Sesal Tak Pernah Datang Di Awal

3.9K 550 22
                                    

Seorang lelaki bertubuh tidak terlalu tinggi terlihat berjalan menaiki bukit pemakaman, tangan kanannya membawa bucket bunga besar, sedangkan tangan kirinya membawa botol besar berisi air mineral. Senyuman di bibir lelaki dengan setelan pakaian serba hitam itu tak pernah pudar saat berjalan memasuki area pemakaman di pagi hari.

"Mamiiii..." panggil Suga saat ia sudah duduk di samping makam sang Mami. "Selamat Hari Ibu..." kata Suga antusias "Ogi lupa ini hari ibu yang keberapa, yang Ogi rayakan tanpa Mami."

Suga tiba-tiba saja tertawa, tetapi air matanya ikut mengalir disela tawanya. "Ogi lupa ... dulu ... selama Mami masih ada ... Ogi gak pernah ngerayain Hari Ibu ..." gumam Suga sembari menyeka air matanya.

Penyesalan memang selalu datang di akhir. Min Yoongi saat Sang Mami masih bersamanya adalah Min Yoongi dengan ego yang tinggi. Hidup tanpa ekspresi, dan tak pernah mengungkapkan rasa sayangnya kepada sang Mami. Suga bahkan jauh lebih sering bertengkar dibandingkan bercengkrama dengan sang Mami.

Dan sekarang ia sangat menyesalinya. Seandainya ia diberi kesempatan untuk kembali ke masa lalu, Suga hanya ingin bisa memeluk Maminya dengan erat, mengatakan betapa sayangnya Suga kepada sang Mami.

Suga membuka tas ranselnya yang ia pakai. Mengambil sebuah gunting rumput kecil yang ia beli khusus untuk membersihkan makam Maminya.

"Papi akhir-akhir kaya orang gila, Mi..." cerita Suga sembari memotong beberapa rumput manila di makam sang Mami. "Masa pagi-pagi, pas kita lagi sarapan Papi nyiapin tiga piring... terus ternyata piring ketiganya buat si Dino, Ari sama Tata.

"Oh iya... mereka cucu Papi, Mi..." jelas Suga sembari terkekeh disela-sela air matanya yang tak bisa berhenti mengalir.

Setiap tanggal 22 Desember, Suga selalu mengkosongkan jadwalnya untuk pulang ke kampung halaman dan pergi ke makam Maminya. Mengucapkan selamat Hari Ibu di depan pusara Sang Mami. Dengan berharap penyesalan di dalam hatinya sedikit berkurang.

Tetapi sayang, rasa sesal itu tak pernah berkurang. Masih tetap berdiam di dalam hati, bahkan semakin banyak dan menumpuk. Membuat Suga hanya bisa membiarkannya, dan membuat hidupnya selalu ditemani oleh penyesalannya kepada sang Mami. Bagi Suga, biarkan itu adalah hukuman untuknya.

"Mami ... malam nanti, apa Mami bisa datang ke Mimpi Ogi?" tanya Suga sembari membersihkan Nisan Maminya dengan air, "Ogi rindu, amat rindu—" Suga sudah tak lagi mampu melanjutkan perkataannya. Dan kini haya air matanya yang mengalir begitu deras hingga membuat Suga sulit untuk mengatur nafasnya.

Si pendiam yang terkesan dingin, pada nyatanya terlalu banyak menyimpan rahasia. Tatapan tajamnya bahkan kini tak lagi ada. Berubah menjadi sendu yang banyak mengandung rindu. Yang tak tahu harus ia luapkan kemana.

***

"Pak Seokjin ini hari minggu, rajin banget ke kantor..." goda security yang berjaga untuk firma hukum dimana Jin bekerja. "Tunangannya gak marah, Pak?"

Jin hanya terkekeh saja, semenjak awal bulan ia memang selalu menjadi bahan godaan para karywan di kantornya. Padahal Jin Cuma tunangan, bukan jadi pengantin baru.

"Ada beberapa berkas yang harus saya periksa, Pak..." jelas Jin saat keduanya berjalan berbarengan menuju lift.

Security tersebut mengangguk paham, "Oh ya Pak, beberapa hari yang lalu ada dua orang yang mengendap-endap masuk ke kantor melalui pintu belakang ... salah satu security berhasil memergoki dan membawa mereka ke pos kami. Dan setelah diintrogasi, ternyata mereka berencana masuk ke ruangan bapak ...." Mata Jin langsung membulat saat mendengar cerita Security tersebut. "Sepertinya kasus yang bapak tangan cukup bahaya, saya harap bapak bisa menjaga diri bapak dengan baik ..." pesan security tersebut. "Calon pengantin emang suka gitu Pak, banyak cobaan."

Tawa Jin langsung pecah saat mendengar godaan lagi dari security tersebut, " Yaudah Pak, saya masuk dulu," pamit Jin saat mereka telah tiba di lantai 5, ruangan kantor milik Jin. Sedangkan security tersebut hanya mengangguk saja sebagai jawaban dan masih berdiam di dalam lift, karena tujuannya adalah lantai 8. Kantor petinggi firma tersebut berada.

Sebenarnya Jin bukan termasuk workaholic yang selalu bekerja di akhir pekan. Tetapi, minggu ini berbeda. Jin memilih untuk menenggelamkan dirinya pada pekerjaan, agar ia lupa bahwa hari ini adalah Hari Ibu.

Bukannya Jin ingin menjadi malin kundang yang tidak mengucapkan Hari Ibu kepada Sang Mama. Hanya saja, Jin sudah puas menangis tadi subuh saat mengirimkan doa kepada Mama-nya. Dan Jin juga bukan seperti Suga yang menyimpan banyak rasa bersalah kepada wanita yang telah melahirkannya.

"Ck. Bagian gue ga mau ada tugas lapangan pas weekend aja banyak tugas lapangan yang masuk," gerutu Jin kesal saat pekerjaannya sudah selesai, "ini bagian gue pengin banyak kerjaan. Malah kaga ada masalah sama sekali."

Akhir tahun ini Jin memang tak banyak menerima kasus, hanya permasalahan hak Asuh Ella yang sudah Jin selesaikan dengan kemenangan ditangannya dan Jaejoong cees. Serta beberapa kasus penipuan dan perceraian yang akan diproses awal tahun mendatang.

"Mama ..." panggil Jin pelan saat matanya bertatapan langsung pada foto hitam putih dekat kalender mejanya, "... selamat Hari Ibu. Mama sudah terima hadiah dari Jin?"

Pigura dimana melihatkan Seokjin dan Jiwon waktu kecil dan berada di dalam pelukan sang Mamah. Foto masa lalu, dimana senyum Sang Mama menjadi pisau yang menotong rasa rindunya.

Jin tak pernah suka jika ia harus kembali menangisi Mamahnya, ia takut Mamamhnya tak tenang di alam sana. Tetapi, air mata dan hatinya kadang tak bisa diajak bekerjasama. 

Hatinya yang sudah tak bisa menanggung rindu berkonspirasi bersama mata, membuat Jin untuk kesekian kalinya menangis saat menatap foto berisi kenangan indah bersama Mamahnya.

***

Jika masih diberikan kesempatan untuk menyatakan betapa sanyangnya kamu kepada wanita yang telah melahirkanmu, gunakan kesempatan itu dengan baik. Tak usah malu, ataupun memikirkan harga dirimu. Karena jika kesempatan itu sudah pergi, kamu hanya bisa menyesalinya.

Menangis diatas pusaranya sudah tak ada arti. Berteriak mengatakan kamu rindu didepan fotonya tak akan membuatnya kembali.

Sebelum akhirnya kau menyesal. Lakukanlah. Karena sesal tak pernah datang di awal.

TBC

Selama Ibuku hidup, aku selalu bertengkar dengannya. Hanya pertengkaran kecil antara seorang Ibu dan putrinya yang masih SD sebenarnya.  Tapi, entah mengapa ... pertengkaran itu menjadi hal yang sangat aku rindu, semenjak kepergiannya 

^SELAMAT HARI IBU^

COUSIN✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang