part 16

10.9K 787 60
                                    

◻️◻️◻️Happy Reading◻️◻️◻️

.

.

Dimana kalau kalian tidak suka konflik, boleh di skip kok. Namun, menurutku konflik adalah bagian penting sebuah cerita dan merupakan jantungnya sebuah cerita. Kalau gak ada konflik, cerita gak akan hidup. Nanti kalian juga akan tahu apa alasan dibalik konflik yang susah payah saya bangun dari awal cerita, enjoy yak🤗

.

***

Hati Yuni rasanya hancur berkeping-keping. Ia berdiam diri di kamarnya bersama Soobin yang selalu menemaninya. Walaupun bocah empat tahun itu kerap mengabaikannya, tentu Yuni tak pernah menyangka jika Soobin sangat perhatian padanya. Ia selalu mengambil selembar tisue dan membantu Yuni menghapus air matanya tanpa disuruh.

"Bibi, aku lapar," ucap Soobin sambil duduk bersila di atas kasur Yuni dengan sebungkus tisue di pangkuannya.

"Makanlah sana, Soobin. Hari sudah siang, sudah waktunya kamu makan," ucap Yuni dalam diam sembari terus menitikan air matanya.

"Apa Bibi tidak mau makan?" tanya Soobin.

"Aku tidak lapar."

"Menangis butuh tenaga. Kalau tidak makan, nanti air matamu kering bagaimana?" tanya Soobin kecil dengan tatapan polosnya. Yuni seketika menoleh dan membelai rambutnya sambil berkata, "dengan menangis, maka seseorang bisa menumpahkan beban di hatinya dan bisa sedikit lega."

Soobin pun diam sesaat lalu bertanya kembali, "apakah Bibi bertengkar dengan Ayah?"

Yuni hanya tersenyum dan terus menitikan air matanya. Merasa sedih dengan takdir buruk yang ia alami terus-menerus.

"Soobin. Jika nanti Bibi pergi, apakah kamu akan merindukanku?" tanya Yuni sembari menangis.

Soobin pun menggelengkan kepalanya dengan segera.

"Benarkah? Kamu tidak akan rindu padaku?" tanya Yuni kembali.

"Untuk apa aku rindu? Kan aku akan ikut bersama Bibi pergi."

'Deg'

Air mata Yuni semakin tak terbendung, segera Soobin memeluk Yuni untuk menenangkan hatinya yang tengah rapuh. "Soobin-aa ...," lirih Yuni pelan sambil terus menangis.

***

Lantaran kasihan dengan Soobin yang masih kecil, Yuni akhirnya mengajaknya untuk makan siang. Walau ia sendiri tak berselera untuk makan, ia tidak ingin membiarkan Soobin kelaparan.

"Bibi tidak makan?" tanya Soobin.

Yuni menggelengkan kepalanya. "Bibi tidak lapar, Soobin sayang."

"Kalau begitu aku juga tidak makan!" Soobin menaruh kembali sendok di piringnya dan menggesernya agar menjauh.

"Jangan begitu, Soobin. Perutmu masih sangat mungil dan tidak boleh menahan lapar," ujar Yuni meyakinkan.

"Perut Bibi malah lebih besar. Bahkan tidak boleh kalau tidak makan," elak Soobin. Yuni semakin terharu dengan sikap Soobin yang begitu perhatian padanya. Air mata itu deras membasahi pipinya walau ia tersenyum menutupi keperihan hatinya.

"Makanlah! Aku tidak mau Ibuku sakit," ujar Soobin. Kata-katanya barusan langsung membuat Yuni tercengang sekaligus bingung.

"Ibu?"

"Katanya mau jadi Ibuku. Apakah aku tidak boleh memanggil 'Ibu'? ujar Soobin sembari tersenyum dengan sesendok makanan di tangannya.

Bagaikan jatuhnya hujan di musim kemarau. Yuni sangat bahagia dengan perkataan Soobin barusan, ia pun sangat terharu karena pada akhirnga Soobin menerimanya untuk menjadi Ibunya.

Ahjussi - [TAMAT✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang