06

23.8K 2.6K 124
                                    

Membaca work ini gak ribet loh, hanya bermodalkan vote & comment :)
Kalo gak suka, jangan baca!

Membaca work ini gak ribet loh, hanya bermodalkan vote & comment :)Kalo gak suka, jangan baca!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.
.
.

Hari itu, Cafe milik paman Renjun sedang tutup karena pemiliknya sedang ada urusan keluarga, termasuk Renjun yang juga harus menghadirinya. Jadi, seluruh karyawan pun diliburkan.

Jeno mengajak Jaemin untuk mengunjungi taman kota. Akhir-akhir ini mereka tampak lebih akrab. Bahkan, tidak ada embel-embel 'ssi' lagi di antara keduanya meskipun Jaemin masih merasa cukup canggung dengan panggilan akrab tersebut.

Jaemin begitu antusias karena sudah lama dirinya tidak menikmati hari libur. Sekadar informasi, bahwa Cafe milik paman Renjun bahkan buka setiap hari mulai jam delapan pagi sampai jam sepuluh malam karena adanya shift karyawan.
Sehingga bagi Jaemin sangat jarang untuk mendapatkan hari libur. Untunglah di toko bunga nenek Kim, Jaemin masih bisa bersantai.

"Kau ingin minum sesuatu?", tanya Jeno memecah keheningan di antara mereka.

"Iced americano...", jawab Jaemin.

"Kau ingin meminum kopi yang tidak sehat itu? Dengan es pula?", tanya Jeno kembali memastikan. Jaemin hanya mengangkat bahunya tak acuh. "Bagaimana jika jus persik saja?".

"Baiklah, baiklah". Jaemin pun menyerah.

Jeno segera melangkah menuju stan minuman yang tak jauh dari sana, meninggalkan Jaemin yang mulai mencari-cari tempat untuk mendudukkan dirinya.

Jaemin mengedarkan pandangannya, dan tanpa sengaja maniknya menangkap sosok bermantel navy yang sedang menundukkan kepalanya. Bahunya bergetar.

"Eh, ada apa dengan orang itu?", gumam Jaemin. Dia pun mendekati sosok yang duduk tak jauh darinya itu. "Permisi...", sapa Jaemin hati-hati. Sosok tersebut mengangkat kepalanya dengan perlahan.

Betapa terkejutnya Jaemin saat maniknya menangkap siapa sosok yang berada di hadapannya ini.

"Chenle-ya?"

"Eh? Jaemin-hyung?"

Chenle yang terkejut karena Jaemin yang tiba-tiba saja berada di hadapannya pun segera menghapus air matanya.

"Kau... kenapa?", tanya Jaemin hati-hati. Jeda beberapa saat sebelum Chenle menjawabnya.

"Aku tidak kenapa-kenapa, hyung", jawabnya lirih. Jaemin hanya terdiam, enggan bertanya lebih lanjut. Mungkin Chenle butuh waktu untuk bisa berbagi dengannya. Lagi pula, Jaemin bukan siapa-siapa baginya, bukan?

Tanpa sengaja Jaemin melirik kearah apa yang ada di genggaman Chenle. Sebuah foto yang agak lusuh karena bekas rematan di beberapa bagian. Mungkin tanpa sadar Chenle menggenggamnya terlalu erat.

"Dia... Siapa?". Pertanyaan itu terlontar begitu saja dari mulut Jaemin karena rasa penasarannya yang tinggi. Chenle pun terkesiap dan terdiam beberapa saat.

PSYCHO ||NoMin|| ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang