07

21.2K 2.5K 337
                                    

100 votes, auto up!
Happy reading~

100 votes, auto up!Happy reading~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.
.
.

"Jaemin-ah, ada apa denganmu?", tanya Haechan yang melihat ekspresi masam seorang Na Jaemin.

"Ada pria aneh di luar", jawabnya singkat sambil menunggu satu cup cappucino yang akan disajikan. Haechan hanya menaikkan alisnya heran.

"Jaemin-ah, bisakah kau membantuku membawa barang-barang ini ke gudang?". Itu adalah suara Jeno yang tampak memikul beberapa kardus di bahunya. Sepertinya itu adalah barang-barang bekas.

"Tapi, aku-"

"Kau ada pekerjaan lain? Kenapa tidak Haechan saja yang melakukannya dan kau membantuku?", potong Jeno. Haechan pun hendak protes.

"Baiklah!", jawab Jaemin cepat. Ini adalah kesempatan baginya untuk tidak bertatap muka lagi dengan pria aneh yang sedang Renjun temui itu. "Ini, aku akan membantu Jeno dulu!", ucap Jaemin sambil menyerahkan nampan kepada Haechan yang hanya bisa terdiam.

 "Ini, aku akan membantu Jeno dulu!", ucap Jaemin sambil menyerahkan nampan kepada Haechan yang hanya bisa terdiam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ini minuman Anda, Tuan. Silakan dinikmati", ucap Haechan menghidangkan minuman itu dihadapan Mark. Renjun hanya terdiam kikuk karena tidak biasanya Haechan berbicara sedatar itu. Renjun pun memanggil lelaki manis yang hendak membalikkan badannya tersebut.

"Haechan-ah, tolong tunggu sebentar!"

Mau tidak mau, Haechan kembali menghadap kearah Renjun dan menaikkan sebelah alisnya.

"Aku harus mengambil formulir pendaftaran dulu di ruangan pamanku. Jadi, tolong temani tamu kita ini sebentar saja", ucap Renjun yang langsung mendorong tubuh Haechan untuk menduduki kursi yang sebelumnya dia duduki. Bahkan, Haechan belum sempat protes karena lelaki mungil itu sudah menghilang di balik lorong menuju lantai dua.

Suasana kembali hening, membuat Haechan mendengus pelan dan menatap ke sekeliling ruangan yang cukup sepi menjelang malam. Di sisi lain, Mark hanya bersandar sambil menyilangkan tangannya di dada. Mata elangnya terpaku kepada lelaki berpipi gembil itu.

"Berhenti menatapku terus, sialan!", umpat Haechan yang masih enggan menatap lawan bicaranya. Seketika suara tawa renyah mengalun dari seberang sana.

PSYCHO ||NoMin|| ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang