Typo bertebaran~
Don't like, don't read!.
.
.Jaemin mengeratkan mantelnya sambil melangkah dengan cepat. Sesekali dia menoleh ke belakang tubuhnya. Gang yang Jaemin lewati memang cukup sepi, apalagi jam sudah menunjukkan pukul 23.14 KST. Hanya terdengar suara gonggongan anjing dari kejauhan. Jaemin semakin mempercepat langkahnya tatkala gedung flat sederhana yang dia tempati sudah tampak di depan mata.
Tanpa ba-bi-bu, Jaemin segera membanting pintu flatnya dengan keras. Dia bersandar di daun pintu sembari menetralkan napasnya. Ini sudah cukup larut dan Jaemin baru saja pulang bekerja sebagai seorang pelayan di sebuah Cafe.
Bukan tanpa alasan Jaemin merasa was-was akhir-akhir ini. Pasalnya, sudah sekitar satu minggu dia 'merasa' diikuti oleh seseorang. Entah apa Jaemin harus menyebutnya. Penguntit, mungkin?
Sosok itu selalu mengikutinya setiap Jaemin pulang bekerja. Dan kebetulan dia mendapatkan shift sore hingga malam hari. Renjun, teman kerjanya itu sering menawarkan untuk mengantarkan Jaemin. Namun, Jaemin tahu bahwa flat Renjun tidak searah dengannya. Maka dari itu, Jaemin selalu menolaknya dengan halus.
"Huft... Untung saja...", gumam Jaemin. "Apakah aku harus pindah flat? Tapi... Uang tabunganku tidak cukup...", lirihnya kemudian. Ya, Jaemin hidup sebatang kara di kota besar seperti Seoul ini. Dia anak yatim piatu yang berasal dari Jeonju dan memutuskan untuk merantau ke Seoul sejak dua tahun yang lalu.
Jaemin melangkah gontai menuju dapur flatnya yang menyatu dengan ruang tamu dan hanya dibatasi oleh papan kayu itu. Dia menenggak air putih untuk membasahi tenggorokannya yang kering.
"Lebih baik aku mandi dan segera beristirahat", kata Jaemin kemudian.
Pagi ini Jaemin sudah tampak rapi dengan pakaian kasualnya. Pada pagi hingga siang hari, Jaemin bekerja di toko bunga milik seorang nenek yang sudah Jaemin anggap seperti neneknya sendiri.
Bel yang terpasang di atas pintu toko berdinting tatkala ada seseorang yang membukanya. Jaemin pun bersiap-siap untuk menyambut tamu tersebut.
"Selamat pagi, ada yang bisa saya-". Jaemin tertegun untuk beberapa saat. Bagaimana tidak? Pasalnya, orang yang berdiri di hadapannya ini adalah teman kerjanya di Cafe sejak satu bulan yang lalu. Jaemin akui bahwa parasnya nyaris sempurna dengan rahang yang tegas, tulang hidung yang tinggi, rambutnya yang sehitam arang, dan jangan lupakan kelereng obsidiannya yang begitu memikat di balik kacamata berbingkai tebalnya. Sungguh sosok yang lugu sekaligus mematikan di saat yang sama.
KAMU SEDANG MEMBACA
PSYCHO ||NoMin|| ✔️
Fanfiction[COMPLETED] Karena cinta, obsesi, dan kegilaan itu hanya berbeda tipis. =================================== ⚠️ Warning ⚠️ ➡️ BXB || GAY || YAOI ➡️ Jeno X Jaemin ➡️ Don't like, don't read!