part 11

12.3K 833 36
                                    

◻️◻️◻️Happy Reading◻️◻️◻️

.

Sekeras apapun batu, akan bisa hancur jika terus ditetesi air. Itu mungkin istilah yang tepat untuk menggambarkan keadaan saat ini. Dendam yang menggebu perlahan mulai luluh, walau tak menjamin sepenuhnya. Apakah perasaan dendam akan mampu dikalahkan dengan perasaan cinta?.

Malam yang berlalu semakin larut. Yuni dan Seokjin sama-sama berada di dalam kamar mereka masing-masing, belum melewatkan sedetikpun untuk terlelap. Keduanya masih terjaga memikirkan perasaan masing-masing.

"Apakah cinta pertamaku adalah Ahjussi itu? Aaaaah, hatiku berbunga-bunga jika membayangkan setiap kali dia menciumku dengan lembut." Sungguh bahagia yang tak mampu diungkapkan dengan kata-kata.

Di tempat lain, Seokjin pun masih bingung dengan perasaannya sendiri. Ia tersenyum tatkala membayangkan wajah cantik Yuni yang tersenyum cerah cantik padanya. Namun, ekspresinya kembali berubah saat tersirat dalam benaknya wajah Hyena. Paras ayu Yuni, seakan selalu menjadi momok menakutkan yang mengingatkannya pada sosok wanita yang sangat ia benci.

"Apakah aku harus berperang dengan batinku sendiri? Apa yang musti kulakukan, Tuhan?" gumam Seokjin sembari memejamkan kedua matanya. Tanpa sadar cairan bening mengalir di pipinya, membayangkan betapa menderitanya ia merasakan kebimbangan  antara jatuh cinta dan kebencian.

Tidak mudah bagi Seokjin melupakan apa yang terjadi di masa lampau. Banyak tragedi menyakitkan yang ia alami dan membuatnya menderita hingga saat ini. Rasa kesepian, sedih, dan beban yang sangat berat ia pikul sendiri. Seokjin harus bertahan hidup demi kakaknya yang gila, saat kakaknya sembuh, ia malah kehilangannya. Namun, semua tergantikan dengan kehadiran Soobin yang menemani kesepiannya.

Keesokan harinya. Seokjin pagi sekali sudah pergi ke kantor. Yuni dan Soobin sarapan bersama, terasa rumah sangat sepi. Keduanya saling melirik dan enggan bicara.

"Kenapa melihatku terus?" tanya Soobin dengan tatapan ketus.

"Masa melihat saja tidak boleh, dasar pelit!" umpat Yuni sembari terus mengunyah makanannya.

"Soobin-a,"

"Apa?!" jawabnya singkat.

"Apa kau suka dengan kado dariku?" tanya Yuni sembari tersenyum.

"Aku belum membukanya."

"Kalau begitu, nanti aku akan temani kamu membukanya." Yuni tersenyum bersemangat.

"Tidak mau!"

"Hiiish, judes sekali kamu ini. Sama persis seperti Ahjussi itu." Soobin hanya melirik sinis tanpa bicara.

Seusai sarapan Yuni tampak membuntuti Soobin yang pergi ke kamarnya. Yuni mengendap-endap agar tidak ketahuan oleh Soobin. Namun, Yuni langsung tercengang saat melihat kamar Seokjin yang dipenuhi buku. Bukan layaknya kamar seorang bocah berusia empat tahun, kamar itu lebih tepatnya untuk bocah tiga kali lipat dari usia aslinya.

'Ternyata dia bukan anak sembarangan' batin Yuni sambil terus mengamati Soobin. Anak itu ternyata memiliki jadwal bermain dan belajar yang teratur. Soobin adalah bocah jenius yang sangat istimewa.

"Masuk saja!" perintah Soobin yang ternyata mengetahui keberadaan Yuni.

"He he he, ternyata ketahuan."

"Apa yang bibi lakukan di situ?" tanya Soobin.

"Aku cuma mau lihat kamarmu. Ini benar-benar aneh, mana ada bocah empat tahun tapi kamarnya seperti perpustakaan?" gumam Yuni yang masih terperangah heran pada kamar Soobin.

"Oh iya, apa benar kamu bisa membaca?" tanya Yuni dengan rasa penasarannya.

"Tidak begitu lancar. Tapi aku bisa sedikit berbahasa inggris, apakah Bibi bisa berbahasa inggris?" tanya Soobin pada Yuni.

Ahjussi - [TAMAT✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang