◻️◻️◻️Happy Reading◻️◻️◻️
Sedikit demi sedikit sikap Yuni membuat Seokjin tak berkutik. Ini baru beberapa hari sejak mereka menikah, dan Seokjin hari ini kelepasan sejanak melupakan kebenciannya terhadap Yuni. Wajah cantik nan polos itu selalu membuat Seokjin terlena.
"Ahjussi. Apakah anda pernah pacaran?" tanya Yuni dengan senyum cerah di wajahnya. Namun, Seokjin hanya diam dengan tatapan datar.
"Atau mungkin anda pernah menyukai seseorang?" tanya Yuni kembali.
"Bukan urusanmu. Jangan tanyai hal pribadi tentangku." Ucapan itu sedikit pedas didengar telinga, tapi Yuni tidak mau menyerah untuk terus mencoba. Ia kemudian beranjak dari tempat duduknya dan mendekati Seokjin yang duduk di hadapannya.
"Ahjussi. Apa anda tidak menyukaiku? Walaupun kita sering melakukan hubungan suami istri?" tanya Yuni sembari menatap dengan wajah yang sangat manis.
"Cinta? Kamu pikir aku menyukaimu? Kau itu hanya jalang, jadi berhenti bermimpi untuk bisa kusukai."
Seokjin kemudian beranjak dari tempat duduknya dan pergi meninggalkan Yuni menuju kamarnya. Memang sedikit mengganjal saat ia baru saja mengucap kata-kata menyakitkan itu, tapi Seokjin tetap harus memikirkan tujuan utamanya tanpa boleh tergoda.
"Ahjussi,"
Seokjin dikagetkan dengan kedatangan Yuni yang tiba-tiba ikut masuk ke dalam kamarnya.
"Apa kau sudah gila? Lancang sekali masuk ke kamarku tanpa izin? Cepat keluar!" kesal Seokjin dengan nada marah.
"Memangnya kenapa? Kita kan sudah menikah," gumam Yuni sembari memandangi sekeliling kamar Seokjin yang tampak sangat rapi dan juga bersih.
"Kau harus tahu batasanmu. Jangan buat aku marah. Cepat pergi ke kamarmu!" pekik Seokjin sembari menarik tangan Yuni dengan kasar.
"Ke-kenapa ada foto itu di sini?" tanya Yuni dengan segera saat ia baru menyadari ada foto besar terpajang dalam kamar Seokjin. Foto Yuni kala balita, yang tengah dipangku seorang wanita yang tak lain adalah Ibunya.
Yuni seketika menitikan air matanya karena sedih. Foto ini bahkan foto yang tidak pernah ia miliki, sebab Yuni hanya tahu mendiang Ibunya dari foto di makamnya.
"Mumpung kau ada di sini. Jadi biar sekalian jalanh itu tahu apa yang aku lakukan pada putrinya." Yuni seketika melirik sinis kearah Seokjin karena tersinggung dengan ucapan menyakitkannya.
"Jalang?" tanya Yuni.
Yuni masih menangis, tapi dengan segera Seokjin mendorong tubuhnya dan membenturkan ke tembok. Seokjin menatap bengis, kemarahannya muncak dicampur dendam yang membara. Sesekali Seokjin melirik foto yang seolah-olah tengah menonton aksi kekerasan seksual yang dilakukan Seokjin pada Yuni.
Ciuman yang kasar dan membabi buta. Seokjin menarik kasar baju Yuni dan merobeknya. Seketika emosinya bertambah setiap kali melihat foto Ibu Yuni.
"Layani aku seperi jalang. Layaknya Ibumu di masa hidupnya dulu," ujar Seokjin.
"Ibuku bukan jalang!" tegas Yuni sembari menitikan air matanya.
"Wanita macam apa yang menjajakan tubuhnya pada pria yang bukan suaminya? Hanya demi uang, jalang itu sampai bersedia mengandung anak haram sepertimu!" ucapan Seokjin barusan tentu membuat Yuni langsung menganga. Ia tak habis pikir dengan kata-kata perih yang seakan menyayat-nyatat kulitnya.
Plaaaak
Tamparan keras bentuk kekecewaan Yuni atas perkataan Seokjin barusan. Namun, itu semua tidak membuat pria itu sadar. Kali ini, adalah puncak kemarahan macan yang tengah lapar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ahjussi - [TAMAT✓]
FanfictionPreview ______________________________ Dendam terselubung, merupakan mimpi buruk bagi remaja cantik yang baru saja dipersunting Ahjusshi lima belas tahun lebih tua darinya. Ia harus menjadi korban dan membayar kesalahan sang Ibu di masa lalu. Writ...