◻️◻️◻️Happy Reading◻️◻️◻️
Dendam membuatnya tak berdaya. Kim Seokjin harus bertarung dengan niat dalam hatinya antara menyukai dan membenci. Sedikit demi sedikit hatinya mulai goyah dan itu membuatnya bimbang. Tidak mungkin semudah itu memaafkan dan melupakan kejadian pahit yang sempat ia alami sewaktu kecil, tapi tidak seeprti ini pula caranya membalas sakit hatinya.
Keesokan harinya. Seokjin mengunjungi kamar Yuni untuk memeriksakan keadaannya. Ia masih tertidur lelap dengan selimut yang masih membungkus tubuhnya. Tak ingin membangunkan Yuni, Seokjin sengaja diam dan duduk di kursi sambil menunggunya.
Terik matahari mulai meninggi, menembus jendela memberi suhu hangat pada kulit. Yuni perlahan terbangun dari tidurnya dan ia pun langsung dikejutkan dengan kedatangan Seokjin yang sudah di dalam kamarnya.
"Se-sejak kapan anda di situ?" tanya Yuni.
"Pagi ini aku akan antarkan kamu ke rumah sakit."
"Eeeeh, tidak perlu. Aku apa-apa kok." Yuni merasa aneh dengan perubahan sikap Seokjin yang malam bengis pagi sangat manis.
"Semalam kau pendarahan, jadi hari ini aku sengaja tidak ke kantor untuk mengantarkanmu ke rumah sakit." Seokjin kemudian membuka lemari milik Yuni untuk mencari baju untuknya.
"Ahjussi, biar aku saja!" ujar Yuni yang langsung bangun, sembari terus memegangi selimut di tubuhnya.
"Kamu tidak sakit? Kenapa berdiri selincah itu?" tanya Seokjin, ia pun memeriksa darah di bokong Yuni.
"Eeeeh, jangan dilihat begitu! Ahjussi keluarlah, biar aku ganti baju sendiri." Seolah masih kurang yakin, Seokjin masih tetap diam sambil terus menatapnya.
"Ahjussi, keluarlah!"
Yuni mendorong tubuh Seokjin agar ia segera keluar lalu menutup pintu dengan segera. Yuni pun langsung membersihkan diri dan menggaganti pakaiannya dengan segera. Sesaat ia membuka pintu kamar, ia langsung dikejudkan dengan wajah datar Seokjin yang ternyata masih menunggunya sedari tadi.
"Ahjussi ayo kita sarapan. Perutku lapar," wajah polos Yuni tak menyadari jika Seokjin saat ini sangat mengkhawatirkannya.
"Biar aku gendong!" Seokjin secara tiba-tiba membopong tubuh Yuni. Ia sangat kaget dan reflek mengalungkan kedua tangannya di leher Seokjin.
"Ahjussi aku tidak apa-apa, sungguh." Yuni merasa tak enak hati sebab Seokjin sangat perhatian padanya.
"Ini semua salahku, jadi aku akan bertanggung jawab." Tentu Seokjin merasa bersalah karena perlakuan kasarnya semalam membuat Yuni sampai pendarahan.
Di ruang makan. Soobin terdiam melihat Ayahnya menggendong Yuni hingga duduk di kursinya.
"Seperti anak kecil saja minta digendong!" ujar Soobin dengan ketus.
"Mana ada aku minta digendong! Ayahmu itulah yang memaksa menggendong." Yuni seketika kesal dengan ucapan Soobin.
"Soobin. Hari ini Ayah dan Bibi akan pergi sebentar. Kamu di rumahlah bersama bibi Han." Seokjin menyiapkan makanan untuk Yuni di piringnya dengan telaten.
"Nee,"
'Dia kesambet setan atau bagaimana? Kenapa aneh sekali pagi ini?' batin Yuni tersenyum sembari terus melirik Seokjin.
Setelah sarapan, Seokjin kembali sangat perhatian pada Yuni saat di rumah sakit. Dokter segera memeriksa keadaan Yuni yang dikeluhkan Seokjin. Dia sangat perhatian dan berhati-hati saat membawa Yuni ke ruangan dokter.
"Dia pendarahan, Dok." Seokjin terlihat sangat khawatir.
"Dia tidak apa-apa. Bukan pendarahan, memang kalau wanita setiap bulan akan mengalami menstruasi dan itu hal yang normal."
KAMU SEDANG MEMBACA
Ahjussi - [TAMAT✓]
FanfictionPreview ______________________________ Dendam terselubung, merupakan mimpi buruk bagi remaja cantik yang baru saja dipersunting Ahjusshi lima belas tahun lebih tua darinya. Ia harus menjadi korban dan membayar kesalahan sang Ibu di masa lalu. Writ...