Mobil Rangerover hitam itu berdiam di sebrang jalan dimana ada Ashley dan Anton sedang makan berdua di pinggir jalan. Tentu bukan saat yang tepat bila Andrew muncul dan bilang 'surprise aku kembali dari kematian!' jadi Andrew pun menjalankan kembali mobilnya menuju apartment milik Charlie yang berpusat di kota itu.
"Mas tau dimana orang tuaku?" tanya Ashley penasaran.
Mas Anton yang sedang menunduk karena makan langsung menaikkan kepalanya, menatap Ashley lalu mengangguk. "Iya gue tau dimana, tapi ga bisa gue anterin sekarang."
"Kenapa engga?" tanyanya langsung.
Anton menghembuskan nafasnya, "Ya karena sudah malam Le, bukan waktu yang tepat. Besok kita ketemu sama mereka ya? Sekarang lo abisin makan terus kita pulang."
Seperti ada yang mengganjal, rasanya ingin sekali tahu sekarang. Kenapa waktunya harus diundur? Kenapa tidak sekarang? Kenapa mas Anton ingin besok padahal Ashley ingin bertemu dengan kedua orang tuanya sekarang juga? Apa mas Anton bohong? Banyak sekali pertanyaan dibenaknya, bahkan rasa keingintahuan akan kebenaran dibalik semua ini, dibalik kenapa orang tua-nya menitipkannya pada orang lain. Apakah orang tuanya tidak menyukainya? Apakah kehadirannya tidak diinginkan didunia ini? Bagaimana reaksi kedua orang tua-nya ketika melihat Ashley nanti? Akankah senang bertemu dengan anaknya, ataukah sebaliknya?
Anton sendiri melihat raut wajah Ashley yang menjadi sedih, tidak mood, dan bingung. Tangannya yang tidak kotor pun terulur untuk mengusap rambut halus itu, dengan senyuman dan tatapan teduhnya, berusaha membuat adik tirinya itu tenang.
"Udah jangan sedih, besok pagi kita berangkat. Lo akan tau semua jawaban dari pertanyaan itu besok pagi. Oke? Udah ah jangan nangis ya," Tanpa sadar tetesan air mata turun layaknya rintik hujan yang jatuh ke bumi. Anton menghapus air mata itu.
"Jangan sedih ya kalo lo sedih ga jadi berangkatnya nih,"
Ashley berhenti menangis dan tersenyum. Melihat wajah adik tirinya yang tersenyum membuat Anton ikut menaikkan kedua garis bibirnya ke atas. Keduanya kembali melanjutkan makan dengan tenang. Mereka juga saling suap-suapan dan mengganti topik menjadi lebih hangat.
Bagaimanapun Anton berusaha untuk membuat Ashley merasa bahagia untuk sekarang namun ketika besok pagi, setelah dia mengetahui kebenaran akan orang tuanya? Dia tidak tahu.
***
Setelah makan malam bersama, Anton dan Ashley kini telah pulang dan sampai dirumahnya. Saat memasuki ruang tengah, mereka melihat Carmel yang baru saja kembali dari dapur pergi mengambil minum.
"Loh? Kalian baru pulang? Habis dari mana?" tanya Carmel. Anton dan Ashley hanya tersenyum dan menjawab pertanyaan ibunya secara bersamaan,
"Kepo deh, hahahaha," jawab mereka bersamaan sambil tertawa. Setelahnya kedua anak itu pergi ke kamar mereka masing-masing. Ashley pergi ke kamarnya yang diatas sementara Anton ke kamarnya yang berada di bawah.
Saat mau membuka pintu kamar, tangan mungil itu terhenti sesaat. Ashley memikirkan kembali perkataan Anton saat tadi. Memang dia gampang kepikiran akan suatu hal, terlebih hal ini menyangkut akan dirinya dan kedua orang tua-nya. Namun kalau terus-terusanm kepikiran akan stress jadi lebih baik dia melupakan hal ini untuk sejenak dan istirahat agar besok pagi bisa semangat untuk bertemu kedua orang tua-nya.
Ashley pun masuk ke kamarnya untuk beristirahat.
Disisi lain, saat Ashley sedang bermain ponsel sahabatnya sendiri malah harus duduk bersebelahan dengan mantan pacarnya yang siapa lagi kalau bukan Jake. Lelaki itu duduk disampingnya sambil mengendarai mobil dengan tatapan lurus ke depan dan Courtney hanya diam tak mengeluarkan sepatah kata apapun.
Penampilan mereka pun sudah sedikit berbeda, Courtney yang memakai celana kulot berwarna merah dengan motif daun pohon kelapa dipadu dengan baju berwarna putih polos tanpa lengan tanpa kerah dan juga blazer transparan berwarna senada dengan bajunya. Tak lupa membawa tas selempang anyaman dan juga kacamata berwarna hitam guna tidak silau.
Matanya melirik ke samping, melihat pakaian Jake yang memang Courtney sendiri cukup fashionable, kemeja biru gelap dengan motif totol berwarna putih yang dilipat hingga atas siku dan juga celana berwarna putih pasir. Ditambah mafia itu memakai kacamata hitam yang membuat pesonanya semakin kuat. Lagi-lagi Courtney harus mengakui kalau penampilannya Jake sekarang ini menggugah hatinya juga matanya. Namun dia berusaha untuk menetralkannya.
Karena tak tahan dengan suasana ini, Courtney pun membuka suaranya.
"Kita akan kemana?" tanyanya. Jake tak melihatnya, tatapannya masih lurus ke depan.
Jake terdiam untuk beberapa saat, "Kau akan tahu." jawabnya sambil menengok ke arahnya dengan senyuman manis diwajahnya.
Bisakah kalian membayangkan seperti apa, semanis apa senyuman yang diberikan Jake pada Courtney hingga jantung gadis itu menggila didalam sana?
Courtney kembali menatap jalanan disampingnya, menyembunyikan wajah merahnya karena Jake baru saja meluncurkan serangan tepat pada hatinya. Yang baru saja menembak malah tersenyum menang. Rasanya Jake ingin menggenggam tangan lembut yang selalu bisa menenangkannya saat itu juga, rindu rasanya menggenggam tangan itu, mnegecupnya dnegan lembut, namun apa daya? Walaupun kini jarak mereka bersebelahan, Jake belum bisa menggenggamnya karena pasti Courtney akan marah dan turun dari mobil.
Ingin sekali mengulang masa lalu, dimana Jake tidak harus mengambil pekerjaan itu. Pekerjaan yang membuatnya harus menewaskan keluarga mantan pacarnya yang masih disayanginya. Mungkin takdir sedang bermain dengannya, dan Jake tetap mengikuti alur hingga akhirnya setelah sekian lama bertemu kembali dan bisa duduk bersampingan dengan gadis yang masih dicintainya. Rasa cintanya masih sama seperti lima tahun lalu, semua kenangan pun masih dia simpan dalam ponsel, dalam kamarnya juga ada. Jake bertanya-tanya apakah Courtney masih merasakan hal yang sama dengannya?
Apakah Courtney masih mencintai Jake walaupun sudah lama berpisah?
Misi Jake untuk sekarang adalah mengembalikan cinta lama itu, membuka kembali buku yang sudah lama tertutup. Karena dia yakin dia bisa mendpatakn Courtney kembali, gadis itu pasti akan kembali dalam dekapannya, pasti.
***
Ashley berlari turun kebawah dan sudah siap juga rapi, tentunya untuk bertemu dengan kedua orang tua-nya. Melihat semuanya sudah kumpul termasuk Anton membuat hatinya begitu berbunga-bunga.
"Good morning everyone! Mas, ayo! Kita berangkat sekarang," ajak Ashley terburu-buru karena tidak sabar.
"Buru-buru banget kamu, makan dulu, isi perut kamu dulu." ujar Carmel memberikan satu roti isi selai coklat kesukaan Ashley.
"Hehehe aku ga sabar ketemu-- Eh? Umm..." Suasana yang tadinya gaduh tiba-tiba hening. Carmel sendiri yang tadinya tersenyum langsung menurunkan kedua sudut bibirnya, namun beberapa saat kemudian suasana cair saat Carmel menyuapkan roti ke dalam mulutnya Ashley.
"Makan dulu nak, mamah gamau kamu kenapa-napa nanti. Ya?" ujar Carmel dnegan suara lembut yang membuat hati Ashley terenyuh. Mulutnya pun mengunyah roti itu.
"Um, enak.." jawab Ashley membuat Carmel ikut tersenyum mendengarnya. Anton sendiri sempat terdiam saat Ashley hampir keceplosan. Sebenarnya tak apa Ashley bilang ingin menemui orang tua-nya namun pasti mamah dan papahnya sendiri akan sedikit sakit hati mendengarnya.
Setelah sarapan bersama, Ashley dan Anton pamit pergi. Carmel mengantar kedua anaknya sampai mobilnya menghilang di pelataran. Beberapa tetesan air mata pun turun bersamaan dengan mobilnya Anton yang keluar rumah.
Semoga Ashley baik-baik saja saat mengetahui kebenarannya..., batin Carmel.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
My Psyfia Boy
Romance‼️⚠️WARNING⚠️‼️ • Akan ada beberapa part yang mengandung unsur pembunuhan & penyiksaan dikarenakan isi cerita mengandung unsur tentang Psikopat sekaligus Mafia. *** Sekuat apapun aku berlari, akhirnya aku a...