surat tentang betapa hancurnya aku sekarang. Setidaknya itu bisa menghiburnya." Natsu tertawa hambar.

"Apa-apaan kau ini?" Yori menatap Natsu tak percaya.

"Tenang saja Yori, kau sendiri yang bilang dia tidak akan pernah membaca suratnya. Jadi kau tidak perlu khawatir."

Yori menyerah.

🍂🍁🍂

Setelah musim panas itu, Natsu berusaha melanjutkan hidupnya senormal mungkin. Ia tidak lagi mengirim surat ke Tokyo, tidak lagi mencari pria yang memotret awan, dan hanya menghabiskan hari-harinya dengan fokus belajar. Menghabiskan waktu di perpustakaan.

Sudah dua jam Natsu menghabiskan waktunya memilah-milih buku, memilih tempat kesukaannya yaitu dipojokkan yang menghadap ke luar jendela. Membaca buku-buku sastra, biografi, dan novel.

Bahkan saking seringnya ia ke tempat ini, membuat penjaga perpus sendiri sudah hapal dan familiar dengannya meskipun masih menjabat sebagai pelajar baru.

Meskipun begitu, Natsu masih sering mendapati Nishimura sesekali lewat di balik jendela tempat duduknya. Dan tentu saja bersama Karin.

Entah mengapa saat dia ada di depan Natsu, Natsu masih tidak dapat mengalihkan pandangan darinya. Terkadang saat pulang kuliah, Natsu sering berpapasan dengannya di jalan, namun Nishimura seringkali tak menyadarinya karena fokusnya hanya pada lensa kamera yang menghadap ke awan.

Yuki [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang